Arena 20

1.5K 117 5
                                    

Anak kecil yang berbadan gemuk lagi nangis di pojokan taman main di samping sekolah. Jongkok sambil nyembunyiin mukanya yang merah dan basah karena air mata. "Ajay kenapa? Di jahatin lagi ya? Nanti kita pukul ya, yang jahatin Ajay."

Ajay ngangguk, tapi tetep nangis walaupun sekarang udah di peluk sama anak kurus yang sedikit lebih tinggi dari dia.

"Jangan nangis lagi."

"Ajay mau es krim."

Cowok itu ngangguk, senyum lebar terus ngegenggam tangan Ajay dan ngebawa ke tukang ice cream. "Yuk, kita beli es krim."

Karena badannya yang gemuk, Ajay gak punya banyak temen. Gak ada malah. Dia tinggal sama neneknya di Bandung, sedangkan keluarga lainnya di Jakarta. Ajay gak mau ikut, karena takut sama ayah tiri. Kata orang, ayah tiri itu jahat.

Cuma Rian yang mau temenan sama dia. Ajay gak tau kenapa, tapi Rian selalu sendirian. Dia selalu belain Ajay walaupun nantinya bakal Rian yang kena pukul atau lemparan pasir.

Anehnya, habis gitu pasti Ajay yang nangis dan minta es krim ke Rian, dan Rian gak pernah bisa nolak.

"Tangan kamu kenapa berdarah? Jidat kamu juga. Jatuh ya?" tanya Ajay waktu mereka duduk di pinggir jalan sambil makan ice cream.

"Tadi dilempar mainan."

"Sakit ya?"

"Iya, pusing." Rian nyaut. Matanya nangkep sepasang lelaki yang jalan ke arah mereka. "Papa udah dateng."

"Kamu kok di jemput? Kan belum pulang sekolah."

Rian meluk Ajay sekali lagi, lebih erat dari yang tadi. "Ajay, aku mau pergi."

"Kamu mau liburan ya?"

"Aku mau pindah."

"Kalo kamu pergi, Ajay sama siapa?" Ajay tiba-tiba nangis kenceng, bikin Rian ikutan ngeluarin air matanya tapi tetep pelukan.

"Ajay jangan nangis lagi, biar gak di ledekin terus. Biar nanti jadi kuat, kalo udah gede kita ketemu lagi." Rian ngelepasin pelukannya. "Nanti kalo udah gede, ganti Ajay ya yang jagain aku."

Ajay ngangguk lagi. "Ajay mau jadi kuat. Nanti kita ketemu lagi, kan?"

"Iya, ketemu."

"Jangan lupain Ajay ya."

"Nggak, kok."

*

Sayang Rian lupa.

Dia lupa anak kecil gendut yang dulu sering dia tolongin jadi anak ganteng yang punya badan bagus sekarang. Jadi cowok idaman semua cewek-cewek, jadi anak kebanggan keluarganya.

Ya, Fajar.

Setelah Rian pergi, Fajar baru tahu kalo selama ini Rian juga kena bully sama anak angkatannya. Tapi Rian tetep jadi tameng kalo Fajar di bully. Terakhir yang Fajar tahu, orangtua Rian marah karena Rian dikunci di kamar mandi sekolah mereka sampe malam.

Dan pihak sekolah gak ada yang sadar.

Termasuk Fajar.

Dia langsung pulang waktu neneknya jemput. Gak nunggu Rian yang dia pikir masih ada di dalam kelas.

Tapi kenapa Rian di bully Fajar nggak tau. Dia ganteng, kaya, dan baik. Kenapa ada yang mau bully Rian?

Fajar ngerasa payah banget waktu itu. Dia mutusin buat ikut ibu sama kakaknya ke Jakarta, neneknya bilang Kak Praveen bisa jagain dia, gak kayak disini.

Di rumah baru, dia juga punya adik kecil yang harus Fajar jagain. Walaupun awalnya gak suka, tapi Akbar terus aja jalan ke arah Fajar buat peluk atau cium kakaknya itu. Bikin Fajar lama kelamaan luluh juga. Ayah barunya juga baik.

Alasan kenapa Fajar sama Praveen terlalu protektif ke Akbar ya karena mereka gak mau Akbar ngerasain apa yang Fajar rasain dulu. Apalagi Fajar.

Sampai suatu hari salah satu temennya bawa pacar ke tempat kumpul mereka.

Fajar gak bisa buat gak kaget, walaupun dia luar biasa pinter nutupin.

"Pacar gua, Rian."

Dia gak kaget waktu Rian gak ngenalin mukanya, tapi dia kecewa.

Dia kenal Rian sebelum Clinton ngungkap namanya, tapi Rian sedikitpun gak inget dia.

"Rian pernah tinggal di Bandung dulu," mulai Clinton.

Sekolah di Islamic School selama tiga tahun.

"Tapi dia pindah ke Jakarta ikut orangtuanya."

Dia pindah karena dibully, bego.

Fajar ngerutuk gak berenti. Kenapa harus sama Clinton? Clinton walaupun kelihatannya kalem, tapi Fajar tau banget dia gak cuman punya satu pacar. Kalaupun iya, dia pasti pernah jalan sama yang lain selain Rian.

Clinton gak beda jauh sama Fajar dan Bayu. Apalagi seminggu yang lalu dia bawa cewek lain.

"Jar, Umma minta jemput Akbar. Mau lo atau gua yang jemput?" Praveen nyadarin Fajar dari umpatan hatinya yang dengki sama Clinton.

"Kita berdua."

"Elah, kayak orang mau kawin aja lo berdua."

Ledekan Vito gak di denger Fajar, dia semakin jauh bawa Praveen dari area itu.

"Kenapa sih lo?"

"Itu orang yang sering gua ceritain."

"Rian?"

"Ya."

Mereka hening beberapa saat sebelum Fajar natap Praeen agak ragu. "Kak, gua mau Rian."

Tbc.

Arena (FAJRI)Where stories live. Discover now