━━04.

64 12 44
                                    

“HEH LINO! SINI NGGAK LO.” Nasya berteriak sambil berlari mengejar Lino yang juga berlari ke arah taman sambil membawa kabur ponsel milik gadis itu.

Hal itu karena ketika mereka di kelas, Nasya bercerita pada Lana tentang ia yang iseng bermain aplikasi Tinder dan kenal dengan seorang lelaki. Lalu ketika ia memamerkan roomchat-nya
dengan lelaki itu, dengan tiba-tiba Lino merebut ponselnya, membawanya kabur dan mengancam akan membacakan isi pesan Nasya dan lelaki itu di depan orang banyak.

“HAHAHA NGGAK MAU!”

“Bangsat, balikin hp gue!”

“GAIS AKU DIKEJAR MAUNG HUHU TAKUT.”

“LINO ADISETYA!”

Kemudian Nasya berhenti ketika Lino sudah berdiri di sebuah kursi panjang yang tersedia di taman, bersiap untuk membacakannya.

“Bangsat,” umpatnya dengan pelan, lalu Nasya melepas sepatunya yang terpakai di kaki sebelah kanan. Dan melemparkannya ke arah Lino.

Bugh!

Gotcha, sepatu bermerek Converse itu melayang dan malah mendarat tepat di kepala Wira yang kebetulan lewat di depan Lino.

Begitu kencangnya, sampai tubuh Wira oleng dan terjatuh bersamaan dengan buku yang ia bawa kacamata yang ia kenakan.

Di waktu yang sama, kejadian tersebut menuai perhatian para siswa dan siswi yang ada disana. Termasuk Lana, gadis itu berniat menyusul Nasya yang mengejar Lino tetapi ia dikejutkan dengan sepatu yang mengenai kepala Wira sampai lelaki itu jatuh.

“Eh, ASTAGA! Maaf banget sumpah, gue nggak sengaja! Maaf ya lidi?” ujar Nasya yang menghampiri Wira, lelaki itu hanya mengangguk sambil memegangi kepalanya.

“HAHAHAHAH MAMPUS.”

“Heh Santoso! Sini nggak lo.” Ancam Nasya pada Lino yang mentertawakan nya, lalu Nasya kembali memungut sepatunya di samping Wira. “Wira, maaf ya. Padahal gue mau lempar ke itu iblis, eh malah kena lo. Maaf.” Ujar Nasya yang kemudian pergi mengejar Lino yang sudah kabur.

Setelah menghilangnya Lino dan Nasya yang masih kejar-kejaran entah kemana, Lana menghampiri Wira yang terlihat masih memegangi kepalanya. Mungkin efek lemparan sepatu Nasya yang begitu keras menghantam kepala dibagian sudut kiri.

“Wira, kamu nggak apa-apa?!” tanya Lana dengan panik, lalu ia meraih kacamata Wira dan memberikannya pada lelaki itu. Wira langsung menerimanya dan kembali ia pakai.

“Eh, itu dahi kamu agak merah loh.” Lana mencoba menyingkirkan rambut yang menutupi luka Wira, guna melihat seberapa merah luka lelaki itu. Tapi malah di tepis dengan cukup kasar oleh Wira.

“Nggak usah sok peduliin gue. Gue nggak butuh rasa kepedulian lo sama sekali.” Ujar lelaki itu dengan dingin, tak lupa tatapan datarnya yang persis seperti talenan di dapur.

Lana terdiam seketika, ia hanya mengerjapkan matanya berkali-kali. Sampai ia tidak sadar kalau Wira memungut bukunya yang terjatuh lalu pergi dari sana.

 Sampai ia tidak sadar kalau Wira memungut bukunya yang terjatuh lalu pergi dari sana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
𝐋𝐨𝐯𝐞𝐥𝐨𝐯𝐞𝐥𝐨𝐯𝐞Where stories live. Discover now