Chapter 6 - Rania si cantik.

1.8K 142 5
                                    

Rania menaikkan cooler box berisi daging fresh dan berbagai jenis seafood ke mobil operasional Asiette, diiringi oleh para karyawannya yang membantu memasukan semua peralatan memasak yang diperlukan untuk mongolian barbeque dan acara lomba masak untuk kegiatan gathering PBSI.

Asiette hanya membawa 3 orang Chef termasuk Rania untuk menyelesaikan tanggung jawab konsumsi para peserta gathering selama di Villa hingga besok siang dan tak lupa satu orang supir untuk membawa barang, sedangkan Rania membawa mobil pribadinya untuk kendaraan para karyawannya. Rania dan tim PBSI memilih untuk bertemu di PBSI agar mobil Asiette mengikuti bis milik PBSI  dari belakang.

"Mbak, mbak liat Instagram nggak kemarin?" tanya Reni.

"Boro-boro, lagi sibuk banget Ren, rencananya sih mbak mau ke Australia Minggu depan buat nyari resep sama pelatihan buat fine dining platting gitu," ucap Rania melajukan mobilnya menuju pelatnas.

"Mas Rian yang waktu itu ke restoran katanya deket sama cewek lain loh mbak, kalo nggak salah penyanyi," ucap Reni.

"Seneng deh aku kalo denger ada bau-bau perselisihan," ucap Jeno sambil bermain game di ponselnya.

"Yah aku mah apa atuh Ren, tangan bau bawang putih, bawang Bombay, daun bawang, kuning-kuning kena kunyit, banyak bekas luka, dekil dan kumel macam abis diusir dari rumah," ucap Rania santai.

"Iya sih," ucap Jeno setuju.

"TURUN AIH SIA MANEH," ucap Rania kesal karena persetujuan dari Jeno.

"Ya kunaon atuh teh, Jeno mah nteu suka boong," jawabnya.

"Kalo modelan kaya mbak Rania aja jelek, terus muka aku gimana mbak?!!! Nggak layak tampil?!" ucap Reni mendramatisir.

"Ya mbak emang suka sih sama mas Rian, tapi kan ya gimana atuh Ren? Mbak bisa apa? Doa paling, minta dicariin jalan sama yang diatas," ucap Rania.

"Dih tumben banget mbak ngomongnya bener," ledek Jeno.

"Liat aja ntar Jeno, mbak suruh bikin acar 20 kg sama potong kentang 50 kg sendirian!" ucap Rania.

"Manusia tuh ya Ren, kadang sering lupa kalo tujuannya doa tuh buat meminta, bukan memaksa," ucap Rania.

"Ikhtiar nya kurang kuat kali mbak," ucap Reni.

"Ya aku harus ikhtiar apa atuh? Ngunjungin rumah orangtuanya? Ngaku-ngaku calon menantu?" tanya Rania pada Reni.

"Ya nggak gitu juga!" ucap Reni.

"Eh beli snack dulu di minimarket Jen, ntar laper malem-malem. Sama beliin aja beberapa bungkus mi instan, takutnya masih ada yang suka laper malem-malem" ucap Rania mengeluarkan empat lembar uang seratus ribu dari dompetnya.

"Emang Bu bos mah enak banget, belanja ke minimarket aja sampe empat ratus ribu," ucap Jeno.

"Cepetan ih!" Rania menghiraukan ucapan Jeno dan malah berujung memarahinya.

Sesampainya di PBSI Rania langsung menemui panitia acara gathering untuk membahas menu yang ia dan tim persiapkan.

"Iya mbak, aku offering kalian Mongolian barbeque," ucap Rania.

"Bisa jelasin? Soalnya belum pernah coba," ucap Mbak Dea, panitia gathering.

"Iya jadi nanti kita sediain bahan makanan kaya sayur-sayuran, daging sama seafood, nanti yang mau makan bisa ambil apapun yang mereka mau untuk ditaruh di piring, terus langsung kita masak sesuai request sambil main-main api, bisa juga kalau mau masak sendiri sambil kita ajarin," ucap Rania.

"Seru banget mbak, kepikiran aja," ucap Mbak Dea.

"Nah buat pagi, rencananya pada mau ngadain lomba masak kan? Yang cowok-cowok kan maunya masak yang gampang-gampang, nah yang cewek-cewek pada maunya bikin kue-kue, nah coach-coach kita ajarin bikin minuman aja yang gampang," ucap Rania menjelaskan.

"Mbak udah nyiapin alat-alatnya berarti?" tanya Dea.

"Udah, PBSI tinggal pakai aja," ucap Rania.

"Oke mbak,"

"Eh iya mbak Dea, barbeque partynya nanti malem mau mulai jam berapa?" tanya Rania.

"Abis isya aja kali ya mbak, anak-anak ceritanya juga maunya makan sambil nyanyi-nyanyi," ucap Dea yang diangguki setuju oleh Rania.

Perjalanan dari PBSI menuju vila King milik mas Ahsan di daerah Bogor memakan waktu yang cukup lama, karena Bogor nggak kalah macet dari Jakarta.

Sesampainya disana, pihak PBSI mulai bermain game yang telah dibuat oleh panitia, sedangkan Rania dan tim, dibantu pegawai vila langsung bergegas menurunkan semua barang yang telah dibawa dari Jakarta. Rania dan Reni bertugas untuk memasukkan kembali barang-barang segar ke kulkas, dan mulai menata wajan super besar untuk Mongolian barbeque nanti malam.

Jam menunjukkan pukul empat sore saat Rania dan tim menyelesaikan pekerjaan mereka, pegawai villa kemudian memberinya dua kunci kamar kepada Rania. Rania dan Reni akan tidur di satu kamar yang sama, sedangkan Jeno dengan pak Supir.

Reni yang diikuti Rania membanting badannya di kasur empuk milik villa begitu sampai di kamar, mereka bisa tidur satu sampai dua jam sebelum acara nanti malam.

"Mbak, tadi Reni liat mas Rian dari deket," ucap Reni membuka suara.

"Hmm," balas Rania.

"Reni tiba-tiba nggak pengen nikah," ucap Reni.

"HEH! MALAIKAT LEWAT, DICATET NANTI OMONGAN KAMU!" ucap Rania sembari menyentil kening Reni.

"Tapi mas Rian emang ganteng banget sih mbak," ucapnya yang Rania angguki pertanda setuju.

Azan isya baru saja selesai berkumandang, Rania yang baru saja selesai wudhu dan sedang memakai mukenanya mau tak mau harus terpaksa membuka pintu kamar yang sudah diketuk dengan terburu-buru dari luar, sedangkan Reni baru saja mulai solat.

"Astagfirullah ih! Iya bentarrrrr" teriak Rania dari dalam kamar sambil berjalan cepat dengan mukena lengkap yang membalut tubuhnya.

Rania hampir terlonjak saat melihat wajah mas Rian muncul setelah pintu kamarnya dibuka, air wudhu yang masih membasahi wajah Rania membuat pria dihadapannya diam terpaku tak mampu bergerak.

'Cantik,' ucap Rian dalam hati.

"Halo?! Kenapa sih mas Rian?" Rian kemudian mendapatkan kesadarannya kembali setelah melihat Rania melambaikan tangannya di depan wajah Rian.

"Eh iya, saya disuruh ka Dea untuk panggil Chef Rania buat prepare," ucap Rian canggung.

"Mas, jangan panggil saya Chef Rania dong! Emangnya mas Rian mau jadi karyawan saya?" ucap Rania sebal.

"Ya, maksud saya Rania,"

"Lagian juga baru selesai adzan! Bentar dulu, saya belum juga solat, nanti abis solat saya kesana kok," ucap Rania yang diangguki Rian.

"Oke kalo gitu saya pergi dulu," ucap Rian.

"EH MAS RIAN SEBENTAR DULU!" teriakan Rania langsung memberhentikan langkah Rian yang berniat pergi, Rian kemudian memutar balikan badannya kembali ke arah Rania.

"Mas Rian sudah solat?" tanya Rania yang digelengi oleh Rian.

"Belum,"

"Mas Rian, jangan sampai lupa solat ya!" ucap Rania sambil melemparkan senyum manis yang mampu membuat jantung Rian berdegup tak karuan.

Rania lalu menutup pintu kamarnya meninggalkan Rian yang masih mematung di tempat, mencoba untuk menenangkan degup jantungnya yang makin tak karuan.

𝑬𝒌𝒔𝒕𝒓𝒐𝒗𝒆𝒓𝒕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang