Chapter 13

64.5K 5.9K 78
                                    

Kondisi di mana para pengendara merasa jika darah tingginya kumat. Suara klakson mobil ataupun motor yang saling bersaut-sautan, jangan lupakan suara pengendara yang saling memaki, dan juga asap dari knalpot ataupun asap rokok pengendara yang membumbung tinggi ke udara, suatu kondisi yang completed. Oh, jangan lupakan cuaca panas yang menambah membuat darah naik tinggi.

Seharusnya tadi Alan setuju untuk di antar supir, sehingga ia dapat tidur di tengah-tengah kemacetan ini. Namun, naas dia harus mengantri untuk keluar dari macetnya jalan kota metropolitan.

Sembari menunggu mobil di depannya berjalan, Alan sibuk memutar memori hari ini, hingga berhenti dimana di saat sekertarisnya itu marah. Ya, dia tau jika Letta galak mungkin tempramental? Namun, ia merasa ada yang salah dengan emosinya hari ini. Dia seperti tengah berada dalam keadaan di mana emosinya di permainkan.

Tin ... tin ...!

Suara mobil di belakangnya mengurungkan niat Alan? Untuk memikirkan Letta lebih jauh.

Akhirnya setelah 45 menit sampai juga di rumah, lebih tepatnya rumah kedua orang tua Alan. Dia sudah terlalu letih untuk mengemudikan mobil hingga sampai ke apartemen, jadi ia memutuskan untuk pulang saja ke rumah orang tuanya.

"Ma ...!"

"Mama di dapur, Lan." Bukan mama yang menjawab melainkan papa yang muncul dari ruang kerjanya.

Dan benar saja, mama tengah berada di dapur. Jangan kira mama Alan sedang memasak, beliau hanya mengawasi para pekerja.

"Kau pulang, sayang?" sambut mama memeluk putra tunggalnya dengan erat.

"Ya, aku terlalu letih untuk membawa mobil sampai apartemen. Kapan jalanan bisa lenggang-langgang, Ma ...."

"Hiss, sudah jangan terlalu banyak menge ...."

"Tante ini harus di taruh di mana?" Tiba-tiba seorang wanita muda, mungkin kisaran 21-23 tahunan, datang menghampiri. Dia membawa sebuah kotak parsel, mungkin?

"Taruh di meja saja, Lin," ujar Mama. "Alan perkenalan ini Lina, anak pak Jeki rekan kerja Papa kamu."

Situasi paling menyebalkan setelah kemacetan, yaitu sebuah perkenalan yang sudah di atur yang pastinya nanti akan menjerumus ke perjodohan dan pernikahan. Alan sangat yakin 9,999% bahwa Lina-Lina ini akan menjadi target mamanya selanjutnya sebagai calon istri pilihannya untukku. Ya, dia kenal dengannya, dulu. Saat Alan belum sekolah di luar negeri.

"Oh, ya?" balasnya acuh.

"Iya, benar. K-kamu apa kabar? Sudah lama kita tidak bertemu. Tadi, aku mampir ke perusahaanmu, tapi ada wanita menyebalkan yang membuatku batal bertemu dengan mu," cerocos nya tanpa henti. Bahkan telinga Alan sampai panas mendengarnya. Dulu, yang Alan tahu  wanita di hadapannya itu adalah wanita kalem dan sedikit gagap saat berbicara. Namun, sepertinya sekarang jauh lebih lancar, dan itu membawa petaka baginya.

"Oh, begitu ...?" responnya. Kini atensinya kembali ke Mama. "Alan masuk kamar, Ma."

"Alannn!" geram mama yang ia dengar sebelum akhirnya suara mama sama sekali tak terdengar lagi.

***

"Gimana keadaan kamu, Ra?" tanya Letta yang kini berada di kamar kost Sera.

Dia memutuskan untuk singgah sebentar di kost-kostan Sera. Letta cukup khawatir dengan keadaan temannya itu.

"Dah, mendingan kok. Cuman sedikit pusing aja," jawab Sera mengulas senyum manis.

"Btw ... kenapa tu muka?" lanjut Sera memperhatikan wajah masam wanita di hadapannya.

"Ya udah kalo keadaan kamu baik-baik saja, aku pamit pulang." Tak menjawab pertanyaan yang di lontarkan Sera. Letta malah beranjak dari kasur busa itu dan langsung menyambar tasnya.

Sekretaris Galak #APproject *Tamat*Where stories live. Discover now