━━07.

37 8 8
                                    

“Loh, Oma ngapain ngundang pembunuh?” celetuk Sepupunya dengan sarkas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Loh, Oma ngapain ngundang pembunuh?” celetuk Sepupunya dengan sarkas.

“Duh, Oma sih nggak merasa ngundang dia ya. Nggak tahu tuh, siapa yang nyuruh orang ini datang.” Balas Omanya.

“Kalian ini ngomong apa sih? Opa yang undang dia, jadi jangan ngomong macam-macam!” sentak Opa.

“Astaga, ini kan ulang tahunnya Oma. Kenapa Opa yang seenaknya ngundang dia?”

“Diam kamu, Arin!” sungut Opa membuat Arin berdecak kesal.

“Hai, Svetlana! Apa kabar? Masih manja kayak dulu?” tanya sang Tante—Ixora sambil tersenyum yang terkesan meremehkan.

“Xora!”

“Duh, udah deh. Ini kan acara ulang tahun nya Oma, harusnya pada bahagia dong. Kenapa malah jadi ribut gini?”

“Ya awalnya sih normal aja, tentram. Tapi pas si pembunuh ini datang jadi ribut deh. Memang ya, perusak.” Sahut Arin dengan enteng.

“Kenapa kamu selalu sebut Lana pembunuh hah?! Memangnya dia bunuh siapa?! Seenaknya aja.”

“Ya dia memang pembunuh, Pa! Dia udah bunuh Kak Liora! Kalau aja dia nggak lahir ke dunia, pasti Kak Liora masih hidup sampai sekarang.” Ujar Ixora yang tidak terima anaknya dibentak oleh Opa.

Selama perdebatan yang menyakitkan hatinya itu, tidak ada yang Lana lakukan selain terdiam dan menunduk. Bertahan sekuat mungkin agar tidak menangis.

Opa hanya mendelik tajam pada anak keduanya itu, kemudian tatapannya menghangat ketika beralih pada Lana.

“Lana, sini sayang.”

Arin memutarkan bola matanya, “Selama Arin jadi Cucu Opa, pernah nggak panggil Arin dengan sebutan ‘sayang’?”

“Udah lah, Rin. Jangan kasar sama Lana, kamu nggak kasihan sama dia? Papa sih enggak.” Sahut Om Reno yang membuat Arin, Oma dan Ixora tertawa puas.

Meskipun kecewa, Lana berusaha mempertahankan senyumannya. Kemudian ia menghampiri Oma untuk memberikan hadiahnya.

“Selamat ulang tahun, Oma. Wish-nya udah Lana titipkan ke tuhan.”

Oma menerima hadiah dari Lana dengan ragu. “Ini kamu nggak kasih Oma ranjau, ’kan? Atau racun gitu?”

“Jaga omongan kamu ya!” sahut Opa dengan tidak terima.

“Ya, wajar sih kalau Oma curiga. Siapa tahu aja Lana dendam sama Oma pas kecil dulu, jadi dia mau bunuh Oma deh.” Balas Oma dengan enteng.

“Wah, gila Ma, udah bunuh Bundanya sendiri masa mau bunuh Omanya?” sahut Ixora.

Lana memejamkan matanya, ia sudah tidak kuat.

“Yaudah, kalau gitu Lana pamit ya. Kayaknya kalian benar, Lana cuma jadi perusak doang disini.” Ujar Lana.

𝐋𝐨𝐯𝐞𝐥𝐨𝐯𝐞𝐥𝐨𝐯𝐞Where stories live. Discover now