Chapter 26

1K 65 18
                                    

Selamat rebahan sambil baca Love Destiny!

Sebelum baca chapter ini, jangan lupa siapin tisu 1 box 😝

Happy reading 🌹

💃💃💃💃💃

William mengikuti langkah Clemira dari belakang saat gadis itu keluar dari ruang rawat inap dengan penuh air mata. Ia ingin menyentuh bahu Clemira, tetapi diurungkan niat itu saat mendengar isak tangis Clemira yang terdengar pilu.

Clemira menghentikan langkahnya di ujung koridor, menyenderkan kepala sambil setengah menunduk ke tembok rumah sakit yang terasa dingin. Ia berusaha menghentikan air matanya yang terus menetes deras, sampai membasahi sebagian anak rambutnya yang menjuntai. Jangan tanya bagaimana keadaan wajahnya sekarang. Amburadul.

"Cley," panggil William.

"Sakit. Dada gue sakit, Will," lirih Clemira seraya terisak. Diremasnya kaus tepat di bagian dada kirinya.

Barulah William memberanikan diri menepuk bahu Clemira perlahan, berusaha menenangkan. Jujur, ia juga tidak tahu harus berbuat apa kali ini. Kenzo dan Clemira sama-sama menjadi teman dekatnya. Dan ia juga mengenal Ruby cukup baik. Saat ini, apa yang harus ia lakukan? Ah, harusnya ia meminta Nancy untuk datang ke sini sejak tadi, setelah ia memberi kabar pada Hugo.

"Ayo, kita cari tempat duduk. Badan lo gemeteran," kata William.

Clemira mengangguk lemah. Ia pasrah saat William memapah tubuhnya. Namun, saat ia mengangkat wajah dan bergegas pergi bersama William, Kenzo telah berdiri tepat di hadapannya. Laki-laki itu terlihat terkejut mendapati dirinya berada di tempat ini dan menatapnya dengan pandangan nanar.

Clemira hanya bisa mematung saat melihat bagaimana kacaunya Kenzo. Matanya merah, seperti habis menangis. Wajah sedih itu tercetak dengan sangat jelas. Saat Kenzo menunduk beberapa saat kemudian karena tidak ingin menatap matanya, Clemira mengetahui satu hal. Arti tatapan mata itu ... jauh di dalam lubuk hati Kenzo, masih ada nama Ruby. Jika Kenzo sudah benar-benar melupakan Ruby, mengapa Kenzo menghilang dan memilih menjaga Ruby di sini tanpa memberi tahunya?

Clemira kembali menunduk. Ia teringat ucapan mama Ruby tadi. Beliau meminta Kenzo untuk menemani Ruby. Apakah kini artinya, ia harus merelakan laki-laki itu? Apakah ia harus melepas Kenzo? Mampu kah?

Clemira menghirup oksigen lebih banyak, berusaha menguatkan diri sendiri. Perlahan tetapi pasti, ia berjalan cepat melewati Kenzo tanpa menatap laki-laki yang sangat ia rindukan. Ia tidak ingin Kenzo melihatnya hancur seperti ini. Ia tidak sanggup menatap Kenzo terlalu lama. Melihat Kenzo yang terlihat sangat berantakan, membuat dadanya semakin berdenyut ngilu. Ia segera berlari menuju lift yang kosong, berharap cepat sampai di lantai bawah. William tidak lagi mengikutinya, mungkin laki-laki itu masih berada di lantai atas bersama Kenzo.

Hugo segera berdiri begitu melihat Clemira keluar dari lift dengan keadaan kacau dan penuh air mata. Ia setengah berlari menghampiri Clemira dan langsung memeluk gadis itu erat saat melihat Clemira hanya berdiri mematung, tidak sanggup melangkahkan kakinya.

"Lo kuat ... lo bisa hadapi semua. Lo hebat, Clemira." Hugo mengusap punggung Clemira perlahan saat air mata gadis itu tumpah di dadanya.

"Gue ... rasanya sakit banget, Go. Sakit banget."

"Atur napas, ya," ucap Hugo saat mendengar napas Clemira yang tersengal.

Clemira mengangguk seraya berusaha mengatur napasnya. Ia tidak ingin terkena sesak napas di tempat ini dan berakhir menjadi tontonan.

LOVE DESTINY (TERBIT)Where stories live. Discover now