Kau Tak Lagi Mencariku

17 3 0
                                    

Deklarasi bahwa aku menyerah dan melepaskanmu, sama saja seperti menahan fajar untuk beranjak terbit dan jingganya senja untuk tenggelam. Memang, meskipun indah, tenggelam pada waktu yang tepat baginya adalah sebuah keharusan. Meskipun begitu, berganti keindahan lain, yaitu menjelma malam yang selalu menenangkan.

Tapi, kenyataan saat ini adalah malamku tak pernah bisa tenang setelah permintaanmu yang gila itu. Warasku direnggut oleh bengisnya ego yang tak belas kasihan. Meski disampaikan dengan baik-baik, tapi keputusan itu tak pernah membuatku lebih baik.

Ini jelas tak adil bagiku. Wajar saja jika kita harus berakhir jika kita saling berkhianat. Sementara rasa kita yang sama sekali tak berdosa diminta untuk selesai adalah salah.

Sesekali terpikir, ingin sekali terus saja mengacau agar tetap mendapatkan perhatian. Namun, kali ini cukup untuk terlihat menyedihkan.

Sepertinya berita keikhlasanku kemarin telah sampai kepadamu dengan selamat. Sehingga sampai detik ini tak ada lagi balasan-balasan yang biasanya kau kirim dengan kata-kata mesra meski menyakitkan.

Aku begitu malang.

Rumahku hilang, ke mana aku harus pulang?

Kini tiada lagi dering yang bising, tiada lagi sapa yang kudamba, tiada lagi deret pesan yang begitu banyaknya hingga aku kewalahan.

Baru saja beberapa hari aku menyatakan ini, tapi sepertinya kau sangat merdeka merayakan kemenanganmu walau hanya seorang diri. Tampaknya kau saat ini terlihat seperti sedang dihadiahkan kebebasan yang sudah berpuluh tahun dinantikan.

Kini kau tak lagi mencariku, dan hal yang paling mungkin adalah aku harus terbiasa akan hal itu.

________________________________
© nidashofiya (2020)


DIALOGIKAOnde histórias criam vida. Descubra agora