#3 - Sebuah Rasa

104 37 9
                                    

"Kepada fajar yang berpendar menembus kumulus, sungguh aku ingin mencintainya dengan tulus."

***

Tuhan, jujur aku masih takut untuk membuka hati, aku tak mau untuk kembali terluka. Aku belum siap untuk memulai kisah untuk kedua kalinya. Tapi mengapa rasa ini semakin hari semakin tumbuh?

__________________

Radhitya menuliskan beberapa kalimat pada lembaran paling belakang di buku tugasnya. Tuhan nampaknya sedang bercanda dengannya, dengan mengirimkan Chintya pada kehidupannya, dan menanam benih cinta pada hati penciptaNya.

Radhitya sudah berkali-kali memohon untuk dijauhkan dari Chintya, namun apa yang terjadi? Semesta justru semakin mendekatkan Chintya kepadanya. Apakah ini yang disebut dengan takdir?

"Radhitya yang ganteng dan baik hati, boleh gak gue minta contekan lo, sekali doang. Please......" Suara Raihan memecah keheningan kelas . Raihan memasang wajah memelas, agar Radhitya bersedia memberi jawaban matematika padanya.

"Lo muji gue cuma pas butuh doang." balas Radhitya tanpa melirik ke arah Raihan.

"Tolongin gue dit, sumpah cuma lo satu-satunya temen yang ngertiin gue. Kalau gue telat ngumpulin gue gak dapet nilai. Lo gak kasihan sama gue?" Rakhan memajukan bibirnya, lalu menggoyangkan kedua tangan Radhitya. Pria itu mengatur napas panjang, lalu mengangguk. Kemudian pria itu menyerahkan buku tugasnya pada Raihan.

"Terima kasih Radhityaaaa." Raihan membuka lembar demi lembar, lalu tak sengaja membuka halaman terakhir. Raihan terkejut, tak sengaja dirinya melihat beberapa kalimat yang tersemat dalam buku tugas milik Radhitya. Lalu dengan cepat Radhitya mengambil alih buku yang digenggam oleh Raihan.

"Gue belum nulis jawaban malah lo tarik. Hmmm gue ngerti, pasti lo lagi suka sama seseorang." ucap Raihan tepat sasaran.

Radhitya membeku, merutukki dirinya. Pria itu berharap jangan ada seorangpun yang mengerti tentang isi perasaannya. Kali ini ia harus berhati-hati. Menurutnya, urusan pribadi tidak boleh diketahui siapapun, selagi masalah itu masih bisa diatasi baginya.

"Suka sama siapa coba? Mana buktinya?" Radhitya menggidik bahu, pura-pura tidak tahu.

"Plis gue pinjem dong bukunya, gue janji gak nggak bakal liat halaman belakang." Rio memohon sekali lagi.

"Gue belum ngerjain sama sekali, mending lo pinjem yang lain." balas Radhitya dengan muka tembok.

"Dasar sombong!! Liat aja lo nanti, suatu saat gue bakal ngerti lo suka sama siapa!" Rio mendengus sebal, lalu bergabung dengan teman-teman yang lain.

--000--

Chintya bersemangat melangkah menuju lapangan basket selepas mengikuti ekskul dance. Sembari menikmati camilan yang ia bawa, gadis itu diam-diam mengintip dari kejauhan, memfokuskan pandangannya ke arah Radhitya yang sedang menggiring bola. Diakuinya pria itu memang mahir bermain dan menguasai teknik bermain basket, jadi alangkah baiknya Radhitya berjodoh dengan dirinya, begitulah pemikiran Chintya. Sebagai pengagum berat yang sudah expert, Chintya selalu mengikuti Radhitya kemanapun lelaki itu berada, bahkan gejolak perbucinannya meronta-ronta untuk terus menatap pria taksiran. Biarpun Chintya tahu bahwa Radhitya tak ingin berpacaran, pokoknya Chintya nggak peduli dan tetap unjuk gigi. Gadis itu takkan takut dengan segala rintangan yang ia hadapi.

RADITHYA & CHINTYA (HIATUS)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum