Chapter 19 - Mas Rian marah.

1.8K 137 4
                                    

"Mas Rian, ini nanti kalo banyak yang liat di mall, Mas Rian jalan sama Rania, bisa jadi gosip loh mas," ucap Rania dengan mulut yang berisi permen.

"Kalo sama kamu saya ngga masalah," ucap Rian pelan, hampir tak terdengar oleh Rania.

"Gimana mas?" tanya Rania meyakinkan saat mendengar ucapan Rian.

"Nggak," jawab Rian.

"Mas Rian aneh ih!"

Rania dan Rian berjalan secara berdampingan setelah Rian mengomelinya untuk tidak jauh-jauh di parkiran tadi.

"Rania! Jalannya jangan jauh-jauh!" omel Rian percis bundanya.

"Mas Rian, Rania malu, banyak yang foto, banyak yang ngeliatin" jawab Rania pelan.

Rian malah merangkul Rania santai, membuat jantung Rania hampir lompat dari tempatnya.

"Mas Rian kebiasaan banget sih! Makan dulu," Rania menaruh shoyu di sauce dish milik Rian.

"Mas, beneran deh," Rania yang kesal akhirnya mengambil ponsel Rian lalu memegangnya.

"Nanti saya kalah sama Kevin Ran," Rania membuat Rian langsung mengambil sumpit miliknya setelah menyudutkan Rian dengan tatapan tajamnya.

"Eh itu cewek yang di MasterChef itu bukan sih?" tanya perempuan yang mejanya tidak begitu jauh dari Rania dan Rian.

"Iya, itu cowonya yang medali perak badminton loh, yang ganteng banget!" balas temannya.

"Ceweknya cantik sih, tapi kayaknya nggak secantik yang girlband? Menang bisa masak doang," balasnya.

'MENANG BISA MASAK DOANG PALAMU,'

'MASAK SUSAH KALI MBAK!'

Rania memaki mereka dalam hati, sesekali ia berceloteh kesal begitu mendengar kalimat kalimat lain yang menyakitkan.

Rania pamit ke toilet sebentar, meninggalkan Rian yang sedang memakan salmon sushinya.

Rania melihat pria dengan gerak-gerik aneh duduk di meja dekat toilet wanita, pria dengan topi hitam dan Hoodie yang ia kenal betul punya siapa, mampu membuat Rania buru-buru pergi ke mejanya.

"Mas Rian, nanti Rania biar dianter ke Asiette aja, jangan ke rumah," Rania bicara dengan terburu-buru pada Rian.

"Kamu kenapa sih?" tanya Rian yang dijawab gelengan dari Rania.

"Nggak papa," jawab Rania.

Kali ini Rian yang menatap Rania dengan tatapan tajamnya, membuat Rania akhirnya membuka suaranya.

"Rania nggak berani pulang kalau nggak ada bunda sama ayah dirumah," ucap Rania.

"Iya, Rania. Kasih tau saya alasannya," ucap Rian.

Rania kemudian mengembalikan ponsel milik Rian lalu berkutat mengirimkan Rian pesan lewat WhatsApp.

"Liat wa," ucap Rania pelan sekali.

Arshinta Kirania
Alfi ngikutin kita mas, Rania takut dia berani macem-macem kalo di rumah nggak ada orang.

Rian sontak melihat sekitar dan pandangannya jatuh ke orang dengan topi dan hoodie yang memiliki gelagat aneh sedang menatap mereka berdua.

Rian kemudian berdiri, berkeinginan untuk menghampiri pria tersebut yang sontak Rania tahan.

"Mas Rian, jangan ribut ya," Rania menahan jari Rian.

Rian kemudian kembali ke tempat duduknya, lalu meneguk ocha dingin di hadapannya.

"Kamu ikut saya lagi ke asrama, nanti malam saya anter, sekalian bicara sama bapak ibu kamu," ucap Rian yang Rania paham betul pria tersebut sedang menahan amarahnya mati-matian.

"Iya mas Rian," Rania menyetujuinya, berusaha tidak membuat Rian yang emosinya sedang tidak karuan menjadi makin emosi.

"Dia sering kaya gitu Ran?" tanya Rian.

"Sejak putus waktu SMK, dia nggak pernah gangguin lagi, mungkin karena Rania di Prancis, sekarang pas Rania balik ke Indonesia, kadang suka tiba-tiba ada di Asiette, depan rumah, bahkan kadang ngikutin mobil Rania," jelas Rania begitu melihat Alfi sudah tidak ada di tempatnya, kemungkinan karena Rian terus melemparkan tatapan mengintimidasi.

"Jadiin nomor saya, ibu, bapak dan polisi jadi nomor prioritas kamu," ucap Rian yang kemudian diangguki oleh Rania.

"Mau kemana lagi? Masih ada satu setengah jam lagi nih" tanya Rian.

"Balik aja deh mas, Rania nggak nyaman, nanti ketemu Alfi lagi gimana?" tanya Rania yang kemudian langsung disetujui oleh Rian.

"Mas turun dulu itu di depan toko, yang ada bapak bapak bawa sayur," suruh Rania.

"Mau ngapain Ran?" tanya Rian bingung walaupun menurutinya juga.

Rania membawa dompetnya lalu bergegas menuju bapak-bapak yang membawa banyak sayuran.

"Assalamualaikum pak," Rania kemudian menyalami tangan bapak-bapak tua tersebut.

"Waalaikumsalam," jawabnya dengan suara bergetar.

"Ran?" Rian yang baru memarkirkan mobilnya menegurnya lagi.

"Salam dulu sama bapak," suruh Rania.

"Assalamualaikum pak,"

"Waalaikumsalam nak," jawabnya.

"Bapak ke warung nasi Padang di depan situ yuk?" Rania menggandeng bapak tersebut.

"Dagangan saya gimana neng?" tanya bapak tersebut bingung.

"Ibu, saya boleh nitip sayurnya bapak sebentar? Mau makan dulu," Rania meminta izin untuk menitipkan tentengan bapak berupa sayuran kepada ibu warung.

"Oh boleh neng, sini bawa masuk aja," Rian kemudian langsung berinisiatif untuk membawanya masuk.

"Bapak makan ya?" ucap Rania begitu mereka bertiga duduk di warung nasi Padang tersebut.

"Makasih neng, nanti dikit aja, biar bisa dimakan sisanya sama ibu," ucapnya malu.

"Nggak papa, bapak makan yang kenyang, biar nanti kita bungkusin buat ibu ya pak?" ucap Rania.

Dunia Rian berhenti begitu melihat Rania tersenyum tulus pada bapak-bapak tua disampingnya, Rian tau sekali Rania sesekali menyeka air matanya begitu melihat bapak tersebut makan dengan lahap.

"Namanya siapa pak?" tanya Rania.

"Nama Abah Musa neng," jawabnya.

"Abah, nama saya Rania, ini mas Rian," ucap Rania yang diangguki oleh Rian.

"Ibu dirumah ngapain bah?" tanya Rania lagi begitu Abah telah menyelesaikan makanannya di piring.

"Nggak ngapa-ngapain neng, ibu stroke, udah susah geraknya,"

"Ibu sama Abah nggak punya anak, makanya sekarang nggak ada yang bantu, sodara-sodara pada nggak tau lagi dimana," jelasnya.

"Nanti Rania anter Abah pulang boleh? Biar sekalian nanti Rania beli semua dagangan Abah! Biar Rania masak sayur kangkung buat keluarga nanti malem," jelas Rania.

"Nggak usah neng, rumah Abah nggak jauh kok," tolaknya.

"Makanya bah, kan deket,"

"Mas, bungkus Rendang, ayam bakar, sama nasi, dipisah semuanya," ucap Rania kepada pelayan tersebut.

"Mas Rian, nanti turunin Rania di rumah Abah aja ya, Rania nanti mau liat rumahnya sekalian kalo nggak layak huni, Rania kayaknya mau nyari kontrakan daerah sini," ucap Rania.

"Ran, nanti gimana kalo kamu,"

"Nggak akan mas, percaya, Rania mau kepemukiman penduduk yang rame, nggak akan ada apa-apa sama Rania, nanti pulangnya Rania bisa minta ayah jemput, janji bakal kabarin mas Rian," sela Rania yang akhirnya disetujui pasrah oleh Rian.

"Kabarin saya," ucap Rian yang diangguki.

"Yuk bah, masuk, kangkungnya dibungkus dulu ya, biar nanti Rania bisa bawa pulang," Rania kemudian mengambil plastik yang Abah bawa kemudian mengikat dan membungkusnya sendiri.

𝑬𝒌𝒔𝒕𝒓𝒐𝒗𝒆𝒓𝒕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang