5. Sepupu Terdekat

731 82 2
                                    

.
.
.
.

Kim Namjoon

.

New York

Namjoon membungkuk memeriksa makalah di sofa kulitnya yang sudah lusuh, ketika Seokjin dengan santai membuka percakapan. "Jadi, bagaimana ceritanya saat kita menginap di rumah orangtuamu? Apakah kita akan tidur sekamar, atau itu tidak menimbulkan skandal?"

Namjoon menggelengkan kepala, "Hmm, kurasa kita akan sekamar---"

"Kau rasa atau kau tahu?"

"Jangan khawatir, begitu kita sampai semua bisa diatur."

Diatur, biasanya Seokjin merasa frasa-frasa Inggris Britania Namjoon begitu menarik, namun untuk kali ini malah sedikit membuat frustasi. Merasakan kegelisahannya, Namjoon berdiri, berjalan mendekat ke tempatnya duduk. Mengapit dagu dan melumat bibir tebal Seokjin atas dan bawah. "Tenang saja---orangtuaku bukan tipe orang yang peduli soal urusan orang lain apalagi pembagian kamar?"

Dengan tetap menaikan alis dan smirk kecil, Seokjin dibuat terpana. Tampan saja tidak bisa menjadi kata untuk menggambarkan Namjoon. Dia tampan, menarik, dan---berkharisma. Ditambah tutur kata Namjoon, begitu bersahaja.

Belum lagi ketika malam-malam panas yang Seokjin habiskan bersama Namjoon. Deep talk milik pria itu membangunkan sisi Seokjin yang lain. "Honey, jangan membuat wajah seperti itu."

Namjoon membawa tangan kanannya ke pipi Seokjin, dan ibujarinya mengelus bibir bawah Seokjin. "Aku tak yakin bisa menahannya." Matanya mengarah ke bibir Seokjin, turun ke dada dan kembali ke bibir.

Seokjin melihat tatapan berkabut Namjoon. Dia-pun sama menginginkan... Namjoon.
"Satu setengah hari dimulai pagi ini, yhaa---" Seokjin menganggukkan kepala, tersenyum cerah. "Aku milikmu malam ini."

Namjoon mencium bibir Seokjin, atas bawah bergiliran-seirama-dan bergairah. "Namhh-- kali ini aku ingin di kasur bukan meja makanhhmp."
Namjoon memperdalam ciuman, "As you wish, honey."

##

Seokjin kembali membaca situs petunjuk perjalanan Asia dari Departemen Luar Negeri. Sementara Seokjin duduk dalam pendar cahaya handphone, Namjoon keluar kamar mandi.

Mandi setelah menghabiskan sisa hari dengan sex tiada ujung. Bukan awal rencana kencan Namjoon, tetapi apa yang terjadi barusan Ahh... Baiklah itu juga adalah rencana yang terbaik. Pikir Namjoon sembari tersenyum kecil mengingat kejadian barusan.

Seokjin, Namjoon mau tak mau mengagumi betapa cantik pacarnya, sekalipun malam di mana bulan bersinar terang. Bagaimana dia bisa seberuntung itu? Semua mengenai Seokjin---dari kulit yang basah sehabis lari pagi di apartment pria itu, sampai rambut legamnya yang lepek---menyampaikan kecantikan alami dan sederhana, begitu berbeda dari pria ataupun gadis berpenampilan siap untuk karpet merah seperti yang dibesarkan bersamanya.

Sekarang Seokjin tanpa sadar menggosok-gosokkan jari telunjuk ke bibir atasnya, alisnya sedikit mengerut. Namjoon sangat mengenal kegiatan itu. Apa yang dikhawatirkan pria itu? Sejak dia mengundang Seokjin ke Korea Selatan berapa hari lalu, pertanyaan-pertanyaan terus menumpuk.

Di mana mereka akan menginap? Bingkisan apa yang harus dibawa untuk orangtuanya? Apa yang Namjoon ceritakan pada mereka mngenai dirinya? Namjoon berharap dapat menghentikan otak analitis Seokjin yang brilian agar tidak memikirkan setiap aspek dari perjalanan itu secara berlebihan.

CRAZY RICHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang