#17 ~ [ Sebuah Ucapan Sederhana ]

5.7K 795 11
                                    

***

Mendekatlah bila kau yakin. Menjauhlah bila kau ragu. Sungguh, keraguan itu lebih baik ditinggalkan.

🌾🌾🌾

Ayesha memandang langit fajar dengan termenung. Betapa indahnya cahaya arunika yang tampak dari timur ini. Gadis itu menghirup udara pagi yang sangat menyejukkan, berharap dengan ini dirinya bisa tenang walau hanya beberapa saat.

Hari ini Ayesha tengah berada di taman kota. Bukan untuk jogging, hanya ingin jalan-jalan pagi saja. Ia ingin menenangkan diri. Ia begitu kesepian di rumah. Meski ada Bi Asih, tetapi tetap saja beliau bukan keluarganya. Rasanya ada yang kurang walaupun dirinya sudah menganggap Bi Asih seperti mamanya. Berbicara tentang mamanya, Ayesha begitu merindukan sosok itu. Apalagi di saat dirinya kesepian seperti ini. Hanya mamanya lah yang biasa menemaninya.

Ayesha tak tahu kapan tepatnya papanya dan Azriel pulang dari rumah kakek neneknya. Ia merindukan mereka. Ia merindukan keluarganya. Dua bulan bukanlah waktu yang singkat. Ia seperti hidup seorang diri, seperti tak punya keluarga. Ayesha tak bisa munafik jika dirinya merasa iri saat melihat sebuah keluarga tengah kumpul bersama seperti sekarang ini. Ayesha mendesah pelan saat melihat seorang anak bersama kedua orang tuanya. Kadang Ayesha bertanya-tanya, kapan dirinya bisa seperti itu?

Ayesha memilih bangkit dari duduknya, ia tak mau melihat fenomena yang ada di depannya ini. Terlalu sensitif baginya. Saat akan berbalik, dirinya begitu terkejut ketika mendapati sosok yang tak asing lagi baginya. Arsakha.

***

"Mas, temenin Hanum, yuk!" ajak Hanum yang baru saja duduk di sebelahnya. Kini mereka berada di ruang keluarga dengan Sakha yang sedang bermain dengan ponselnya.

"Ke mana?" tanya Sakha balik.

"Ke sana bentar," rengek Hanum pada sang kakak.

"Ya ke mana dulu?" Pertanyaan Sakha membuat Hanum berdecak kesal.

"Orang minta temenin kok ribet banget sih," keluh Hanum membuat Sakha mengeryit heran. Apa salahnya dirinya bertanya ingin ke mana adiknya ini ditemani?

Sakha jadi menghela napasnya lirih. Di mana-mana perempuan memang selalu merumitkan keadaan.

"Temenin ya, Mas," rengek Hanum menggoyang-goyangkan lengan Sakha.

Sakha berdecak, lelaki itu menurunkan tangannya yang sedang memegang ponsel. Lalu memandang adiknya sepenuhnya.

"Ke mana dulu?" tanya Sakha masih mempertahankan pertanyaannya.

Hanum meringis untuk beberapa saat. "Beli serabi solo," jawabnya cepat. "Temenin ya, Mas," rengeknya lagi. Ia benar-benar menginginkan makanan itu.

Tanpa banyak kata Sakha bangkit dari duduknya. "Yaudah ayo!" katanya kemudian berjalan ke kamar berniat mengambil jaket.

Setelah perjalanan yang membutuhkan waktu lima belas menit, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. Taman kota yang menjajakan jajanan pedagang kaki lima. Dengan cepat Hanum turun dari motor sang kakak, lalu berlari ke arah pedagang yang dituju. Sakha hanya menggelengkan kepalanya tak habis pikir. Namun dirinya tetap di sini, lebih memilih mengeluarkan ponselnya dan menyibukkan diri dengan benda itu.

Lima menit berlalu, tetapi Hanum belum juga memunculkan wajahnya. Sakha memandang adiknya itu dari kejauhan. Pantas saja belum kembali, ternyata di sana sedang antri. Sakha mulai bosan sendiri, lelaki itu melemparkan tatapannya menjelajah taman kota yang tampak ramai dengan orang yang sibuk lari pagi. Hingga satu titik dirinya menemukan seseorang yang tak asing baginya.

Mushaf Cinta Dari-Nya [ TAMAT ]Where stories live. Discover now