━━09.

33 3 1
                                    

Bel telah berbunyi kurang dari 5 menit yang lalu, pertanda bahwa sudah jam 3 sore—artinya seluruh murid dipulangkan ke rumah masing-masing

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bel telah berbunyi kurang dari 5 menit yang lalu, pertanda bahwa sudah jam 3 sore—artinya seluruh murid dipulangkan ke rumah masing-masing.

Setelah dibawa Kak Vincent ke ruang BK tadi, Wira dan Aldo diberi hukuman oleh Pak Richard—selaku guru bimbingan konseling. Mereka diberi hukuman membersihkan area sekolah, dimana Aldo membersihkan toilet pria dan Wira membersihkan lapangan indoor sampai waktu pulang.

Dan kini, Wira kembali ke kelasnya untuk mengambil tasnya. Sesuai dugaannya, kelasnya sudah kosong meskipun bel baru berbunyi. Ya, meskipun kelasnya termasuk kelas para unggulan tidak menutup kemungkinan kalau teman sekelasnya betah berlama-lama di sekolah.

Dan dengan wajah yang masih babak belur, Wira berjalan santai menuju parkiran sepeda. Meskipun terlihat santai dengan wajah triplek nya, ia masih merasa tidak nyaman, tidak nyaman akan keramaian karena posisinya banyak murid yang tengah berjalan untuk pulang di sekitarnya.

Sementara dari jarak 3 meter di depan Wira, Lana dan Nasya tengah berjalan menuju halte busway untuk pulang. Mereka sibuk tertawa saat Nasya menceritakan sesuatu hal yang lucu. Apalagi saat ia menceritakan tentang Bobby—teman sekelas mereka yang terkenal tengil seperti Marco tanpa sengaja membuat celananya tersangkut kursi sehingga robek.

“Asli Na, gue lihat banget warna kolor-nya si Bobby. Mau tahu nggak warna apa?”

Lana tidak menyahut, ia hanya menaikkan alisnya sebagai bentuk pertanyaan pada Nasya.

“Warna pink anjrot! Gila aja, mana ada polkadot nya lagi.”

Gelak tawa Lana pun memecah, bahkan mereka sempat berhenti untuk tertawa dan memegangi perutnya.

Namun tak lama, Lana merasakan ada seseorang yang menabraknya dengan cukup kencang dari belakang. Sehingga gadis itu terhuyung ke depan, hampir jatuh.

Beruntung, Nasya langsung menangkap dan menahan Lana.

“Jalan tuh pake mata!”

Lana mengerjap keheranan ke arah Wira, padahal lelaki itu yang menabraknya. Ia yakin jarak Lana dengan Wira cukup jauh di belakang, bahkan Lana pun tidak berhenti mendadak. Kecuali, mata Wira yang rabun ayam akut sehingga tidak melihat keberadaan Lana yang sedang tertawa.

Kini, mereka masih saling bertatapan. Lana yang menatap Wira dengan heran, begitu pun Wira yang menatap kesal pada gadis itu.

Jangan lupakan Nasya yang ikut menatap tajam ke arah Wira.

Tak lama, Wira memutuskan kontak matanya. Ia melengos dan pergi begitu saja.

“Jalan tuh pake kaki! Nggak ngotak banget sih,” Nasya meneriaki Wira dengan kesal.

“...jalan pake mata yang ada sobek mata lo! Jelas-jelas dia yang nabrak lo Na. Minta di pites banget itu jelmaan lidi.”

Lana hanya terdiam, mengabaikan ocehan Nasya. Ia menatap kepergian Wira yang mulai memasuki parkiran sepeda. Dalam benaknya timbul tanda tanya besar, padahal semalam lelaki itu masih baik-baik saja padanya. Terlebih pertemuan mereka di central park.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 06, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

𝐋𝐨𝐯𝐞𝐥𝐨𝐯𝐞𝐥𝐨𝐯𝐞Where stories live. Discover now