Special Chapter: Jodoh untuk Nando

4.5K 704 179
                                    

"Gue mau melahirkan, Sen.

Melahirkan benih-benih cinta

yang selama ini terpendam."



Hari ini matahari bersinar cerah, awan berarak di langit biru, bunga-bunga bermekaran dan burung-burung berkicau dengan merdu. Bukan, ini bukan buku dongeng, hanya penggambaran tepat bagi yang sedang jatuh cinta, atau yang mood-nya sedang baik-baik saja. Sesempurna itu, seharusnya. Kecuali untuk Nando, yang merasakan langit runtuh di atas kepalanya, petir menyambar-nyambar, dan Rosa mulai menangis di telinga.

Dia baru saja diputuskan oleh Echa, pacar kesayangan. Cewek yang dia pikir akan menghabiskan hidup dengannya, mencintainya, memperbaiki keturunannya. Namun, impian tinggal impian. Semuanya telah berakhir sekarang.

Dan, meskipun telah memiliki pengalaman ditinggal pacar sebanyak lima kali sebelumnya dari kelima pacarnya, patah tetaplah patah. Dan, Nando sedang ... patah hati.

"Maaf, Oppa." Cewek dengan kedua mata bulatnya yang imut itu menatap Nando, memanggil Nando dengan panggilan kesayangan, lalu menggigit bibir, berat untuk mengungkapkan apa yang ingin dia ucapkan. "Kayaknya kita ... udah enggak bisa sama-sama lagi. Echa mau fokus sama kuliah Echa, bentar lagi mau magang. Oppa orang baik, pasti Oppa bisa dapat yang lebih baik dari Echa."

Lalu, cewek itu melangkah pergi. Begitu saja. Mengakhiri apa yang mereka miliki selama hampir setahun ini dengan mudahnya. Dia tidak menoleh dan Nando tidak punya daya untuk menghentikannya. Pernyataan itu terlalu tiba-tiba, terlalu jauh dari antisipasinya, juga terlalu ... menyakitkan.

Dan, seperti itulah, satu jam berikutnya, dengan wajah seperti uang dua ribuan hasil bertualang di tengah pasar, jatuh ke tanah, terkena becek, dan terinjak-injak, Nando muncul di depan kelas Arsen. Menunduk, dengan rambut menutupi wajah dan aura gelap menguar, membuat para mahasiswa dan mahasiswi yang baru menyelesaikan jadwal kuliah kaget, lantas berusaha menjaga jarak saat melangkah melewatinya.

Hal serupa terjadi pada Arsen yang memilih untuk menjadi orang terakhir yang beranjak keluar.

"Astaganaga!" Arsen sempat tersentak ke belakang, lalu mengurut dada begitu tahu siapa yang ada di sana. "Astagfirullah, Ndo. Gue kira kuyang!"

Nando diam saja.

"Atau kuyang abis potong rambut model gayung," tawanya.

Namun, Nando yang biasanya ceria tidak kunjung merespon lelucon Arsen, membuat cowok itu akhirnya mengerutkan alis. "Lo kenapa, Bro? Kayak orang abis diputusin. Hahaha."

Lagi-lagi, Nando tidak tertawa. Ataupun protes. Dan, seketika, Arsen tahu ada yang sedang tidak beres.

"Wait! Lo abis diputusin beneran?!"

Kali ini, Nando mengangguk, masih sambil memandangi lantai dengan wajah ditekuk. Satu menit. Dua menit. Mereka berdiam dalam keheningan. Lalu, mulai terdengar isakan.

"Gue enggak tahu harus gimana, Bro, Gue sayang banget sama dia ...."

Dan, ketika Nando mulai menyandarkan kepala ke pundak Arsen, cowok itu segera tahu Nando tidak sedang bercanda.

"Santai, santai!" Segera, Arsen mendorong kepala Nando menjauh. Terutama saat menyadari tatapan mahasiswi yang berlalu lalang. Dia tidak ingin harga jualnya menjadi jatuh karena disangka jeruk makan jeruk.

"Gue sedih banget, Sen. Gue butuh tempat untuk ngelap ingus!"

Namun, Arsen buru-buru memegangi kepala Nando yang berusaha kembali jatuh ke pundaknya. "Bukan kemeja Gucci gue. Thanks."

[CAMPUS COUPLE] Naya Hasan - Tiga MingguWhere stories live. Discover now