Chapter 17 - Fenhan bersekongkol.

1.6K 137 4
                                    

Rian yang putus asa karena tidak mendapati Rania dimana pun akhirnya memutuskan untuk kembali ke pelatnas Cipayung dengan bahu yang merosot. Rian benar-benar merasa bersalah pada gadis satu itu.

Fenhan membawa ponsel Rania yang saat ini sedang menikmati nasi kulit pesannya yang baru tiba beberapa saat yang lalu.

Fenhan yang sudah hapal betul passcode ponsel Rania karena sudah mengenalnya hampir 23 tahun, kemudian menghubungi kontak bernama mas Rian yang panggilannya tak Rania jawab.

'Halo Rania, Rania, saya benar-benar minta maaf,' ucap Rian panik.

'Gue bukan Rania,' balas Fenhan.

'Dengan siapa ini? Dimana Rania?'

'Chill, Rania sahabat gue dari kecil, nggak akan gue kulitin kok, lagian dagingnya juga pasti alot. Lo kalo mau minta maaf, langsung aja, jemput nih gembel ke apartemen gue,' ucap Fenhan.

'WOI FENHAN?!!! HANDPHONE GUE MANA?!! GUE MAU NONTON MASTERCHEF AUSTRALIA!! REYNOLD POERNOMO BALIK LAGI!!!' teriak Rania.

'Denger sendiri kan suara simpanse lagi teriak?' ucap Fenhan membuat Rian tak mampu bersuara.

'Cepetan!! Gue ada shift malem, gak akan gue biarkan Rania menginvasi apartemen gue!!'

TUT

Fenhan segera mengirim alamat apartemennya ke Rian, lalu menghapus chatnya.

Rian melajukan mobilnya menuju alamat apartemen yang diberikan oleh pria yang Rian lupa namanya.

Rania yang sedang menikmati es telernya mendengar suara bel apartemen berbunyi.

"WOI BABI RUSA, BUKAIN PINTU TUH," teriak Fenhan dari kamar.

"LU AJA YANG BUKA AH NYET, REYNOLD LAGI DIKOMENTARIN GORDON RAMSAY NIH" balas Rania tak kalah ngegas.

"GUE LAGI PAKE BAJU RANIA! BUKA CEPETAN!!!" omel Fenhan.

"YAUDAH IYA!!!!!"

Apartemen milik Fenhan berubah menjadi hutan begitu dua orang itu bicara, mereka berdua bicara tarik urat tak mau kalah.

"Iya bentar!" Rania membuka pintu apartemen Fenhan.

"Ngapain disini?!" Rania hendak menutup pintunya tetapi ia keduluan oleh tangan Rian yang menahannya.

"Sebentar dulu," ucap Rian.

"Apalagi sih Mas? Rania capek," ucap Rania pasrah.

"HAHAHA ANJIR MAS!" kalian bisa menebak suara siapa itu, Fenhan sialan sedang tertawa-tawa di sofa.

"Kita bicara dulu," jawab Rian tenang.

"Mau bicara apa?" Rania memasang wajah malasnya.

"Masuk aja Bro," Fenhan benar-benar kurang ajar, ingatkan Rania untuk menghajar Fenhan seusai bicara dengan Rian.

Rian dan Rania masih belum saling bicara, sedangkan Fenhan malah asyik menghabiskan es teler milik Rania.

"Ngobrolnya di luar apartemen aja deh lo berdua, apartemen gue nggak boleh ada memori memori dramanya,"

Rania melempar bantal sofa berukuran besar ke wajah Fenhan, membuat badannya seketika terjatuh dari kursi.

"WOI KINGKONG! SANTAI DONG!" marah Fenhan.

"EH KEONG SAWAH! BERISIK BANGET MULUT LO TUH!!!" kali ini amarah Rania meledak.

"Tuh mas Rian, dipikirkan lagi kalo nyari jodoh, masa mau sama yang kaya modelan simpanse galak begini," ledek Fenhan.

𝑬𝒌𝒔𝒕𝒓𝒐𝒗𝒆𝒓𝒕Where stories live. Discover now