x | 3x . 3 = 216 ● Dinda

5.2K 618 24
                                    

Vote and coment ♡

Twilight Sky

Tidak semua rasa bisa terbalaskan
Jangan menyalahkan seseorang atas rasamu yang tak terbalaskan

♡♡♡

Happy Reading ❤

Aura berjalan santai dengan bersenandung kecil. Ia tak memperdulikan orang disekitar. Ia tetap berjalan dengan tatapan ke depan tanpa mau lirik kanan kiri yang sedang membicarakannya. Aura juga tidak tau mengapa Ia selalu jadi pembicaraan padahal menurutnya dirinya hanyalah manusia biasa yang mempunyai banyak kekuarangan namun banyak yang iri padanya. Aura berjalan dengan badan tegap dinilai orang seperti sok jagoan namun jika berjalan dengan santai dinilai sok cantik, lalu Aura harus berjalan seperti apa. Apa Aura harus ngesot biar seperti suster ngesot.

Jarak antara perpustakaan dan kelas Aura cukup jauh. Tujuan Aura ke perpustakaan untuk mencari buku referensi untuk makalahnya. Aura memilih pergi ke perpustakaan sendirian karena Fani dan Risa juga sibuk dengan makalahnya. Aura juga terbiasa jalan sendiri karena Aura bukan anak balita yang jalan harus didampingi.

Saat Aura melewati kamar mandi perempuan tiba tiba ada yang menarik tangannya secara kasar. Lalu membanting tubuh Aura hingga terbentur dinding. Kepala Aura yang ikut kebentur jadi pusing. Pandangannya kabur Ia berusaha menajamkan pandangannya agar bisa melihat siapa yang menariknya tadi.

"Dinda?" ucap Aura ketika wajah Dinda mendekati wajahnya.

"Gue benci sama lo!" teriak Dinda tepat di depan wajah Aura.

"Apa salah gue?gue ga punya masalah sama lo!" ucap Aura sangat tegas namun tak bisa dibohongi wajah Aura terlihat ketakutan.

"Karena ada lo, Davin jadi suka sama lo. Perasaan gue ga terbalaskan karena lo!"

"Tapi gue ga suka Davin."

"Bodoamat! Intinya karena lo perasaan gue ga terbalaskan!"

"Lo harus sadar bahwa tak semua rasa bisa terbalaskan dan lo gabisa menyalahkan orang lain karena rasa lo yang gak terbalaskan."

"Gausa banyak omong deh lo!" ucap Dinda lalu mengambil gayung dan

Byurrr byurrr byurr
Seragam Aura basah. Dinda menyiram Aura Berkali kali. Dinda terus menyiram Aura tanpa mau berhenti. Aura sudah berteriak untuk berhenti namun dihiraukan oleh Dinda. Badan Aura sudah menggigil. Ia memilih diam menerima siraman dari Dinda. Mungkin dengan begitu rasa kesal Dinda bisa mereda.

Plak plak
Dua tamparan mendarat ke pipi mulus Aura dan membuat warna merah karena bekas tamparan dari tangan Dinda. Lagi dan lagi Aura hanya diam saja. Bukannya Aura takut untuk melawan namun Aura sadar jika orang emosi dan ditanggapi maka akan semakin emosi. Jika ada orang emosi kita harus bisa meredakannya. Rambut Aura dijambak oleh Dinda hingga rontok. Aura dibanting keras hingga terbentur dinding untuk kedua kalinya. Kepala Aura semakin pusing dan badannya menggigil.

Byurr byurr byurr
Dinda dengan emosinya terus saja menyiksa Aura. Keadaan Aura semakin buruk.

"Din, cukup kasian dia. Ayo kita pergi," ucap Dewi sembari menarik tangan Dinda.

"Biar tau rasa!"

Dewi adalah teman Dinda. Sedari tadi Dewi hanya diam menyaksikan Dinda. Karena Dewi merasa kasihan pada kondisi Aura akhirnya Ia berusaha menghentikan Dinda. Namun Dinda adalah cewe yang keras kepala dan ambisi. Ia terus saja menyiram Aura dan.

Brukkk
Aura pingsan dengan kondisi seragam basah, pipi merah dan rambut acak acakan. Dewi langsung menarik tangan Dinda agar segera pergi dari kamar mandi. Aura masih tergeletak tanpa ada orang lain yang tau.

Disisi lain, Risa dan Fani sibuk dengan makalahnya masing masing. Namun Risa sadar bahwa kepergian Aura ke perpustakaan sudah terlalu lama. Sedangkan Fani masih fokus dengan laptopnya. Risa memaksa Fani untuk ikut menyusul Aura. Dengan sangat terpaksa, Fani meninggalkan laptopnya dan pergi menuju perpustakaan yang letaknya cukup jauh dari kelas. Ditengah perjalanan, Fani ingin buang air kecil dulu. Fani pun memasuki kamar mandi dan Risa menunggu diluar. Dan

AURAAA!!!

Teriakan Fani pecah ketika melihat Aura pingsan dikamar mandi dengan kondisi seragam basah. Risa yang mendengar teriakan Fani akhirnya Ia masuk.

Deggg

Degup jantung Risa seakan berhenti ketika melihat Aura. Risa dan Fani sangat panik. Mereka tidak mungkin menggendong Aura dalam keadaan seragam basah seperti itu. Risa pun berlari keluar dari kamar mandi menuju kelas Akhza. Risa berlari dengan sangat cepat sehingga membuat murid lain memperhartikannya. Kaki Risa terus berlari.

BUGH

"ADUH!!" umpat Risa ketika terjatuh karena telah menabrak seseorang. Risa pun langsung berdiri dan melihat siapa orang yang telah Ia tabrak.

AKHZA!

teriakan Risa pecah, membuat Akhza menutup telinga. Risa mengatur napas sebelum memberitau Akhza.

"Apaan si lo lari lari ga jelas sekarang teriak teriak ini bukan hutan!"

"Gue gini ada sebab."

"Apaan?"

"Aura Aura," ucap Risa dengan napas masih belum teratur.

"Kenapa Aura?"

Risa tak menjawab pertanyaan dari Akhza karena itu sangat membuang waktu. Risa pun menarik tangan Akhza. Arjuna yang melihat Risa yang sedang menarik tangan Akhza sedikit cemburu. Sedangkan Akhza masih bingung dengan sikap Risa. Akhza juga tidak tau Ia mau dibawa kemana oleh Risa. Akhza hanya mengikuti Risa. Risa menarik tangan Akhza dengan sangat kasar. Adegan ini menjadi tontonan murid lain. Hingga sampai di depan kamar mandi perempuan, Akhza masih belum tau tujuan Risa menariknya. Ketika Risa membawa Akhza masuk ke kamar mandi.

RA?!

Akhza berteriak lalu langsung menghampiri tubuh Aura yang sudah tak sadarkan diri dengan kondisi seragam basah dan pipi merah. Akhza sangat emosi. Ia tak tau apa yang terjadi. Akhza merasa gagal untuk menjaga Aura. Akhza gagal untuk selalu melindungi Aura. Dengan emosinya Akhza memukul mukul dinding hingga tangannya terluka.

"Gue bawa lo kesini buat gendong Aura bukan mukul dinding!" ucap Risa yang menyadarkan Akhza.

Akhza lalu melepas jaketnya untuk menutupi seragam Aura yang basah. Akhza langsung menggendong tubuh Aura. Akhza menyadarkan kepala Aura ke dada bidangnya hingga wajahnya tertutupi oleh rambut. Akhza menggendong Aura lalu Ia berlari tanpa memperdulikan tatapan tajam dari murid lain. Akhza langsung menuju uks. Sesampai diuks Akhza langsung menidurkan Aura diatas brangkar. Akhza menelpon Rama untuk mengambilkan seragam cadangannya di loker agar bisa dipakai oleh Aura.

Akhza mengambil tisu lalu mengusap wajah Aura secara halus. Akhza memegang pipi Aura yang telah me merah. Sekitar 5 menit Rama datang dengan membawa seragam cadangan milik Akhza. Rama juga terkejut melihat kondisi Aura. Akhza mempersilahkan Risa untuk mengganti seragam Aura. Sedangkan Fani mendapat perintah dari Akhza untuk membeli teh hangat dan bubur. Akhza dan Rama menunggu diluar uks.

Setelah Risa mengganti seragam Aura, Akhza kembali menghampiri Aura. Akhza duduk dikursi samping brangkar sambil menggenggam tangan Aura yang masih dingin dan pucat. Akhza menunggu Aura sadar. Akhza menunggu penjelasan dari Aura. Akhza ingin tau siapa pelakunya. Akhza akan memberi balasan. Emosi Akhza sangat memuncak. Wajah Akhza menahan amarah dengan tatapan mata masih terfokus pada wajah pucat Aura. Tangan kirinya membelai rambut Aura yang masih basah. Akhza sungguh tak percaya dengan kondisi Aura saat ini. Hal seperti apa yang telah dilakukan hingga membuat Aura pingsan. Untuk yang kedua kalinya Aura pingsan dan itu semua karena keteledoran Akhza. Akhza sangat merutuki dirinya sendiri. Hingga Akhza lupa dengan luka ditangannya. Luka ditangannya hanya luka kecil. Luka terbesar bagi Akhza adalah ketika kondisi orang yang Ia sayang dalam keadaan tidak baik.



















See you next part

TWILIGHT SKY (END)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz