File 7: Bukan Nggak Mau, Tapi Nggak Bisa !

98 15 0
                                    

" Maaf, kenapa mereka bertiga ada disini ?" tanya gadis berseragam klub tenis, yang heran melihat Retna, Wina, dan Raka duduk manis di kursi ruangan BK itu.

" Ooh, mereka biasanya bertugas seperti asisten disini" kata Pak Atmayasa.

" Jadi, jangan ragu-ragu untuk bicara. Katakan semua yang ingin kau bahas. Oke?"

" Baiklah"

" Natya Samsara, 16 tahun, murid kelas XI IPA 3. Hmm, jadi kamu teman sekelas Rachelle ya?" tanya Pak Atmayasa.

" Iya " jawab gadis itu dengan mantap.

" Lalu, apa yang ingin kamu bicarakan?"

" Begini "  ucap Natya. " Saya tahu Rachelle sudah tidak masuk lama sekali. Banyak tugas, PR, dan kerja kelompok yang ia tidak kerjakan selama itu"

" Walaupun sudah dapat peringatan berkali-kali, ia tak kunjung hadir di sekolah dan malah terpergok sedang di pantai"

" Saya tahu perbuatan dia salah. Tetapi, jika sampai terancam dikeluarkan, menurut saya itu terlalu berlebihan !"

" Sebagai temannya, saya hanya ingin dia mendapatkan perlakuan layak. Mengeluarkan dia dari sekolah adalah keputusan yang tidak adil"

" Jadi saya mohon, pak. Izinkan dia tetap bersekolah disini. Lagipula, selama ini dia sudah memberikan banyak prestasi untuk kita"

" Tolong pak !"

Melihat sikap Natya yang memohon namun berapi-api, Pak Atmayasa mengernyitkan dahi.

" Kau tahu kan kalau murid yang tidak masuk tanpa izin lebih dari empat kali akan dikeluarkan dari sekolah ini?"

" Dan hal itu juga sudah tertulis dalam buku tata tertib. Bagi sekolah ini, peraturan adalah peraturan. Wajar dong kalau kami harus mematuhinya?"

" Sekalipun murid berprestasi, dia tidak akan bisa lolos dari peraturan bila melakukan pelanggaran. Saya rasa itu kebijakan yang adil"

Ucapan Pak Atmayasa membuat gadis itu kehabisan kata-kata. Apa yang dikatakan guru BK tersebut masuk akal. Tetapi, mau bagaimanapun ia harus membela temannya. Setelah beberapa saat terdiam, perlahan ia mulai bicara.

" Beberapa hari sebelum dia tidak masuk, saya sempat berbicara dengan Rachelle" kata Natya.

Perkataan itu menarik perhatian seisi ruangan.

" Benarkah?" tanya Pak Atmayasa setengah tak percaya. Sedangkan yang lainnya mulai memasang telinga mereka baik-baik.

" Saya tidak bohong " tegas Natya.

" Sebenarnya, selama seminggu terakhir ia sekolah, Rachelle terlihat murung. Dia bahkan memilih menyendiri ketika istirahat. Padahal biasanya dia berbaur dan bercanda dengan teman yang lain"

" Sebagai kawan dekatnya, saya pun khawatir. Akhirnya, setelah kelas berakhir, saya langsung menghampirinya ketika duduk di bangku taman sekolah"

"' Rachelle, bisa kita bicara sebentar?'" tanyaku sembari duduk di sebelahnya.

"' Ada apa?'" tanya Rachelle.

Saya pun langsung mengungkapkan rasa ingin tahu dan kekhawatiran saya. Sepertinya hal itu membuat Rachelle merasa gelisah. Ia tampak seperti ingin menceritakan sesuatu, namun menahan diri untuk melakukannya.

Jawabannya pun terkesan diplomatis tapi agak canggung.

'" Hahaha, k..kamu bicara apa sih? Aku tidak murung kok "' jawab Rachelle. '" Aku cuma lagi nggak mood berbaur saja "'

Rachelle berusaha berkelit dan meyakinkanku kalau dia baik-baik saja. Tapi saya tidak bisa tertipu dan terus mendesaknya bercerita.

'" Rachelle, kita sudah berteman sejak SD. Seharusnya tidak ada rahasia lagi diantara kita'"

"' Tapi....'"

'" Mau membantah gimana pun, aku tahu ada yang salah denganmu. Aku sudah hapal sifat dan karaktermu. Jadi, tolong jujurlah'"

"' Bukannya aku nggak mau, tapi nggak bisa ! "' serunya dengan ketus. Sepertinya ucapanku membuat Rachelle tidak sabar.

"' Kalau aku melakukannya berarti sama saja dengan menentang ibuku! Aku nggak mau melawan keinginannya!"'

Jawabannya yang berapi-api membuat nafasnya terengah-engah. Tiba-tiba matanya terbelalak, dan mulutnya menganga karena terkejut. Tanpa sadar, ia telah mengatakan sesuatu yang penting!

'" Menentang ibumu? Apa maksudmu? "' tanyaku dengan rasa penasaran.

"' Eh, i...itu '" jawab Rachelle dengan terbata-bata. Ia mencoba berkilah tapi sudah kehabisan cara untuk melakukannya.

"'Sebenarnya, apa yang terjadi Rachelle?'"

Desakanku yang semakin kuat membuatnya tambah mati kutu. Menyerah dengan situasi itu, ia pun beranjak dari tempat duduk, membawa tasnya lalu pergi.

"' Hei, Rachelle ?! Kau mau kemana? "'

"' Tinggalkan aku sendiri ! "' teriaknya

Dia langsung berlari ke arah gerbang sekolah dengan terburu-buru.

Saat itulah aku melihatnya untuk terakhir kali di sekolah.

Seisi ruangan menjadi hening ketika Natya mengakhiri ucapannya. Raka bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri Pak Atmayasa. Ia lalu membisikkan sesuatu kepada guru BK itu.

Pak Atmayasa pun mengangguk-angguk.

" Baiklah. Sepertinya kami sudah paham situasinya " ujar Pak Atmayasa.

" Sejujurnya, kami masih membahas nasib Rachelle dengan dewan guru. Jadi belum ada keputusan bahwa dia akan dikeluarkan"

" Namun, pernyataanmu mungkin akan dipertimbangkan kepala sekolah. Bisa saja dia membatalkan keputusan untuk mengeluarkan Rachelle "

" Benarkah ?" tanya Natya dengan sumringah. Sepertinya ia mulai mendapatkan semangat hidupnya kembali.

" Tentu saja " jawab Pak Atmayasa sambil terkekeh. " Aku akan bicarakan hal itu kepada kepala sekolah nanti"

" Terima kasih " ucap gadis itu. Ia pun membungkuk dengan hormat.

" Benar-benar teman yang baik ya " ujar Retna sambil melihat Natya yang berjalan semakin menjauh.

" Aku setuju " jawab Pak Atmayasa mengangguk-angguk.

" Ngomong-ngomong, dari pembicaraan tadi apa kalian menemukan sesuatu? " tanya guru BK itu.

" Sebenarnya kesaksiannya nggak jauh berbeda dengan yang dibicarakan ibu Rachelle " jawab Raka. " Keduanya sama-sama bilang kalau sikap Rachelle berubah belakangan ini "

" Seperti itu ya. Lalu, bagaimana perkembangan penyelidikannya?"

" Kami sudah mengirimkan video beserta heroin yang kami temukan kepada polisi" ujar Wina.

" Divisi reserse kriminal langsung mengerahkan sebuah tim untuk mencari keberadaan Rachelle. Mereka juga sepakat untuk kerjasama dengan kami"

" Oh, itu bagus. Terus, bagaimana dengan ibu Rachelle?"

" Dia juga sudah diberitahu " jawab Raka.

" Bagaimana responnya?"

" Terkejut lalu pingsan "

" Ya tuhan! "

" Wajar saja. Kabar bahwa nyawa putri semata wayangnya sedang terancam jelas menyakitkan bagi seorang ibu" ujar Raka sembari menghela nafas. Wajahnya memancarkan aura kesedihan dan rasa simpati yang mendalam.

" Namun, aku penasaran dengan kalimat 'menentang ibuku' itu " kata Wina.

" Apa maksudnya ya?"

- to be continued-

Highschool SOS (Indonesian)Where stories live. Discover now