File 1: Kisah di Sekolah Baru

261 44 14
                                    

Matahari belum sepenuhnya muncul dari balik awan, tapi pagi itu Jalan Tenis telah dipadati ratusan sepeda motor siswa SMA Universitas Nirartha. Kuda besi itu lalu lalang di jalanan, menderu-deru memecah kesunyian kota

Zaman ketika industri otomotif sedang makmur seperti ini, setiap orang sepertinya punya kendaraan pribadi, sampai anak SMA saja ke sekolah membawa sepeda motor sendiri.
Tak heran lapangan sekolah yang dipadati oleh ribuan kendaraan ini terkadang tidak bisa dipakai untuk kegiatan lain. Misalnya olahraga, ekstrakurikuler, bahkan upacara bendera sekalipun.

Tapi ternyata ada satu murid yang tidak membawa kendaraan hari ini. Teman-teman yang membawa motor sudah menawarkan tumpangan, tapi siswi SMA ini memutuskan tetap berjalan kaki menuju sekolah.

Oke juga murid cantik yang satu ini, semangatnya boleh ditiru.

Remaja yang tingginya kira-kira 165 cm ini mengayunkan kakinya yang beralaskan sepatu hitam, menyusuri jalanan yang berukuran tidak terlalu lebar itu. Badannya terlihat segar. Namun sayang, raut wajahnya lesu bagai kuburan di tengah malam.

"Duh, hari pertama sekolah kok perasaan tidak nyaman begini ya", gumamnya.

"Tadi pakai acara berdebat segala sama ibu, katanya 'kalau gagal seperti SMP dulu awas saja ya!'. Sekolah saja belum mulai kok sudah dimarahi seperti itu, aneh...."

Saat tiba di gerbang sekolah, mulutnya tetap tidak bisa diam. Sampai beberapa siswa heran lihat tingkahnya. Ini cewek kok ngomong sendiri ya? Begitulah pikir mereka.

Tapi memang siswi bernama Retna Arimbawa ini punya prestasi yang 'nyaris' hancur saat SMP dulu. Nilainya rendah semua, bahkan pernah gurunya sampai kehabisan tinta pulpen merah cuma buat mengisi rapor dia saja.

Rapor itu pun persis kayak bendera Belanda, bukunya warna biru, kertasnya warna putih, tulisannya warna merah.

Merah-Putih-Biru, bendera Belanda bukan?

Masuk ke gerbang sekolah, lamunannya yang jauh membuat dia nggak fokus sama situasi sekitar. Tiba-tiba, ada seorang murid berlari kencang kearahnya. Sama seperti Retna, murid itu juga nggak fokus saat lari. Akhirnya, tabrakan pun tidak terhindarkan.

Sambil merintih kesakitan, Retna merapihkan barang-barang di tas kecilnya yang jatuh berceceran. Murid laki-laki itu langsung membantunya.

" Hei, kalau lari lihat-lihat dong!", protes Retna kesal.

"Maaf, nggak sengaja," kata cowok itu sambil merapikan barang-barang yang berceceran.

"MaAf, NgGak sEnGajA" ucap Retna, meniru kata-kata cowok itu sambil komat-kamit.

Namun, tiba-tiba cowok itu menatap Retna dengan serius

" Lho, kamu itu kan...." kata cowok itu dengan tajam. Ia menatap wajah Retna tanpa berkedip sedikit pun. Tatapannya sangat tajam, sampai-sampai Retna berpikir apa dia pernah mengenal cowok ini.

" A....anu...", Retna berbicara terbata-bata.

"Kamu itu.....CANTIK YA !" kata cowok berambut gondrong itu sambil tertawa terbahak-bahak. Retna yang sedang berpikir keras itu jadi sewot.

"Sialan" pikir Retna kesal.

Dengan wajah cemberut, dia bangkit dan meninggalkan cowok itu.

" Eh, kok udah langsung pergi sih? Kenalan dulu dong. Hei.." kata cowok itu sambil mengikuti langkah Retna.

"Ini cowok kenapa sih" pikir Retna bingung.

Langkah kakinya semakin lama semakin cepat kearah gedung sekolah. Tapi cowok itu pantang menyerah mengikutinya.

Highschool SOS (Indonesian)Where stories live. Discover now