Teror

2.3K 133 2
                                    

Sepulang sekolah Grisel menyempatkan untuk mampir ke markas gengnya, entah beberapa lama ia sudah tak berkunjung ketempat itu. Ia segera mengendari motornya menuju tempat sasaran.

Sesampainya disana ia masuk kedalam dengan keadaan baju yang sudah keluar, tas yang tersampir disalah satu bahunya, dan juga rambut acak acakan. Suasana ramai yang menghiasi tempat ini selalu terdengar, apalagi banyak sekali mereka yang sedang bergurau ataupun sedang membicarakan sesuatu.

Grisel melihat para teman temannya yang sudah duduk dikursi ruangan tengah, terdapat anggota inti yang sedang sibuk dengan kegiatannya masing masing. Grisel langsung duduk tanpa membuka mulut, sontak membuat para temannya menoleh kearahnya secara bersamaan.

"Diem diem aja Lo" ucap Thoriq dengan melihat Grisel sekilas.

Grisel hanya menghela napas, "kenapa lo?" Dari arah belakang terdapat suara berat yang sedang bertanya, dan ternyata itu Angga. Grisel hanya menatap Angga sebentar, kemudian ia memainkan kunci motornya.

"Bilang aja kali.. mungkin Lo punya masalah" ucap Angga mendekati Grisel.

Grisel mencoba menarik napas dalam dalam untuk bisa mengungkapkannya, "gatau knp.. hidup gue rasanya hampa, dan kurang tujuan" ucapnya yang masih sibuk memainkan kunci motor.

"Lo butuh pasangan berarti.." celetuk Alvin sambil tertawa kecil.

"Bener tuh" persetujuan Angga.

Grisel kini menatap Angga datar, "mana ada orang yang suka sama gue?" Ucap Grisel tak percaya diri.

"Dicoba aja dulu, kalo nggak ada yg mau.. Lo cari didalem geng ini, cowok banyak.. yang penting nggak sampe ngemis aja" ujar Arick masih fokus dengan ponselnya.

"Kalo masih kurang.. Eros, Alvin, Arick, terus Gavin, kalo mau gue juga boleh. Yang penting jangan sama si.. bos, dia udh ada peminatnya" ucap Thoriq membuat para orang yang tadi ia sebut namanya, menatap datar dirinya.

"Hah? Siapa? Udh punya gebetan lu? Nggak cerita sih" ucap Grisel dengan mengembangkan tawanya.

"Kepo" Angga menatap sinis Grisel, kemudian ia pergi begitu saja, menuju ruangan pribadinya.

"Emang siapa sih?" Kepo Grisel pada teman yang lainnya.

"Mana ada yang tau, Angga orangnya tertutup" ucap Arick begitu saja.


☘☘☘☘☘


Vier sedang bersandar di dinding kamarnya, duduk dilantai dengan salah satu kaki yang menekuk, tangan kanannya diatas lutut kakinya yang tadi tertekuk. Dengan pikiran yang penuh pertanyaan ia memejamkan matanya sekejap.

"Mengapa mereka menutupi semua hal tentang pertengkaran itu?" Guman Vier dengan dahi yang terlipat. "Pasti ada apa apanya"

Saat Vier hendak bangkit dari duduknya, ia mendengar suara panggilan dari luar kamarnya, dirinya tau siapa orang yang memanggilnya, tentunya adik kesayangannya namanya Vita, Vita ia tak jauh umurnya dengan Vier, sekarang adiknya itu sudah kelas 8 SMP.

"Bang.. Abang.. Abang... Abang.. ada paket.." ucap Vita dengan berteriak.

"Iya.. iya.. berisik codot" ucap Vier meledek Vita.

Dari arah belakang pintu Vita nampak kesal karena dikatain codot oleh kakaknya itu, "dikasih tau malah ngatain orang" Vita mendengus kesal kemudian meninggalkan paket tersebut didepan pintu kamar kakaknya itu.

Vier segera membuka pintu dengan malas, "malah ditinggal, gasopan" sergah Vier.

Dirinya mengambil paket tersebut, sebelum masuk kedalam kamarnya ia melihat lebih detail dahulu paketnya, sedikit bingung karna ia tak memesan sesuatu pada hari hari sebelumnya, tiada nama pengirim pula, Vier menyipitkan matanya membolak-balikkan paket tersebut melihat covernya dengan begitu jelas.

XAVIERWhere stories live. Discover now