04 - FAULT

53 23 18
                                    

The Ritz-Carlton Millenia Singapore

01.00 a.m

"Kau, pergilah." Gumam Eliz ketika menangkap visual Joanna masih menatap ragu kearahnya.

Malam semakin larut. Joanna masih menimbang beberapa hal dalam pikirannya. Penyesalan mulai menyelimuti relung gadis itu kala melihat kondisi mengenaskan Eliz malam ini. Tidak seharusnya Joanna menjebaknya pada jeratan yang belum pernah dikelabungi Eliz sebelumnya.

"Kau yakin? Firasatku tidak enak saat ini."

Sebuah dorongan kecil kini melipatgandakan jarak diantara mereka. Tangan kecil Eliz mengudara kemudian mendarat sempurna pada daun pintu kamar hotel yang terbuat dari mebel jepara pilihan. Eliz melayangkan ketukan tidak sabaran sebagaimana sesuatu mendesaknya dari dalam dirinya sendiri.

Alarm sirine berbunyi dalam benak Joanna begitu Eliz mengetuk pintu sangat bar-bar. Tanpa berpikir panjang kakinya mulai bergerak menyusuri lorong hotel dan menjauh dari jangkauan Eliz. Dari kejauhan manik legamnya mengamati sosok gadis dengan croptop hitam yang sedang mengetuk pintu tidak sabaran.

*****

"Ah anak nakal itu keterlaluan sekali." Gerutu seorang Kim Seokjin ketika tubuh jangkungnya mendarat sempurna pada permukaan kasur berkualitas high end. Pikiran Jin melayang pada persiapan konser untuk hari lusa. Rambutnya disibak asal begitu mengingat beberapa koreografi tarian belum dikuasainya sempurna.

Jin merogoh sakunya. Mencari keberadaan ponsel dengan brand Samsung yang berkolaborasi dengan BTS. Ketika benda pipih itu berada di genggamannya, Jin menyelidik galeri ponsel dan mencari beberapa video terkait koreografi gerakan mereka.

Pada akhirnya Jin memutuskan untuk melatih koreografi gerakan dengan serius. Manik legamnya mengawasi dan mengoreksi setiap gerakan yang dilakukannya dari pantulan cermin full body yang terletak disebelah kasur king size hotel. Kekecewaan kerap menghantui dirinya kala penampilan yang diberikannya pada Army tidak sempurna. Maka dari itu, Jin berusaha semaksimal mungkin.

Satu jam lima belas menit telah berlalu. Jin mengamati pantulan dirinya sedang tersenyum sumringah karena latihan koreografi gerakannya berjalan baik. Dirinya sudah mengingat secara detail gerakan demi gerakan dan diperagakan sempurna oleh tubuh jangkungnya. Hanya butuh semakin disempurnakan oleh persiapan briefing besok pagi. 

Manik legam Jin memicing ketika menyadari jarum jam yang sudah berhenti di angka satu. Itu artinya dia tidur sangat larut malam ini. Jin menghela napas pelan kemudian membuka tutup kemasan air mineral yang masih tersegel sempurna. Kerongkongannya terasa kering hingga membutuhkan pasokan air agar dapat tidur dengan tenang pagi ini.

"Siapa yang membuat keributan pagi buta begini?" keluh nya begitu mendengar suara ketukan pintu yang mendesak. Kaki panjang milik Jin mendekat kearah pintu. Batinnya masih menerka orang gila manakah yang berani mengusik ketenangannya di pagi buta.

Cklek.

Pintu kamar hotel terbuka sempurna. Manik legam Jin sedang meneliti seorang gadis asing yang terdampar didepan ruangannya. Jin bingung harus bereaksi apa karena gadis itu menggumam hal yang tidak jelas. Bola matanya masih menelisik gadis itu dari ujung rambut hingga ujung kakinya seperti proses scanning. Hingga Jin menydari jika kesadaran gadis itu sangat minim.

"Berikan aku minum. Aku haus. Tenggorokanku sangat kering."

Jin masih diam. Tidak bereaksi apapun. Pikirannya masih mencerna alasan kedatangan gadis asing itu. Adalah sebuah ketidakmungkinan baginya jika gadis itu tiba-tiba saja muncul dihadapannya karena salah mengetuk pintu kamar hotel. Ayolah alasan seperti itu sangat klise baginya. Pasti hal ini adalah kesengajaan. Apakah gadis itu adalah sasaeng yang berpura-pura mabuk untuk menjebaknya?

SILENCEWhere stories live. Discover now