08. Permulaan Gelap

804 210 8
                                    



Malam itu rembulan bulat sempurna tergantung di langit yang gelap

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Malam itu rembulan bulat sempurna tergantung di langit yang gelap. Tanpa taburan bintang bermacam gemerlap. Suara serigala yang melolong jauh, dan seekor burung hantu terjaga di ranting pohon yang hampir jatuh.

Jam menunjukkan pukul 3 kurang 10 menit dini hari. Di luar dingin.

Felix beberapa hari terakhir tidak bisa tidur dengan nyenyak. Jam tidurnya mundur, dan suara-suara kecil sekalipun dapat membuatnya terjaga. Pun hari ini.

Felix membuka matanya, terbangun, hanya karena bising di hati dan pikirannya. Ia merasa tidak tenang. Firasatnya bergelora bahwa akan terjadi hal besar hari ini.

"Apa sekarang, ya?" Ia bergumam sendiri.

Chef tersebut mendudukkan diri di kasur, menyandarkan punggung kecilnya pada tembok kokoh yang dingin dan hampa. Helaan napas berat keluar dari mulutnya.

Pandangannya berkeliling ke penjuru dapur(sel nya). Perapian di sisi kiri menyulutkan api kecil yang merah. Ia tersenyum. Kini ditatapnya langit-langit sel yang gelap.

Tak!

Rungunya menajam. Sebuah suara mengalihkan pandangannya. Ia menelan ludahnya yang terasa pahit.

Nngiiiiik--

Tubuh Felix menegang, bulu kuduknya meremang. Felix paham betul suara apa itu.

Bohong jika ia berkata bahwa jantungnya berdentum seperti biasa. Degupnya bahkan nyaris seolah jantungnya akan melompat keluar dari peredaran.

Pemandangan yang ia lihat di depannya adalah pintu jeruji sel yang dibuka perlahan oleh penghuninya. Sel dengan penghuni yang paling dekat dengan dapur Felix.

Keluarlah figur gelap seperti bayang-bayang menyeramkan, kurus dengan banyak aksesoris di telinga, Felix tahu itu siapa. Ten.

Ten.

Ten.

Ten keluar dari sel nya.

Dan kartu merah yang dipegang Ten adalah kuncinya.

Sekali lagi. Ten keluar dari sel nya.

Itu berarti--

Brak!

Felix menoleh pada perapian seketika.


Felix menoleh pada perapian seketika

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Ten yakin malam ini adalah malam yang tepat. Udara yang ada di dalam sel ia hirup kuat-kuat.

'Ini akan jadi hari terakhir.' batinnya setengah lega.

Ia keluarkan sesuatu dari kantong celana kanan. Benda pipih berwarna merah dengan simbol huruf V yang dimodifikasi sedemekian rupa hingga mirip labirin.

Glek.

Ten menatap benda itu lekat-lekat.

Di tangannya sekarang ada kunci kartu yang akan membebaskannya. Yang akan membuatnya dapat bernapas lega penuh kebebasan di luar sana. Yang juga akan mengeluarkan teman-temannya dari penjara aneh yang menjeratnya dengan tidak masuk akal.

Ngomong-ngomong, sejujurnya sudah sangat lama Ten memiliki kunci tersebut. Hingga bisa saja ia terbebas dari tempat ini dari jauh-jauh hari. Seharusnya begitu dan memang begitu. Namun karena mempertimbangkan dampak yang mungkin terjadi, niatnya jadi maju-mundur, labil. Ia bimbang sendiri dibuatnya.

Namun hari ini, dini hari, Ten benar-benar ingin keluar dari tempat yang selalu dianggapnya konyol ini.

Dipegangnya kartu merah dengan hati-hati, diletakkan pada sisi kiri daun pintu yang tertempeli benda pendeteksi(seperti alat scan). 

Ttak!

Suara yang timbul terdengar padat dan pekat. Dengan hati-hati, ia membuka pintu yang menahannya selama ini. Jemarinya menyentuh besi-besi dingin dengan gugup.

Berhasil.

Langkah pertamanya berhasil. Sekarang yang perlu ia lakukan adalah membangunkan ke enam tahanan lain. Mengatakan bahwa kunci mereka semua sudah terbuka dengan satu klik yang Ten lakukan. Pintu otomatis yang tidak bisa dinalar.

Penjara ini canggih dan random sekali.

Sebelum kembali melangkah, Ten menyempatkan diri untuk melirik dapur yang hening. Ia ingin tahu eksistensi chef yang harusnya ada di sana. Namun penerangan minim sekali. Tidak terlihat apapun kecuali gelap dan beberapa panci atau penggorengan yang berkilat.

Atau itu--

Wujud gelap yang sedang terduduk di kasur dan bersandar di tembok. Menatap lurus ke arahnya.

Itukah... Felix si chef?



 Felix si chef?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Alooo..
Tiba-tiba aku kepo, hehehe. Menurut kalian, cerita ini genre nya apasih? Xixixi 😆😆😆

TURN BACK CHEF •wayv||Felix•✔Where stories live. Discover now