#1 - Ketemu Sama Radithya

172 48 14
                                    

"Kita adalah senyawa yang dicabut paksa, dicerai berai hingga lunglai."

***

Sudah pukul 11 malam. Chintya masih belum mematikan lampu kamar tidurnya. Pandangannya masih fokus ke arah ponsel yang digenggamnya. Menarik selimut ke arah wajahnya lalu menggerakkan jemari untuk menelusuri akun instagram milik Radithya Anggita Putra, si jenius dari kelas XII IPS 2. Kristin, sang adik yang sedang duduk di sebelahnya hanya mampu menghela napas kesal melihat keseharian kakaknya yang kerap menelusuri akun instagram milik Radithya. Tak henti-hentinya gadis berkacamata itu memuja sang primadona sekolah walau ia sadar bahwa taksirannya masih belum membuka pagar hatinya, mungkin karena dia lupa menaruh kuncinya.

"Stalking terus, scrolling terus. Udah deh kak, apa gak bosen ngeliat postingannya kak Radithya?" kata Kristin yang sudah tak tahan melihat rutinitas kakaknya itu. "Coba deh kak sehari aja ga ngikutin perkembangan Kak Radithya emangnya kenapa sih? Toh pada akhirnya jika Tuhan mengijinkan, pasti jodoh juga nggak bakal kemana-mana." lanjut adiknya mengomel khas seperti tetangga sebelah.

"Lo emang nggak ngerti perasaan gue saat ini, dek." ucap Chintya sambil menatap wajah adiknya yang sedang cemberut karena tidak dipinjami hp olehnya. "Ini tuh vitamin buat gue, Titin. Gue perlu asupan vitamin C buat menjaga daya tahan hati gue." lanjut Chintya sambil menggerakkan jemari lentiknya untuk melihat beberapa postingan yang ada di postingan si pria jenius itu. Titin adalah nama panggilan adiknya di rumah.

"Kalau vitamin C tuh minta aja sama mama, kayaknya vitaminnya masih disimpan di lemari obat." balas Kristin.

"Bukan obat vitamin C itu yang gue maksud. Vitamin C, dek. Vitamin cogan. Paham kan sama maksudku?" ucap Chintya.

"Ihhh jijik!" batin Kristin hampir saja memuntahkan isi perutnya.

"Kak?" lirih Kristin.

"Iya, kenapa?" jawab Chintya tanpa menatap wajah adiknya sama sekali.

"Aku pinjam hp mu dong, kak. Mau aku pakai buat ngerjain tugas-tugas sama search di google." pinta Kristin. Maklum, kemarin hp nya sempat error dan tidak bisa digunakan akibat terjatuh dari meja belajar saat ia sibuk mencari buku pelajarannya yang berantakan di atas mejanya.

"Nihhh.... nanti hp-ku jangan lupa dicas ya, gue ngantuk nih. Lain kali punya hp dirawat jangan ditaruh di sembarangan tempat." kata Chintya sambil menyerahkan ponselnya kepada adiknya sedang naik mood.

"Nah gitu dong. Jadi kakak itu nggak boleh pelit sama adiknya. Kata guruku kalau sesama saudara saling pelit nanti rejekinya macet di tengah jalan." celetuk Kristin dalam mode ustadzah.

"Dihh lo aja yang sukanya pelit sama gue. Sudah ah, males gue dengerin ceramah lo." imbuh Chintya sambil menguap, lalu menaikkan selimutnya untuk melindungi tubuhnya dari udara dingin.

--000--

Chintya terbangun setelah mendengar hiruk pikuk dari dapur yang menjadi alarm baginya. Setelah merapikan tempat tidurnya dan membuka tirai jendela, Chintya bergegas turun dari tangga menuju ruang dapur untuk melihat masakan lezat dari ibunya yang sebentar lagi akan matang. Matahari tampak masih malu menampakkan teriknya sebab masih tertutup kabut awan. Jam di ruang tamu baru menunjukkan pukul 05.00.

"Pagi, ma." sapa Chintya. Rambutnya masih terlihat berantakan.

"Pagi, cintaku. Tumben jam segini kamu dah bangun, Chin? pasti kamu udah gak marathon drakor, kan?" tanya Ibunya sambil menoleh ke Chintya.

Chintya mengangguk pelan.

"Nanti mama mau pergi ke kantor ada rapat sama partner kerjanya mama. Kira-kira pulangnya nanti malam. Kamu sama adikmu jangan bertengkar ya. Kalau mau pergi jangan lupa telpon mama. Oh iya semua persediaan sudah mama siapin di meja makan jadi tidak perlu banyak jajan hari ini."

RADITHYA & CHINTYA (HIATUS)Where stories live. Discover now