Chapter 25

917 120 25
                                    

Hayoo siapa deg-degan baca chapter sebelumnya? Mau aku tambah deg-degannya di chapter ini? Ehehehe

Playlist : Mahalini - Melawan Restu 🎼

Happy reading 🌹

💃💃💃💃💃

Clemira menepuk dada kirinya perlahan, ingin menenangkan detak jantung yang memukul keras dari tadi. Saat melihat William di lobi rumah sakit, tiba-tiba banyak pikiran negatif yang berkecamuk di kepalanya. Bagaimana ia bisa tenang saat melihat William terlihat panik dan gugup? Apa yang terjadi dengan Kenzo kali ini? Apakah Kenzo mengikuti balap lagi? Apakah laki-laki itu mengalami kecelakaan hingga harus mendapat perawatan intensif dan tidak bisa menghubunginya?

Clemira tidak bisa berkata-kata saat Hugo memintanya mengikuti William, sementara laki-laki itu lebih memilih menunggu di lobi. Tidak mengerti lagi keadaan apa ini. Terlebih, untuk berpikir, otaknya berasa tidak berfungsi sekarang.

Saat William membuka pintu kamar rawat inap, Clemira memejamkan mata. Ia membayangkan tubuh Kenzo berada di sana, ada beberapa luka pada tubuh kekasihnya, juga perban di kepala. Namun, saat ia memberanikan diri membuka mata, ternyata semua yang ada di bayangannya salah.

Bukan Kenzo. Seorang gadis seusianya terbaring lemah di sana. Tubuh kurus, terlihat sangat pucat, tetapi sangat mengherankan, gadis itu masih terlihat cantik sekali. Gadis itu tidur dengan napas dibantu oksigen.

Ruby.

Gadis itu Ruby. Bagaimana Clemira bisa melupakan raut wajah seorang Ruby Hermawan, mantan kekasih Kenzo? Jujur, ia cukup terkejut melihat perbedaan kondisi Ruby beberapa waktu yang lalu yang masih terlihat segar di infotainment, dengan gadis yang kini berada di hadapannya.

"Dia Ruby, Cley," ucap William hati-hati dengan suara super pelan. "Kanker hati. Stadium tiga. Beberapa hari yang lalu dia kena serangan, tapi nggak mau nerima perawatan. Mamanya ketakutan, jadi mamanya berusaha nelepon Kenzo."

Clemira terpaku. Mulutnya terkunci. Dadanya terasa sakit sekali. "Kenzo ... sebelumnya, Kenzo tahu soal ini?" tanyanya dengan suara bergetar.

"Ruby nggak pernah kasih tahu Kenzo. Dia nggak pengen Kenzo tahu," tuturnya. "Ruby takut Kenzo nggak bisa relain kalau dia meninggal. Ruby cinta banget sama Kenzo. Makannya, pas divonis kena kanker hati, dia langsung putusin Kenzo, biar Kenzo benci sama dia," tutur William dengan hati-hati. "Sel kanker menyebar dengan cepat karena Ruby nggak pernah mau nerima perawatan."

"Jadi itu alasan dia mutusin Kenzo ...," gumam Clemira dengan mata berkaca-kaca.

"Mamanya Ruby cerita, waktu Ruby lihat berita tentang kalian di media, Ruby sempet drop. Tapi, dia berusaha relain asal Kenzo bahagia. Dia selalu pantau Kenzo dari jauh. Berita tentang lo dan Kenzo yang rame di media udah cukup bikin Ruby tahu seserius apa hubungan kalian."

"Arbian?" tanya Clemira.

"Soal Arbian ... itu semua sandiwara Ruby. Mereka emang pacaran, tapi Ruby nggak punya perasaan cinta sama vokalis itu. Arbian tahu semuanya. Ruby lakuin itu biar Kenzo benci sama dia. Manajemen Ruby dan Arbian masih bungkam terkait ini, mereka udah sewa pengacara buat menutupi kondisi Ruby atas permintaan Ruby dan keluarga. Sekarang lo tahu, kenapa nggak ada berita Ruby masuk rumah sakit selama beberapa hari ini. Semuanya emang ditutupi. Ruby dan Arbian juga udah putus. Kalau beritanya bocor, udah pasti pengaruh ke citra manajemen mereka."

Clemira menepuk dada kirinya berkali-kali, untuk mengusir rasa sakit di dada. Rasanya seperti dihimpit beban ribuan ton. Napasnya sesak sekali.

Melihat bagaimana hancurnya Clemira, William mendekat dan langsung memeluk gadis itu, membiarkan menangis dipelukannya tanpa suara. Biarlah nanti ia mengatakan pada Nancy bahwa ia berpelukan dengan Clemira. Ia yakin, Nancy akan mengerti.

LOVE DESTINY (TERBIT)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ