Chapter 28 - Rian like the view.

1.6K 139 2
                                    

"Masih ada yang mau di beli nggak Bu?" tanya Rian ketika semua masuk ke mobil.

"Ibu pengen belajar masak kue deh yan, tahun kemarin kamu beliin ibu oven di rumah tapi belum perrnah di pakai karena gak bisa buat kue," ucap Ibu Rian.

"Rania aja Bu yang ngajarin," tawar Rania.

"Loh, emang Rania bisa?" tanya ibu Rian.

"Bu, Rania itu chef Bu, mana mungkin dia nggak bisa buat kue?" ucap Rian yang langsung ditanggapi ibu dengan terkejut.

"Loh? Beneran nak Rania?" tanya ibu Rian yang Rania angguki.

Rania dan Ibu Rian berjalan sambil bergandengan tangan, lebih tepatnya ibu Rian memegang lengan Rania erat meninggalkan Rian yang berjalan menyusul dibelakang.

"Sekalian bikin banyak aja ya Nak Rania? Biar nanti ibu bisa bagi-bagi ke tetangga" ucap Ibu Rian.

Rian menyukai pemandangan didepannya, bagaimana ibunya beberapa kali membenarkan poni Rania, dan Rania yang membalas gandengan ibu, mereka berdua terlihat akrab sambil sesekali melemparkan tawa.

Ketiganya pulang setelah berbelanja, ibu Rian bahkan sekarang mengasingkan Rian dan lebih aktif bertanya dengan Rania, anak barunya membuat Rian benar-benar tak bisa menahan senyumnya.

"Rania, sini dulu ndok," ucap Ibu Rian.

Rania menghampiri ibu Rian setelah mengganti bajunya.

"Kenapa Bu?" tanya Rania.

"Duduk dulu," balas Ibu.

Ibu Rian kemudian menyisir rambut panjang Rania kemudian mengepangnya cantik, membuat Rania tersenyum senang.

"Nih Bu, kalo mau bikin kue yang kaya bolu dan empuk, ibu itu harus masukin margarin dulu sama gula, diaduk sampe nyatu dan adonan menteganya rada pucat," jelas Rania pada ibu Rian.

Ibu Rian lalu mengikuti arahan Rania dengan memasukkan margarin dengan gula.

"Abis itu Bu, ibu boleh masukin telur tapi jangan langsung semua, satu-satu aja,"

"Nah baru terigu Bu,"

Rian asik mengabadikan momen kedua orang yang asik dengan adonan kue dihadapannya dengan senyum lebar.

"Adonanya bagi dua, nanti kita bikin motif batik ya Bu diatasnya,"

"Rian! Sini dulu, cobain kue bikinan ibu!" ucap ibu Rian yang akhirnya sadar bahwa ada anaknya disana.

Rian menghampiri sang ibu dan Rania yang sedang mencuci bekas-bekas piring yang usai dipakai.

Rian mencomot satu potong kue yang sudah dipotong Rania lalu memasukannya kedalam mulut.

"Enak banget Bu! Wangi," puji Rian.

"Siapa dulu yang bikin?" ucap ibu Rian bangga.

"Rania," ledek Rian.

"Enak aja kamu,"

Rania yang sudah selesai mencuci piringnya dan sedang menikmati potongan kuenya mencubit perut Rian yang sedang menggoda sang ibu.

"Jangan iseng!" ucap Rania galak.

Seusai membuat kue dan membagikannya ke tetangga dekat rumah, ibu dan Rania kembali memasak untuk makan siang.

"Bu sini Rania potong-potong timun sama wortelnya," ucap Rania berinisiatif.

"Eh nggak usah, kamu capek nanti," larang ibu Rian.

"Enggak akan Bu, Rania udah biasa,"

Rania memotong wortel, timun, mengupas bawang merah dan bumbu bumbu lain, sesekali membantu ibu Rian menumis masakannya. Intinya, Rian disuguhi pemandangan paling ia sukai saat ini.

Rian akui bahwa Rania bukan wanita pertama yang ia bawa ke hadapan sang ibu, tapi Rania adalah wanita pertama yang ibunya sukai saat dibawa.

Rian pernah membawa wanita dari dunia entertainment, bukannya direstui, Rian malah dipaksa mengakhiri hubungannya walaupun sebenarnya Rian juga tidak yakin.

Segar sekali bagaimana wanita itu benar-benar tidak berniat membantu ibunya untuk sekedar mencuci piring atau membawakan makanan.

"Nak Rania kalau ibu main ke rumah boleh?" tanya ibu Rian membuat Rian dan Rania seketika tersedak secara bersamaan.

"Boleh Bu,"

"Mau ngapain?"

Keduanya menjawab bersamaan sembari menepuk-nepuk dadanya yang telah selesai terdesak.

"Mau ngelamar kamu,"

Jawaban Ibu Rian mampu membuat Rian langsung refleks menundukkan wajahnya malu, sedangkan Rania melongo mendengar jawaban dari ibu Rian.

"Rania mau kan dilamar Rian? Atau masih ada yang dikejar?" tanya ibu Rian.

Rian sejujurnya penasaran dengan keinginan gadis dihadapannya ini, karena Rian yakin bahwa hubungan sebatas pacaran memang bukan yang dicari keduanya.

"Rania ikut aja jalannya Allah, ngalirnya kemana aja Rania ikutin Bu," ucap Rania gugup.

"Yaudah kalo Rian lagi nggak ada turnamen, ibu sama keluarga ke rumah kamu ya, pengen ngobrol"

Rian nggak habis pikir sama perkataan ibunya yang nggak masuk diakal, penawaran lamarannya benar-benar terdengar seperti promosi apartemen yang biasa ia dapatkan di mall.

"Yan! Kamu dong nanya langsung ke Rania! Jangan nungguin jawaban dari ibu," ucap Ibu Rian sambil mengunyah makanannya.

"Hah?" ucap Rian pura-pura tidak mendengar.

"Emangnya mas Rian nggak suka orang bawel ya Bu?" tanya Rania.

"Iya Ran, si Rian tuh nggak suka sama orang bawel tapi kehidupannya punya banyak orang bawel. Kakaknya, ibunya, emang berani protes?!" ucap Ibu Rian.

"Nanti kalo nikah mau punya anak berapa yan?" Rania sudah berhenti menghitung berapa kali ia tersedak karena omongan ibu Rian yang mengejutkan.

"Ibu kenapa sih?!" kesal Rian.

"Ya emang kenapa sih? Kan tinggal di jawab aja pertanyaan ibu," protes ibu Rian.

"Terserah ibunya aja Bu, Rian ngikut," ucap Rian pasrah, ia langsung menjawab pertanyaan sang ibu.

Setelah menginap lima hari, Rania dan Rian akan pulang menuju Jakarta menggunakan pesawat, ibu Rian yang antusias membelikannya banyak sekali oleh-oleh khas Jogja dan Bantul.

"Ran, oleh-oleh dari ibu, saya aja yang bawa," ucap Rian begitu mereka sedang duduk di restoran sebelum berangkat 1 jam lagi.

"Mas, tanganku tuh dua kali! Aku harus bisa gunain tanganku dengan semestinya tau!," ucap Rania menyuapkan nasi goreng.

"Emang kamu tuh lain dari yang lain deh Ran," ucap Rian.

Terdapat anak perempuan yang terlihat baru bisa berjalan menghampiri meja Rania dan Rian, sedangkan sang ibu sedang makan sambil mengawasinya.

"Halo," ucap Rania girang.

Rania memandang tatapan ibunya, meminta izin untuk menggendong anak tersebut yang diangguki.

"Mas Rian kok mukanya takut banget sih kalo ketemu anak kecil?" tanya Rania sambil menggendongnya.

"Saya takut ngelukain dia, badannya kecil banget, kelihatan rapuh," jelas Rian yang ditertawakan oleh Rania.

"Ya kan nggak diapa-apain juga mas Rian,"

Rania membawa anak perempuan tersebut menuju meja sang ibu, lagi-lagi Rian menyukai pemandangannya.

Rian sekarang yakin dengan kelanjutan hubungannya dengan Rania.

𝑬𝒌𝒔𝒕𝒓𝒐𝒗𝒆𝒓𝒕Where stories live. Discover now