#05 ~ [ Arsakha dan Pemikirannya ]

8.7K 1K 8
                                    

***

Seberat itukah untuk menjalani semua ini. Kukira penantian yang panjang itu adalah menanti untuk bahagia.

🌾🌾🌾

Hal paling mengesankan dalam hidup adalah berkumpul bersama keluarga. Saling bercerita tentang keseharian kita di sekolah. Atau mungkin saling bercanda tawa bersama keluarga. Terkadang, materi hanyalah kebutuhan sekunder. Bukan kebutuhan pokok dibanding pentingnya me time bersama keluarga.

Sayangnya bagi Ayesha hal itu adalah sebuah khayalan yang tidak akan menjadi kenyataan. Memang benar, tapi dirinya tidak akan bisa merasakan semua itu. Ia sudah terlalu biasa diabaikan oleh Papanya. Entah itu saat berkumpul hanya berdua, ataukah bersama keluarga besar lainnya.

"Sha, jangan melamun lagi. Nanti ditegur dosen seperti kemarin," peringat Ghania pada Ayesha.

Sontak saja membuat gadis itu tersadar dari lamunannya.

"Maaf."

"Jangan diulangi. Rugi di kamunya, Sha!"

Bukannya terlalu menggurui, terkadang memang Ghania seperti itu. Ia sudah kebal dengan omelan-omelan sahabatnya itu. Justru membuatnya teringat dengan almarhum mamanya.

"Ada masalah apa lagi sih, Sha?" tanya Ghania yang memang penasaran daritadi.

"Biasalah."

"Nanti di kantin harus cerita!"

"Iya-iya."

Obrolan pun selesai. Mereka kembali memperhatikan dosen yang sibuk menjelaskan di depan sana. Penjelasan demi penjelasan mengalir begitu saja. Hingga waktu pembelajaranpun akhirnya berakhir.

Ayesha dan Ghania sama-sama memasukkan buku-buku tebal itu ke dalam tasnya.

"Ke kantin, kamu pasti belum sarapan," ajak Ghania lebih memaksa.

Ayesha hanya mengangguk saja. Toh. dirinya memang sedang lapar karena tidak sarapan. Seperti biasa, Ghania langsung sigap memesan sarapan untuk Ayesha. Sedang Ayesha duduk melamun di meja salah satu kantin. Hal itu membuat Ghania menghela napasnya saat melihat temannya dari kejauhan.

Setelah menunggu tidak terlalu lama, Ghania datang dengan semangkuk bubur ayam untuk Ayesha.

"Kamu nggak pesan?" tanya Ayesha begitu melihat Ghania hanya membawa satu mangkuk.

"Nggak. Aku udah makan. Gih, makan buburnya. Minumnya nanti ya, lagi dibuat." Ayesha pun mengangguk, meski sebenarnya ia tidak bernafsu untuk makan.

Sebelumnya, Ayesha membaca kalimat basmalah kemudian mulai memakan bubur itu. Suap demi suap Ayesha makan dengan tidak lahapnya. Baru beberapa suap saja Ayesha sudah merasa kenyang. Tapi, jika tidak dihabiskan pasti akan mubazir. Tidak menghargai Ghania juga yang sudah memesannya.

"Habiskan, Sha," titah Ghania begitu melihat Ayesha yang mulai tidak fokus.

Ayesha hanya berdehem singkat menanggapinya, kemudian melanjutkan acara makannya. Hingga tak berapa lama, makanan itu ludes dimakan olehnya. Ayesha meminum teh hangat yang memang sudah dibawakan oleh pelayan di kantin ini.

"Gimana? Udah bisa cerita?" tanya Ghania pelan-pelan.

Ayesha memandang Ghania sesaat, lalu melemparkan tatapannya ke arah lain seraya menghela napasnya pelan.

"Sudah hampir seminggu Papa sama Azriel liburan ke rumah kakek nenek di Semarang," katanya pelan.

Ghania berdecak, "Aku bukan orang yang sehari dua hari kenal kamu, Sha. Nggak mungkin karena hal ini kamu jadi suka melamun. Nggak fokus sama matkul yang diajar hari ini."

Mushaf Cinta Dari-Nya [ TAMAT ]Where stories live. Discover now