9. Kim Seokjin

663 59 5
                                    

.
.
.









.

New York

Namjoon mengatakan dengan santai, sambil memilah cucian pada hari Minggu sore sebelum perjalanan besar mereka. Rupanya orangtua Namjoon baru saja diberitahu bahwa Seokjin ikut bersamanya ke Korea Selatan. Dan oh, omong-omong, mereka baru saja diberitahu siapa Seokjin.

"Aku tidak mengerti... Maksudmu, orangtuamu selama ini tidak tahu tentang aku?" Tanya Seokjin heran.
"Ya, maksudku, tidak, mereka tidak tahu. Tapi kau perlu tahu bahwa ini sama sekali tidak ada hubungannya denganmu---" ucap Namjoon.
"Yah, rasanya tidak sulit untuk merasa tersinggung."
"Honey, tolong jangan. Maaf kalau kesannya seperti itu. Hanya saja...." Namjoon menelan ludah gugup. "Aku hanya selalu berusaha untuk menjaga batas-batasan yang jelas antara kehidupan pribadiku dan kehidupan keluargaku, itu saja."
"Tapi bukankah kehidupan pribadimu seharusnya sama dengan kehidupan keluargamu?"
"Tidak dalam kasusku, Jinseok. Kau tahu betapa orangtua Asia suka mengatur."
"Lihat siapa yang tumbuh besar di Amerika sejak kecil di sini?" Sarkas Seokjin.

Namjoon berjalan menghampiri Seokjin yang sedang mencuci piring sehabis mereka makan. Dia memeluk Seokjin dari belakang, menyelipkan kepala di antara leher Seokjin. Mendusal di sana dan memberi jilatan di tengkuk Seokjin.

"Ehhh.... Tapi tetap saja, aku tidak akan merahasiakan sesuatu yang penting seperti pacarku pada ibu. Maksudku, ibuku tahu tentang kau lima menit setelah kencan pertama Kita, dan kau duduk makan malam bersamanya menikmati ramyun musim dingin buatannya---kira-kira, dua bulan kemudian." Seokjin mengeringkan tangan, usai piring terakhir dia letakkan ke tempat yang bersih. Seokjin berbalik badan, menemukan Namjoon semakin merapatkan jarak diantara mereka. Namjoon memeluk pinggang Seokjin, kedua tangan Seokjin bertengger mesra di pundak Namjoon.

"Yahh, kau memiliki hubungan yang sangat istimewa dengan ibumu, kau tahu itu. Tidak semudah itu bagi kebanyakan orang lainnya. Dan dengan orangtuaku, itu hanya...." Namjoon terhenti, berjuang mencari kata yang tepat. "Kami berbeda, maksudku Aku tidak tahu harus mulai darimana. Kau tahu, Jinseok. Pernahkah kau berfikir apa yang aku lakukan menyakiti ibuku---seksualitasku?" Namjoon mencicit di akhir kalimat. Seokjin berkedip bingung, dia terkejut jadi selama ini.... Namjoon mencium pucuk hidung Seokjin dan mengelus punggungnya perlahan. "Hei, jangan berfikir pendek---" Namjoon menggigit pucuk hidung Seokjin, Seokjin memukul kecil dada Namjoon atas respon sakit gigitan di pucuk hidungnya. "Aku tidak pernah menganggap pilihanku salah, Jinseok. Sewaktu Aku coming out dengan ibu dan ayahku. Mereka tidak mencela sama sekali. Ayahku seutuhnya menerima pilihan hidupku. Ibuku, dia hanya diam saja, tak lama dia menerima. Hanya saja dia jadi lebih keras dari biasanya."

"Kenapa? Keras bagaimana? Apa kau dituntut untuk melakukan sesuatu?"
"Tidak, tidak seperti itu. Kurasa kau akan mengerti saat bertemu mereka."
Namjoon memberi senyum tipis, Seokjin memeluk mesra prianya. Seokjin tidak tahu harus berpikir apa. Terkadang dia tahu Namjoon bisa menjadi begitu samar, dan penjelasan yang diberikannya terasa tidak masuk akal baginya. Namun begitu, dia tidak ingin bereaksi berlebihan. "Ada lagi yang ingin kau ceritakan tentang keluargamu, sebelum aku naik pesawat dan menghabiskan seluruh musim panas bersamamu?"

"Tidak, tidak juga, yahh...." Namjoon terdiam sesaat, mencoba memutuskan apa sebaiknya dia membicarakan mengenai situasi penginapan atau tidak. Dia tahu dia telah melakukan kesalahan besar dengan ibunya. Dia menunggu terlalu lama, dan ketika dia menelepon untuk menyampaikan secara resmi mengenai hubungannya dengan Seokjin, ibunya diam saja. Diam yang menakutkan. Satu-satunya yang beliau tanyakan hanya, "Jadi, dimana kau akan menginap, dan dimana dia akan menginap?" Tiba-tiba Namjoon menyadari seberapa kecewanya ibunya dan bukan ide bagus mereka berdua untuk menginap di tempat orangtuanya---setidaknya, bukan di awal.

CRAZY RICHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang