Menyerah dengan Cara yang Indah

15 3 0
                                    

Selamat pagi.
Seperti biasa, aku pergi pagi-pagi untuk melakukan serangkaian aktivitasku yang selalu sangat sibuk. Apalagi kali ini sedang dengan perasaan tidak baik, aktivitas ini tentu akan sangat kubutuhkan untuk temani keheningan.

Memang begitu menyedihkan. Tapi setidaknya aku telah berusaha untuk tak berurusan dengan patah setelah kehilangan. Akan sangat rumit mengurusnya. Atas kehilangan ini, aku tak bisa mengadu pada siapa pun, bahkan aku tak memiliki asuransi karena hati ini telah mati. Kata para tetua yang sudah melewati banyak kisah asmara, biarlah semuanya harus bisa ditanggung sendiri.

Atas kejadian ini, aku  mengalihkan isu dengan menyibukkan diri agar orang-orang tak lolos bertanya kamu di mana, yang biasanya tak pernah jauh denganku. Dengan kesibukan itu setidaknya mereka akan berpikir bahwa kita sama-sama sedang mengurusi perihal masing-masing. Aku tak bisa membayangkan akan seperti apa jadinya jika saat-saat berusaha untuk menenangkan diri, tiba-tiba orang-orang terus menanyakanmu silih berganti. Aku melupakanmu akan gagal, meski justru aku sendiri yang selalu menggagalkannya.

Tapi rencana itu hancur. Semua yang sudah aku persiapan sebagai perlindungan diri tak ada gunanya lagi. Ketika aku keluar dan menyapa banyak orang, mereka menatapku dengan penuh iba. Melontarkan beberapa kalimat yang membuatku terasa perlu dikasihani setelah perpisahan ini.

Apa-apaan ini?

Aku tak butuh duka cita dari banyak orang. Itu justru akan semakin menenggelamkanku dalam kesedihan. Tidakkah orang-orang pernah merasakan hal sama? Semestinya mereka paham apa yang harus mereka lakukan.

Bisakah berpura-pura tidak tahu saja? Dan siapa pula yang menyampaikan kabar ini pada orang-orang.

Rupanya memang tak pernah ada rahasia, seperti tak pernah bisa dirahasiakan lagi tentang aku yang sampai kapan pun akan terus menggenggam perasaanku.

Baik, aku menyerah, tapi dengan cara yang indah.
Kini aku benar-benar tak akan mengacau dan coba mematuhi keinginanmu. Jika kau inginkan itu, aku ingin menyerah dengan seperti ini: Ikatan kita boleh terhenti, harapku bersamamu boleh saja mati. Tapi, rasaku untukmu boleh abadi, kan?

__________________________________
© nidashofiya (2020)

DIALOGIKAWhere stories live. Discover now