Arena 21

1.5K 116 5
                                    

Rian yang baru bangun tidur di pelukan Fajar ngusak mukanya di dada Fajar terus ngegigit sedikit. Gemes. Fajar lagi kesel tapi tetep aja tidur sambil meluk dia. "Yang, nanti malem mau makan apa?"

"Apa aja yang ga beracun." Fajar jawab sangsi. Masih ngambek gara-gara denger Rian disuruh balik sama Clinton. Lagian emang Rian bisa masak apa? Paling mie, mentok-mentok telor ceplok. Itu juga kadang kulitnya masih ikutan di masak.

"Gua masak daging, ya?"

Fajar melotot.

Terakhir Rian masak daging tuh gagal total! Dagingnya gosong, sampah bekas bumbu berserakan, apinya naik ke atas, pokoknya kacau. Ujung-ujungnya Fajar yang harus masak juga.

"Lo masak yang aman aja."

"Gua udah belajar sekarang, tau."

"Kapan? Lo tiap hari mendem di kamar."

"Gua mau masak kue kering, ah."

"Jangan macem-macem, baby."

"Bodo. Gua mau rusak dapur lo."

"Terserahlah. Yang penting hati-hati, awas kalo lu sampe kenapa-kenapa terus ngerepotin gua."

"Iya, bawel." Rian baru duduk, tapi ditarik lagi sama Fajar buat di peluk. "Kuliah, anjing."

"Ntar dulu sih, belum puas nih meluknya."

"Konyol. Lo meluk sama nyipok gua tiap hari." Rian gak berusaha lepas. Percuma kalo berusaha ngelepas dari Fajar, gak bakal berguna. Tenaga Rian mah gak ada apa-apanya.

"Yaudah mandi bareng yuk." Fajar bangun, tapi masih meluk Rian.

"Jangan macem-macem," titah Rian.

"Dikit doang."

"Gak. Gua gak mau ngapa-ngapain."

"Nyepong aja deh."

"Gak mau, kampret."

"Yaudah ciuman doang. Hap!" Fajar ngegendong Rian bridal style. Demen banget dia kayak gitu ke Rian.

"Kalo lebih gua injek punya lo."

"Oh, udah ada toys gak pelu punya gua?"

"Anjing! Lo pikir gua maniak seks?"

"Yaudah biasa aja dong, Baby."

Fajar nurunin Rian di bawah shower kamar mandi. Nangkup pipi Rian terus ngecupin beberapa kali sebelum kecupan terakhir mendarat di kening Rian. Nyubit pipi Rian sebentar dan senyum lebar. "Manis banget."

"Ganteng."

"Gua? Makasih."

"Gua lah."

"Iyadeh, ganteng." Fajar nyium bibirnya sekali lagi. "Gue yang buka atau lu yang buka?"

"Gue."

"Bukain punya gua juga."

"Sini gua patahin tangan lo."

Muka Rian panas banget. Bukan kayak kepiting rebus lagi, itu kepiting ketumpahan cat merah. Ugh, malu Rian. Apalagi Fajar gak berenti nyiumin mukanya, malah kadang di jilat lagi.

"Berenti dulu kenapa sih, Yang? Susah nih buka bajunya."

"Gua cuman boleh nyium lo doang masa di tahan juga?"

"Ya, sabar!"

.

Iya boleh.

Nyesel Rian ngebolehin dan akhirnya lehernya penuh bercak-bercak merah kayak abis di gigit vampir.

Arena (FAJRI)Where stories live. Discover now