12. Makan Malam Sederhana

609 61 0
                                    

.
.
.






Raymon

Raymon duduk di kursi lipat logam kesukaannya di pinggir pantai Hamdeok-pulau Jeju Korea. Matanya awas pada pemandangan pantai. Ponselnya bergetar di saku celana cargonya, mengganggu ketenangan melihat sunset. Dia tahu pasti istrinya yang menelepon; praktis hanya Yoona yang menelepon di ponsel jadulnya.

Yoona memaksa membawa satu ponsel jadul itu dekat tubuh setiap waktu, hanya nomor telepon Yoona yang ada di ponsel jadul itu. Istrinya tahu dia tidak suka membawa iPhone seri terbaru miliknya. Cukup merepotkan dan hanya digunakan untuk kolega bisnis. Untuk keluarga dekat, tuan Kim menggunakan ponsel Android, ponsel itupun dibawa oleh tangan kanannya- Kang Jaymi.

Raymon menjawab telepon dan semburat histeris istrinya langsung dimulai. "Tenang dulu dan bicara lebih pelan, sayang." Ujar Raymon. "Putramu! Dia merahasiakan hubungannya lagi! Kau tahu, Aku adalah orang yang tahu paling akhir." Ujar Yoona.

"Kau tahu putramu lebih dari yang lain, sayang." Ujar Raymon lebih sabar, takut apabila istrinya terrsinggung. Raymon mendengar suara tersendat menahan tangis. Yoona adalah wanita ambisius, terpandang, bahkan menggilai latar belakang keluarga terpandang. Namun dia tahu, Yoona adalah istrinya, wanita itu mencintai dengan caranya. Tidak banyak orang paham akan kasih sayang yang Yoona berikan.

"Namanya Seokjin, dia seorang dokter di rumah sakit kita di New York. Mereka sudah menjalin hubungan lebih dari satu tahun mungkin sudah jalan dua. Dan putramu itu, baru saja memberitahu akan membawa Seokjin pulang." Ujar Yoona dengan nada sedih.

"Biar Ku tebak, detektif swasta?"
"Tentu saja, Kita tidak tahu apa-apa tentang pria itu, belum lagi, bagaimana jadinya jika dia seperti si ular Hansuk. Satu lagi, semua orang sudah membicarakan Seokjin dan Namjoon." Yoona mengehela nafas panjang.
"Apa kau tidak bersiap makan malam?" Tanya Raymon.
"Jangan mengalihkan pembicaraan! Tunggu dulu, dimana kau?"
"Melihat sunset, kenapa?"
"Kau ini! Menyuruhku bersiap, dirinya sendiri pergi! Aku tidak mau tahu, sebelum acara dimulai, Aku sudah melihatmu!"

Tuan Kim memjiat hidung pelan, meminta assistant -nya, Jaymin, melipat dan membawa kursi logam yang dia gunakan ke mobil. "On my way, sayang. Kau ingin Aku bawakan sesuatu?" Tanya tuan Kim.
"Tidak, terimakasih. Omong-omong Aku sedang kesal. Da Hee membohongiku, marga Seokjin adalah Kim bukan Park."
"Dari dulu sudah kukatakan, sayang. Jangan percaya omongan Da Hee. Ada masalah?"
Yoona menselajarkan kaki kanan dan beauty therapist melakukan tugasnya. "Detektif swasta itu mengatakan padaku bahwa dia terlahir tanpa ayah. I mean that, single parent, kau pasti tahukan Monmon. Dia pasti bukan pemuda baik-baik, tanpa didikan seorang ayah, bagaimana jika dia seorang pecandu obat-obatan. Hahhh Aku tidak mau membayangkan."

Jaymin membukakan pintu mobil dan mempersilahkan tuan Kim masuk. Tuan Kim bergumam terimakasih, "Sayang, jangan terlalu keras pada putramu. Mungkin kali ini kau bisa lebih pelan dalam mengerti dia. Jangan hanya menilai Seokjin dari kata Da Hee, detektif swasta, atau apalah itu. Aku akan tiba tiga puluh menit sebelum acara dimulai, masih cukup untuk bersiap, tunggu Aku di kamar, Yonyon." Raymon merasa seperti remaja labil setelah istrinya memanggil nama panggilan mereka dulu sewaktu berpacaran. Dia tersenyum sendiri selama perjalanan. Jaymin yang berada di kursi pengemudi hanya membiarkan tuannya tersenyum sendiri.

##

Seokjin dan Namjoon
.
Korea Selatan

Pesawat membelok tajam ke kiri, memecah awan sementara Seokjin melihat pulau itu. Mereka meninggalkan New York 14 jam yang lalu, dan setelah berhenti mengisi bahan bakar di Frankfurt, dia berada di Korea Selatan sekarang. Diatas ketinggian enam ribu kaki, terlihat kota metropolis yang padat dengan gedung pencakar langit yang berkilau di langit senja.

CRAZY RICHWo Geschichten leben. Entdecke jetzt