Arena 18

1.6K 117 2
                                    

Fajar kaget waktu masuk kamar dan kamarnya udah gelap. Dia lari ke Rian yang lagi ngeringkuk di atas kasur sambil nangis. Meluk Rian cepet yang di bales pelukan gak kalah erat. "Pindah ke kamar gua, oke?"

Rian ngangguk.

Fajar dengan sigap ngangkat badan kurus Rian buat di bawa ke kamarnya. Gak peduli tatapan heran temennya yang lain. "Kayak pengantin baru mau naik ranjang ya?" tanya Vito, gak tau sama siapa.

"Lampu kamarnya mati, Rian kan takut gelap," gumam Anthony waktu liat pintu kamar Rian kebuka lebar dan kasih liat dalemnya yang gelap.

Jonatan ngalihin pandangan ke Anthony yang masih gelendotan manja di bahunya, "Rian takut gelap?"

"Iya, kayak aku takut kehilangan kamu."

"Taik, lebay banget pasangan homo," umpat Bayu sebelum nyambut Clinton yang dateng sambil bawa nampan berisi gelas.

"Vit, Bay, ambil sisanya di belakang." titah Clinton terus ikut duduk bareng yang lainnya. "Kenapa, Praveen?"

Praveen yang ngelamun, gak tau mikiran apa tiba-tiba senyum kecil waktu pandangan semua fokus ke dia. Tatapannya balik ke pintu tempat Fajar tadi bawa Rian masuk sendu.

Dia bingung.

Apa yang harus dia lakuin sebagai seorang kakak dan anak yang baik sekarang?

"Udah gue duga dari awal denger cerita kalian. Endingnya gak akan semulus waktu mulai, kan?" Clinton yang ngerti pandangan Praveen buka suara.

"Kenapa lo belum berhasil rebut Rian lagi?"

Clinton ngedengus denger pertanyaan Praveen. Dia ambil kaleng soda yang di bawa Vito dan minum beberapa tenggak sebelum ngejawab. "Lo pikir gua gak ada usaha?"

"Kenapa gak ada progress?"

"Lo pikir bolak balik hati kayak ngebalikin telor ceplok."

Anthony yang nyaut. Walaupun gak ngerti apa-apa, tapi dia kesel pemirsah. Ya, kan yang mereka omongin itu sahabatnya sendiri. Jangan kira Anthony cuman duduk anteng.

"Rian lupain Clinton tuh gak gampang. Suka sama Fajar juga bukan kemauannya. Sekarang malah ngomong kayak gitu, seolah-olah Rian gampangan banget." lanjutnya emosi.

"Udah sih, Yang. Gak usah pake urat juga."

"Emang bakso pake urat." dia ngelepasin pegangan tangannya di Jonatan, tapi langsung di tarik lagi sama pacarnya itu.

Ngusak rambut Anthony sambil senyum ke temen-temennya yang lain. "Sorry, tau lah kesayangan gua gimana."

.

"Kayaknya listrik sebelah error, sering mati." Fajar buka suara. "Gue mau beli makan dulu buat lu, disini dulu sebentar. Mau makan apa?"

Rian ngegeleng. Malah meluk Fajar lebih erat, kayak gak mau di tinggal.

"Gak ada apa-apa, Baby, hussshh..." sambil senyum kecil, Fajar masih ngusap-ngusap punggung Rian dan nyiumin puncak kepalanya. "Makan dulu, lo bisa disini sama Anthony."

"Mau ayam goreng," jawabnya pelan.

Fajar yang lagi bantu Rian buat duduk, sekarang ogah-ogahan bales meluknya. "Yang lain aja."

"Mau ayam goreng, Sayang."

Halah.

Fajar jadi inget Clinton kan jadinya. Kalo denger dia di ketawain seluruh desa kali saking malunya.

"Kenapa? Gak mau? Yaudah gak usah maksa gua makan."

Oke, Rian udah balik lagi.

"Ya gak gitu juga. Lu sakit kan gua yang repot. Kalo lu mau gua buang di TPA sih gak apa-apa."

"Buang ke tempat Clinton."

"Sini gua lapisin sperma gua dulu."

Rian cemberut. Habis tampang Fajar keliatan bete banget sih. "Kenapa sih lu? Kalah judi?"

Fajar ngedengus. "Clinton bilang makanan favorit lo ayam goreng."

Owh. Rian bisa senyum lebar sekarang. Cie Fajar cemburu terang-terangan. Rian jadi enak.

"Cemburu bilang."

Fajar ngedecak. Ngedorong badan Rian biar tiduran lagi terus nutupin pake selimut. Gak tau sejak kapan selimutnya udah di ganti Rian, selimut sebelumnya kan ada bau-baunya gitu.

"Gue minta Anthony kesini."

Rian ngangguk "Beli burger yang banyak, yang. Temen-temen lo juga tawarin tuh."

"Bawel."

"Mau jus juga, Yang."

"Yang babu gua atau lu sih?"

Rian angkat bahu sambil nyengir. Kapan lagi bisa ngerjain Fajar kayak gini? Biasanya kan dia yang harus patuh sama kemauan Fajar.

"Jangan keluar kamar," pintanya sebelum keluar dari kamarnya dan balik ke tempat temen-temennya. "Ny, masuk ke dalem gih. Temenin Rian."

Anthony yang denger langsung semangat ke kamar Fajar buat nemuin Rian. "Gua mau beli makan, pada mau makan apa?"

"Apa aja yang penting kenyang. Kalo bisa yang banyak sampe duit lo abis, Jar," pinta Kenas.

"Ngomong lu?"

"Gue ikut, Jar." Praveen berdiri dari posisinya dan narik Fajar keluar dari perkumpulan mereka.

"Yakin 100% pasti ngomongin Rian." Kenas sok tau.

"Kucing tetangga juga tau." Bayu lebih sok tau. Padahal tetangga gak ada yang punya kucing.

"Ya, semoga ketemu jalan keluar deh." -Jonatan, 2K18.

"Lah itu baru aja keluar."

Gak dosa kok kalo mau bodo amatin Vito dan kebodohannya disini.

Tbc.

Arena (FAJRI)Where stories live. Discover now