File 12: Sudah Terlambat

92 7 2
                                    

Bagaimana keadaannya, dok?" tanya Inspektur kepada dr. Sancaya, yang sedang memeriksa tubuh pria yang terkapar di tempat parkir kantor polisi.

Sang dokter pun menggeleng lemah.

"Sudah terlambat," katanya. "Dia sudah tewas"

Inspektur membenamkan wajah di kedua telapak tangannya. Ia tampak begitu tertekan dengan kematian rekan detektifnya itu. Dia juga menyesal karena menyarankan agar Retna diantar pulang dengan mobil patroli.

Sekarang situasinya menjadi lebih buruk. Retna disekap dan dibawa oleh si brengsek yang katanya anggota polisi lalu lintas itu.

Setelah beberapa waktu coba bersabar, Raka pun tidak tahan. Sembari meredam amarah, ia pergi meninggalkan tempat kejadian perkara.

Langkahnya diikuti oleh Wina dengan terburu-buru.

"Hei, Raka. Kau mau kemana?" teriak Wina kala mengikuti kemana pemuda itu pergi.

"Semua ini membuatku muak!" tandas Raka. "Aku akan pergi menyelamatkan Retna sendirian!"

"A...apa kau bercanda? Hei, tunggu sebentar" seru Wina dengan terengah-engah.

Namun, pemuda itu tidak kunjung menghentikan langkah kakinya. Sepertinya tekadnya sudah bulat ingin menghajar gerombolan kriminal itu. Sudah cukup mereka menculik kedua temannya. Sekarang saatnya melempar mereka ke neraka.

"Kumohon berhentilah" pinta Wina. "Aku tahu kau merasa kesal sepertiku. Tapi setidaknya jelaskan padaku apa yang terjadi disini"

Perkataan Wina membuat langkah Raka terhenti. Setelah terdiam sejenak, ia pun mulai memberikan penjelasan.

"Wina, apa kau masih ingat dengan profil pelaku yang kita susun waktu itu?" tanya Raka.

"Tentu saja" jawab Wina.

"Pelakunya berusia sekitar 20 tahun awal dengan pendapatan tidak jauh dari upah minimum. Apa ada masalah soal itu?"

"Justru itulah kunci pemecahannya"

"Apa maksudmu?"

"Ciri-ciri tersebut sangat mirip dengan polisi lalu lintas!" katanya. "Inspektur sempat menyebut bahwa polisi lalu lintas sempat berdemo menuntut kenaikan gaji mereka, yang selama ini jumlahnya ada di kisaran upah minimum. Itu poin pertama"

"Lalu, kemampuan mengelabui penyelidikan polisi dan menghindari hukum yang ia punya juga mencurigakan. Hanya orang-orang yang mengetahui kebiasaan polisi saja yang bisa melakukannya"

"Dengan kata lain, si pelaku adalah anggota kepolisian itu sendiri!"

Wina pun terpana ketika Raka mengakhiri penjelasannya. Bayangkan, semua kesimpulan itu didapatkan dalam waktu beberapa menit saja, bermodalkan guntingan artikel koran.

Namun, ada satu hal yang masih mengganjalnya.

"Lalu, bagaimana kau tahu kalau Bu Tenaya tidak terlibat sindikat narkoba itu?" tanya WIna mengernyitkan dahi.

"Mudah saja," lanjut Raka. "Saat si pelaku memasuki rumah Rachelle, ia terlihat tenang seperti orang yang sering berkunjung kesana"

"Kita pernah melihat orang seperti itu sebelumnya" tambahnya.

"Orang yang bertamu ke rumah Rachelle dan mengobrol dengan Bu Tenaya layaknya kawan akrab. Kita juga sempat berpapasan dengannya saat datang kesana"

"Kau tahu kan siapa orang itu?"

Wina mencoba berpikir seraya mengingat-ingat. Ternyata tidak butuh waktu lama untuk melakukannya. Sontak, ia pun berseru.

"Ah! Polisi lalu lintas itu!" teriak Wina.

Highschool SOS (Indonesian)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ