#21 ~ [ Kembali Melihatnya ]

5.2K 751 20
                                    

***

Sekali saja, beri aku sedikit kasih sayangmu, Papa ....

🌾🌾🌾

"Pagi, Non Ayesha," sapa Pak Toni, satpam tetangga depan rumahnya. Lebih tepatnya rumah Bana, sahabat Sakha.

Ayesha mengangguk seraya tersenyum. "Pagi juga, Pak Toni."

Setelahnya Ayesha kembali mengedarkan pandangannya ke kanan, menunggu kedatangan Ghania. Bana yang baru saja keluar saat Pak Toni membuka gerbang rumahnya, menatap Ayesha heran.

"Nunggu Ghania, Sha?" tanya Bana.

Ayesha sedikit terhenyak. "Eh, iya, Kak."

"Sama dong. Ini juga lagi nunggu Sakha."

Ayesha hanya tersenyum canggung. Tak begitu dekat dengan lelaki itu. Tak beberapa lama, suara klakson mobil yang tampak tak asing bagi Ayesha datang. Ayesha tersenyum sumringah saat melihatnya. Dengan cepat gadis itu mendekati mobil itu.

"Duluan, Kak," ujar Ayesha sebelum benar-benar masuk ke dalam mobil. Bana hanya tersenyum lalu mengangguk.

"Lho, kamu habis nangis?" tanya Ghania begitu terkejut saat melihatnya kedua mata Ayesha yang sembab.

Ayesha menghela napasnya. "Kelihatan banget ya, Ghan?" tanya gadis itu kemudian.

Ghania mengangguk cepat. "Asli, kelihatan. Kenapa nangis sampai sembab begitu?" tanya Ghania khawatir.

"Nanti saja ceritanya. Jalan dulu. Kak Bana memperhatikan kita terus, tuh."

Ghania mengikuti arah pandang Ayesha. Benar saja lelaki itu menatap mereka dengan pandangan heran. Perlahan Ghania menjalankan mobilnya itu.

"Pokoknya nanti cerita, Sha!" paksa Ghania kemudian fokus menatap jalanan. Sedang Ayesha hanya berdehem singkat.

***

Sakha terdiam merenung di tempat duduknya. Lelaki itu seperti tengah memikirkan sesuatu yang besar. Terlihat dari raut wajahnya yang sibuk dengan pikirannya sampai-sampai tak memperhatikan dosen yang sedang me-review presentasi mahasiswa. Di sebelahnya Bana tak menegurnya sama sekali. Lelaki itu tahu pasti apa yang tengah dipikirkan sahabatnya ini.

"Bro, gue lihat pagi-pagi Ayesha matanya sembab."

Ya, Bana telah mengatakan hal itu pada Sakha. Tentu menjadi pikiran Sakha, melihat seberapa peduli Sakha pada gadis itu. Meski tak terang-terangan, Bana menyadari akan perubahan sikap Sakha ini. Bana tahu Sakha itu seperti apa, semoga apa yang dirasakan lelaki itu cepat disadari dan cepat pula Sakha mengambil keputusan.

"Baik, demikian review materi dari saya. Besok dilanjutkan presentasi kelompok lima. Bila ada salah kata saya mohon maaf, wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh."

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh."

Sakha tersentak mendengar suara mahasiswa yang menjawab salam. Lelaki itu menatap dengan tatapan bingungnya ke arah dosen yang baru saja keluar.

"Makanya jangan melamun!" tegur Bana setengah meledek. Lelaki itu terkekeh kecil melihat ekspresi kebingungan Sakha.

Sakha berdecak pelan. Namun tak menampik perkataan temannya itu. Secepat kilat Sakha memasukkan buku-bukunya ke dalam tas, kemudian bangkit dari duduknya.

"Eh, mau ke mana?" tanya Bana, namun terlambat karena gerakan cepat Sakha kalah dengan keterkejutan Bana. Lelaki itu telah pergi meninggalkan kelas ini. Dalam hati, Bana hanya berdecak kesal. Arsakha dan pemikirannya memang sulit ditebak.

Mushaf Cinta Dari-Nya [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang