7 - Takahashi Hayami

11 3 0
                                    

Namaku Takahashi Hayami, kalian bisa memanggilku Hayami saja. Aku adalah seorang anak kecil yang bertemu dengan anak-anak bernama Raseki di tengah hujan festival.

Kalian pasti lupa dengan diriku sekilas.

Yah, aku juga tidak mempermasalahkannya sih. Karena aku tau, kalian pasti akan melupakanku dengan cepat.

Biar ku beritahu kenapa bisa seperti itu. Karena aku juga tidak tau.

Setiap kali orang yang mengenalku, pasti akan melupakanku dalam sekejap. Biarpun aku mempunyai teman di sekolah, namun hal itu juga tidak menutup kemungkinan mereka untuk melupakanku.

Seperti terkena sihir unik saja. Jika mereka tidak melihatku selama lima hari, mereka pasti akan melupakanku.

Terdengar konyol memang, namun itulah faktanya. Seperti apa yang sedang terjadi disini.

Aku dimarahi habis-habisan di halaman rumah oleh kakak laki-lakiku sendiri. Ia seperti ingin mengusirku dari rumah.

Alasan perkelahian kami sangatlah sepele, hanya karena aku menginjakkan kaki di rumah itu kakakku langsung bertindak untuk mengusirku. Katanya sih aku yang salah rumah ketika ku katakan alasanku untuk pulang ke rumah.

Ia berkata bahwa tempat ini bukanlah rumahku, aku harus meminta izin pada tuan rumah terlebih dulu sebelum masuk ke rumah ini. Misalnya saja seperti mengetuk pintu dan memberi salam, atau menekan bel rumah yang ada di depan pintu.

Perempatan imajiner menghiasi pelipisku dengan alis berkedut tanda kesal.

Tak ada satu orang pun yang membantuku untuk menyadarkan kakak. Mereka malah melihatku untuk menonton atau memotretku. Ini kan sudah malam.

Ingin sekali ku lemparkan kulit durian ke wajah mereka.

"Lho, kok Hayami nggak masuk?"

Aku bersyukur, sangat sangat bersyukur dalam hati. Ibu memang penyelamatku. Untung saja ibu baru pulang dari kerja.

"Ibu, memangnya dia siapa?" Kakakku bertanya dengan menunjuk tepat di depan wajahku. Alisku makin berkedut ketika ia melakukan itu padaku.

"Kan dia adikmu. Kenapa kamu bisa lupa? Apa karena efek baru pulang dari kuliahmu itu?"

Ya, itu memang benar. Kakakku baru pulang dari kampusnya untuk berlibur. Tentu saja aku tidak bisa terlalu marah dengan kakakku yang melupakanku.

"Kalau diingat-ingat, aku memang punya seorang adik." Kakakku memegangi dagunya berpikir, "Jadi kau adikku? Kau tidak setampan kakakmu ya?"

Sudah jelas aku tidak setampan dirimu karena aku seorang gadis!

Baiklah, sudah cukup! Aku muak. Aku ingin pergi tidur sekarang juga.

"Hey, tunggu! Kau mau kemana?!"

Dasar gila. Aku tidak akan meladeni perkataanmu karena aku akan segera tidur.

Aku merasa sial hari ini. Tidak ada yang membantuku saat aku dilupakan oleh kakakku sendiri.

Aku menutup pintu kamar, mengunci, lalu berbaring di kasurku yang empuk.

Huft ... aku lelah dengan semua yang terjadi hari ini, aku lelah selalu menjadi orang yang dilupakan, dan aku lelah tidak ada satu orang pun yang berusaha membantu mengingatkan seseorang yang melupakanku.

Semuanya terjadi seperti sudah ditakdirkan untukku yang masa bodoh dengan kehidupan semua orang.

Aku ingin tau, bagaimana jadinya jika kami bisa bertemu nanti?

Ah, maaf. Aku sedang membicarakan Raseki kali ini. Aku ingin mengetahuinya saja, apa ia akan melupakanku seperti kebanyakan orang?

Padahal aku sangat menyukai laki-laki itu.

Biarpun kami baru pertama kali bertemu, ia seperti sudah menunjukkan bahwa dirinya adalah orang yang sangat berbeda dari kebanyakan orang yang ku kenal.

Aku melihat Raseki, tepat di hadapanku. Hanya beberapa langkah untukku bisa menyentuh Raseki.

"Aku benci kamu."

Deg!

Napasku tercekat, jantungku seperti sudah berhenti bekerja untuk berdetak. Aku sangat terkejut mendengarnya mengatakan hal yang mustahil akan ku dengar dari prediksiku.

Tak lama kemudian, aku melihat Raseki berbalik membelakangiku. Ia berjalan menjauh dariku.

Bola mataku membulat melihatnya. Aku terkejut bukan main. Ia meninggalkanku?

"T, TUNGGU!"

Aku terkejut, melihat sekeliling dengan sangat hati-hati.

"Ah, rupanya mimpi." Aku kembali bernapas lega ketika mengetahui hal itu.

Napasku yang terengah berusaha keras ku netralkan kembali. Aku juga semakin berusaha keras untuk menstabilkan detak jantungku.

Aku sudah seperti orang gila. Baru bertemu orang yang menurutku berbeda saja sudah membuatku bermimpi buruk seperti ini.

Ada apa dengan diriku?

Aku melangkah keluar, berjalan gontai menuruni tangga untuk menuju dapur. Seperti biasa, aku akan membantu ibu memasak.

"Ah, Hayami. Kamu tak perlu membantu Ibu karena Ibu sudah selesai memasak. Kamu hanya perlu memindahkan makanan ini ke meja makan saja."

Aku mengangguk menyetujui perkataan Ibu sebelum Ibu masuk ke kamar mandi.

Sebelum memindahkannya, ku ikat rambutku terlebih dulu agar tidak menggangguku saat bekerja. Aku mulai memindahkan nasi, lauk, dan sayuran secara perlahan.

Untuk sayuran memang sengaja menjadi yang paling akhir karena aku tidak suka ketika disuruh memindahkan sesuatu yang berisi air.

Bagaimana? Untuk ukuran seorang gadis kecil sepertiku, aku hebat bukan? Di usiaku yang ke 5 tahun, aku selalu membantu Ibuku sendiri.

Baiklah, cukup. Aku tidak ingin bersikap sombong. Cukup diriku saja yang mengetahui hal ini.

"A, Apa yang kau lakukan?!"

Aku mundur beberapa langkah, terkejut dengan teriakan tiba-tiba kakak. Ku lihat bajunya juga sudah basah dengan air. Apa dia selesai mandi?

Ku lirik mangkuk yang ku bawa, ternyata sayur ini tidak ada kuahnya sama sekali.

Tunggu, tidak ada kuah? Berarti, jangan bilang kalau kuah ini--

"Baju kesayanganku jadi basah karena ulahmu yang melamun!" Kakak memakiku habis-habisan.

H, Hah?

Apa-apaan ini?

Saat beberapa kali ku lihat, dia bukan kakak laki-lakiku.

D, Dia ... Raseki?

Apa yang sedang ia lakukan disini?!

.

To be continue ....

848 word

Resada_Akarika

Done = Kamis, 17 September 2020

[ ⏸️ ] Save a Heroine's SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang