Chapter 15

1K 134 11
                                    

Selamat siang❤️

Aku kembali bawa temen-temennya Clemira hihii jangan lupa tinggalkan jejak ya 🥰

Happy reading 🌹

💃💃💃💃💃

Kenzo termenung setelah membaca beberapa judul artikel yang dimuat media tadi malam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kenzo termenung setelah membaca beberapa judul artikel yang dimuat media tadi malam. Sejak kejadian di hall basket waktu itu, ia tidak pernah bertemu dengan Clemira. Bahkan, sudah dua minggu berlalu, gadis imut itu belum terlihat menginjakkan kaki di kampus.

Dengan adanya judul artikel seperti itu, Kenzo mengerti. Media mulai mencium keretakan hubungannya dengan Clemira. Terlebih lagi, ada berita yang mengatakan Clemira menghadiri pertunjukan Black Swan di Singapura tanpa dirinya. Padahal selama ini, ke mana Clemira pergi, pasti ada dirinya yang menemani. Lalu ... tunggu! Clemira dikabarkan dekat dengan calon pewaris Akira Group?

Kenzo segera membuka satu per satu artikel yang memuat berita tentang Clemira dan Theodore. Matanya memicing. Clemira berada di Singapura bersama Theo? Mengapa membaca dan melihat artikel itu mampu membuat hatinya terbakar? Ingin rasanya ia membanting ponsel saat melihat foto kedekatan Clemira dan Theo di bandara Changi, Singapura.

"Weits ... masih hidup juga lo!" seru William saat melihat Kenzo duduk di salah satu sudut perpustakaan kampus.

Kenzo tersentak, lalu segera mengunci layar ponselnya. "Setan!" makinya, membuat William tertawa.

"Rajin amat kerjain skripsi. Lancar jaya?" tanya Nancy seraya mengintip layar laptop milik Kenzo.

"Kayak jalan tol. Pak Sapto enak banget. Kalau semua dosen pembimbing kayak beliau, bakal cepet lulus semua," tutur Kenzo.

"Gileee ... udah sampe bab empat. Sidang awal tahun ini mah," kata William.

"Skripsi kok cepet-cepet. Lo nggak keburu pengen kawin, kan?" tanya Nancy.

"Sembarangan kalau ngomong!" tukas Kenzo. "Sengaja cepet, biar gue enak kalau mau latihan basket."

"Aduh, tertampar gue," sahut William.

"Tobat, gih. Kuliah yang bener biar bisa cepet ambil skripsi," pesan Kenzo yang hanya dibalas tawa oleh William.

"Muka lo udah mulus lagi. Gimana rasanya kena pukul Hugo?" tanya Nancy setelah mengamati wajah Kenzo.

Kenzo segera menutup laptop, menyingkirkan tumpukan jurnal yang berada di hadapannya. "Sakit, bego," ujar Kenzo.

"Kalau itu sih karena salah lo sendiri," sahut William. "Tapi ngeri juga gue lihat Hugo begitu. Bener kata orang-orang. Ada yang nyenggol Cynthia atau Clemira, tuh orang bakal abis."

"Dan lo nyaris habis di tangan Hugo kalau Davina telat dateng. Davina emang pawangnya Hugo."

Kenzo mengangguk. Ya, jika Davina tidak datang saat itu, entah apa yang akan terjadi padanya. Sepertinya, ia harus berterima kasih kepada Davina nanti karena telah menyelamatkan dirinya dari pukulan Hugo yang cukup menyakitkan.

LOVE DESTINY (TERBIT)Where stories live. Discover now