Arena 13

1.5K 128 0
                                    

"Mau naik apa, Bar?"

"The Conquistador, Kak." Fajar melongo. Dia gak tau kalo adiknya ternyata berani. Maaf, dari kecil dia nganggep Akbar anak kecil, jadi sampe gede gini dia masih anggap Akbar adik kecil kesayangannya.

"Emang berani?"

"Waktu sama Kak Reza, Akbar naik itu."

"Jangan bawa-bawa nama Reza."

"Kenapa sih? Emang nama temen gua hina banget?" protes Rian.

"Kok jadi lo yang marah? Yaudah ayo naik!"

Fajar mimpin duluan buat antri, Akbar jalan sambil loncat-loncat, Rian mah biasa aja. Dia udah bosen malah kesini.

Selesai dari sana, mereka nyoba hampir 10 wahana indoor sama outdoor, tapi kayaknya Akbar belum puas juga. Padahal Fajar sama Rian udah senderan di salah satu kursi saking capeknya. Fajar lebih ke pusing sih sebenernya.

"Kak, sekarang Gyro Swing ya?"

"Nggak, Sayang, Kakak pusing."

"Akbar mau, Kakak."

"Itu bahaya, Dek, kalo talinya lepas gimana?"

"Ah, Kakak keseringan nonton Final Destination nih!"

"Kak Rian nggak mau juga?"

Rian ngegeleng. "Kakak capek."

Akbar cemberut. Lari sendirian ke arah wahananya bikin Fajar ngedengus kesel sebelum senyum lebar. Baru pertama kali ke sini sama adiknya dan dia baru tau Akbar segila itu kalo di taman bermain.

Rian yang merhatiin adik kakak itu naikin sebelah alisnya terus ikut senyum. Dia gak ngeduga sih Fajar bakal sesayang itu sama Akbar.

"Lo sama Akbar beda orang tua, kan?"

"Ya, dia adik tiri gue."

"Tapi sayang banget, ya?"

"Iyalah, dia kan satu-satunya."

"Gue pikir lo gak bisa sayang sama orang."

Fajar kekeh. "Sayang sama lo aja bisa."

Rian yang tadinya niat ngeledek Fajar malah kicep sendiri begitu denger kalimat Fajar. "Apasih, anjing."

Tapi tanpa sadar dia tetep senyum.

"Anjir manis banget sih." Fajar refleks nyubit pipi Rian gemas. Ya, Rian senyum terus mukanya udah ganti jadi pink. Gimana gak gemes?

"Es krim yuk." tanpa nunggu balesan, Fajar narik tangan Rian ke kedai es krim.

"Mau rasa apa?" tanya Fajar, tapi Rian malah bengong sambil nunduk. "Baby, rasa apa?" tanya Fajar lagi.

"Oh-" sadarnya kemudian. "Coklat, Jar." jawabnya pelan.

"Vanilla?"

Rian ngedecak sebelum nyubit perut Fajar keras. "Coklat, Sayang, coklat."

Fajar senyum lebar habis gitu lanjut pesen. "Akbar gak di beliin juga?"

"Nanti cair, dia kan masih lama antri. Beli lagi aja kalo udah selesai." Dia bawa dua es krim di tangannya dan jalan lebih dulu ke kursi sebelumnya. Nyerahin satu es krim ke Rian yang langsung di makan.

"Ini tuh pake madu, enak deh." ucap Rian. Fajar ikut makan terus manggut-manggut setuju.

"Lo sering kesini?"

"Bosen gua kesini." Fajar ngangguk lagi. "Lo?"

"Gak pernah."

"Serius?"

"Iya, Baby, serius." jawabnya. "Hidup gue kalo gak di kamar buat belajar ya di arena. Mentok di club kalo jenuh."

"Jenuh lo setiap hari?" tanyanya sarkasme.

Fajar nanggepin kalem, ketawa kecil sebelum narik pipi Rian lagi. "Kalo gua bilang cuman pernah tidur sama 3 orang termasuk lo, lo percaya?"

"Nggak."

Fajar ketawa lagi. "Kenyataannya gitu."

"Siapa yang percaya sih cowok kayak lo?" Rian ngusap sudut bibir Fajar yang berantakan. "Kayak bocah." umpatnya. "Lo gak suka gua sama Shakira aja berani nidurin, sama cewek-cewek lo yang dulu pasti gitu juga kan?"

"Shakira emang gak suka, kalo lo beda, gue suka."

"Gak usah becanda lo."

"Obsesi sama suka itu gak jauh ternyata." Fajar gak peduli. "Liat lo senyum aja gua udah bahagia banget."

Rian geleng-geleng kepala. "Kesurupan lo hari ini."

.

"Kakak gak mau ikut pulang dulu?" tanya Akbar begitu sampe di rumah mereka. Dia mutusin buat langsung pulang karena besok harus ngerjain tugasnya.

"Nggak deh, nanti Kakak pulang kok."

"Kapan? Lama ya? Kalo kangen gimana?"

"Ya, main lagi lah, Sayang." Fajar ngeliatin adiknya yang sibuk pake tas karena dua tangannya masih pegang makanan. Satu permen kapas, satu snack. "Inget ya, jangan cerita apa-apa sama orang rumah."

"Sama Kak Praveen boleh, kan?"

"Dia gak bakal mau dengerin."

"Dia dengerin tau." Akbar cemberut terus beralih ke Rian di sebelah Fajar. "Kak Rian dari tadi diem terus, sedih ya ditinggal Akbar?"

Fajar ketawa. "Gak ada yang sedih di tinggal kamu, Dek. Turun sana."

"Pasti mau ciuman lagi. Ciuman terus."

Rian ikut ketawa. "Ciuman dong sama Reza."

"Heh!"

"Otw, Kak."

"Awas kamu kalo berani!"

"Besok ngedate sama Kak Reza ah." Akbar cepet-cepet keluar sebelum Fajar ngomel lagi gara-gara ngomong gitu.

"Macem-macem aja sih ajaran lo."

"Biarin amat." Akbar angkat bahu gak peduli. "Belanja yuk cepetan, mau tiduran gue."

"Satu ronde sebelum tidur dulu, ya?"

Rian ngedecak. "Gak capek apa lo?"

"Kalo liat lo telanjang sih ilang capeknya."

"Bodo amat lo dasar beruang kelebihan hormon."

"Iya, makasih manis."

.

"Awas lo kalo beli kondom lagi." peringat Rian begitu mereka selesai parkir dan siap keluar.

"Cium dulu."

"Jar, please..."

"Jar?"

"Sayang..."

"Lama deh." Fajar narik tengkuk Rian buat dia cium. "Gemes banget sama lo."

"Si anjing." Rian buru-buru keluar dari mobil. Ngindarin Fajar karena badannya udah mulai panas. Anjir lah dia malu banget, padahal cuman ada Fajar disana.

Tbc.

Arena (FAJRI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang