14. Tidak Takut Mati

775 202 13
                                    


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Sebab tentang nyawa dan kematian menggilas habis-habisan, Ten terjang penjara begitu saja. Menyusul keempat teman yang sedang sibuk entah melakukan apa di sel milik Hendery. Barulah saat Ten sudah tiba, ia tahu apa yang sedang mereka perbuat dengan peluh bercucuran, dan gripisnya pinggiran kolam.

Pemuda dengan banyak anting itu tertegun.

Di depan matanya, semua temannya berjuang. Berjuang untuk memulihkan kekacauan yang ia sebabkan dengan dungu.

Di depan matanya, Winwin sedang memukuli kerasnya dinding sumur. Menonjoknya bak menghajar pencuri barang mewah dengan tangan yang membiru. Tangan yang sudah koyak dan berdarah.

Di depan matanya, Xiaojun yang kurus dan ringkihpun berjuang demikian dengan bantuan kayu digenggaman. Pun Hendery dan Lucas yang bergelut dengan dinding sumur.

Hendak Ten berjalan lebih dekat, sebelum suara grujukan air yang tumpah melegakan separuh hatinya.

"Berhasil!"

Air dari kolam mengalir ke berbagai sisi. Merayapi lantai-lantai yang berisi kobaran api. Helaan napas terdengar di tengah api gemericik.

"Hei!"

Ten berlari mendekat.

"Kita harus segera pergi dari penjara ini!" ucapnya membawa kabar, yang menghasilkan tatapan aneh dan tidak terima dari teman-temannya.

"Gila ya, kau! Mana mungkin Chef ditinggal!" Bentak Lucas tepat di muka Ten yang diam-diam menciut.

"Tunggu! Biarkan aku melanjutkan perkataanku!"

Ten ceritakanlah apa-apa yang beberapa waktu lalu Felix sampaikan padanya. Tentang petugas pukul empat, tentang penjaga yang sebentar lagi berpatroli, dan yang terakhir bahwa mereka harus kabur secepat mungkin jika tidak ingin tertangkap.

"Itu. Itu yang chef katakan."

Dengan Ten yang menunduk sehabis menceritakan, keadaan dibuat tambah runyam. Meski katanya bakal ada petugas yang datang, dan dibayangkanlah akan membebaskan Felix dari api, namun itu tidak menjamin. Tidak ada jaminan bahwa Felix akan bertahan hingga petugas tersebut datang.


 Tidak ada jaminan bahwa Felix akan bertahan hingga petugas tersebut datang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Chef! Chef!"

Kelimanya (Winwin, Lucas, Hendery, Xiaojun, dan Ten) berjalan ke arah dapur dengan hati-hati. Tidak bisa mereka berlari seenak jidat untuk mendekat. Si jago merah di dapurlah yang paling tidak main-main. Walaupun sebenarnya air sumur Hendery yang mereka perjuangkan ternyata menjamah area ini, namun api memang luar biasa, dan airnya yanh mengalir tidak seberapa. Pun asap yang membuat mereka mengernyit karena pasokan oksigen menyempit.

"Kalian-huk-mengapa masih di sini?" Felix berjengit dengan masih menutup hidung serta mulutnya dengan kain basah.

"Apa yang harus kami lakukan? Hoek!" Di akhir pertanyaannya, Lucas pun tersedak asap. 

"Ten sudah memberi tahu kalian, kan? Itu yang harus kalian lakukan! Seseorang akan menyelamatkanku, dan kalian harus segera pergi dari sini, cepat!"

Seharusnya begitu, itu yang Felix inginkan. Namun alih-alih segera berlari, justru setetes air keluar dari sumber yang baru; Hendery yang menangis. Disusul teman tahanannya yang lain.

"Bagaimana bisa--bagaimana bisa kami meninggalkanmu?" ucap Hendery sambil tersedu.

Hatinya sesak sekali. Tertampar oleh kejadian memilukan di depan matanya. Mengorbankan orang lain untuk kebebasan masing-masing. Bisakah--bisakah hal demikian tidak membuat pilu?

Dan Felix tidak berbohong kala dadanya juga sungguh nyeri.


Telah lama ia di sini. Menghadapi bandel dan bebalnya ketujuh orang aneh di hadapannya. Memasak dan menyajikan hasil dari kegiatan favoritnya.

Setetes air turun dari matanya yang gelap dan dalam bak samudra, namun entah mengapa juga berkilau di waktu yang bersamaan.

Ingin ia menangis banyak-banyak. Hingga dapur dipenuhi dengan tampungan air mata berharga Felix yang sedih karena nasibnya.

"Kumohon... keluarlah dari sini." ia ucapkan dengan lembut dan tenang. "Aku akan baik-baik saja. Sungguh. Percayalah padaku."

"Chef..." Winwin berhambur. Memeluk sebisa mungkin chef kurus yang lebih pendek.(besi-besi sialan yang menghalangi mereka berdua!)

Winwin menumpahkan tangis namun tidak dengan sedihnya. Hatinya masih berdenyut nyeri mengingat peran Felix yang sebenarnya sudah bagai kakak yang menyuapi makanan pada adiknya.

"Berjanjilah." Perlahan Winwin melepas pelukannya. "Berjanjilah bahwa apapun yang terjadi kau harus aman dan selamat." terucap oleh Winwin dengan penuh harap.

Felix mengangguk mantap dengan senyum manis yang terkembang, "Pasti."

Dan dengan itu, kelima tahanan tersebut keluar dari penjara dengan perasaan yang tidak dapat terungkapkan.





"Kak Felix!"

Felix menoleh pada Yangyang yang berada di luar jendela(di luar penjara). Ia berjalan mendekat ke sana.

"Kak Felix tidak ke-bau-an, ya? Asapnya bau sekali." Yangyang menutup hidung dengan tangan kanan, sedang tangan kiri berusaha mengusir kepul bakaran di depan mukanya.

Felix hanya tersenyum dan menyapu rambut Yangyang dengan jemarinya(bagai adik sendiri.)

"Jadi adik yang baik, ya. Nurut dengan kakak-kakak." ucap Felix dengan kelima orang yang baru datang dan berkumpul di jendela.

"Sudah jangan berlama-lama lagi."

Tangan Felix menepuk pundak tahanan satu persatu. Tepukan ringan yang hangat dan bersahabat. Yang penuh kasih sayang dan harap agar mohon ia jangan pernah dilupakan.





bersambung

bersambung

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Yihiii~ ayo banjiri kolom komentarr hehehe.
Btw sepertinya besok chapt terakhir xixixi. Setelah itu epilog 😆

TURN BACK CHEF •wayv||Felix•✔Where stories live. Discover now