10 - Orang Kaya

20 2 6
                                    

Huft ....

Aku menghela napas beratku untuk kesekian kalinya.

Gara-gara Iris, jantungku tidak bisa begitu saja untuk dinetralkan. Butuh waktu beberapa menit untuk menghilangkan detak jantung yang bergemuruh ini akibat ulah Iris yang membawaku seenaknya untuk terjun bebas.

Ku pikir aku akan mati.

"Hoam ...."

Aku menguap lebar tanda mengantuk ingin tidur.

Untung saja Iris sudah menghilang dari hadapanku setelah menyelamatkanku dari danau yang besarnya saja bukan main. Aku jadi bisa bernapas dengan lega setelah Iris pergi meninggalkanku.

Namun saat aku menguap, aku merasakan adanya sesuatu yang masuk ke dalam mulutku sejak tadi.

Apa lagi ini?

Apa ini perbuatan Iris padaku?

Kalau benar, akan ku hajar dia sesekali. Mana tau dia akan langsung tersadar untuk tidak menjahiliku setelah aku menjitak kepalanya.

"Bangun Raseki~"

Suara seseorang memanggilku. Kali ini bukan suara Iris, suaranya malah lebih lembut dari Iris. Aku bisa merasakannya dalam sekali dengar.

"Bangun Raseki~"

Aku merinding, bulu kudukku berdiri. Baru kali ini aku merasakan hawa membunuh yang sangat mencekam seperti saat ini.

Aku masih menutup mataku rapat-rapat, maka dari itu aku masih tidak tau siapakah sosok yang sedari tadi mengganggu waktu tidurku.

"Ra-se-ki, PR-mu sudah selesai atau belum~?"

Aku merasakannya. Hawa mencekam itu semakin menggerogotiku. Ini pasti suara Bu guru, sudah pasti suara Bu guru!

Ngomong-ngomong soal guru, aku baru ingat sekaranglah jadwal guru privatku mengajariku. Walau kami terlihat seperti adik-kakak, tapi kami masih berstatus sebagai guru-murid.

Memang kami terlihat sangat dekat, bahkan saat pertama kali bertemu pun begitu. Maka dari itu kami sering dikira saudara. Lebih parahnya lagi, kami sering dikira ibu dan anak oleh orang lain.

Kalian pasti tau kalau Ayahku itu orang kaya. Jadi ia menyuruh guru yang berkemungkinan besar bisa sangat akrab denganku untuk mengajariku.

Dasar orang kaya.

Membayar guru privat seperti ini pasti sangat sedikit menurut mereka. Aku tidak akan pernah mengerti jalan pikir orang kaya.

"Ra-se-ki~ kau mau bangun sekarang atau aku sumpal lebih banyak daun lagi di mulutmu?"

Hiii!

Melihat guruku dalam mode serius sangat mengerikan!

Dengan sigap, aku terbangun dari tidur singkatku lalu memuntahkan semua isi daun yang ada di mulutku.

Bu guru Abel memang yang paling kejam ketika mengajariku! Aku yakin ia tidak pernah melakukan hal kejam seperti ini pada anak murid lainnya.

"Baguslah kau sudah bangun. Bagaimana PR-mu sayang~?"

Sial, aku lupa mengerjakannya.

Biarpun aku disuruh untuk mengerjakan penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, itu terlalu mudah untukku. Untuk itu aku meremehkan PR yang diberikan Bu Abel dengan alasan 'aku pasti bisa mengerjakannya nanti'.

Aku akan berjanji seumur hidupku untuk tidak meremehkan PR pemberian Bu Abel lagi. Tidak akan!

"Wah, kalian ada disini ya?"

Ayah penyelamatku! Aku akan mengingat jasa-jasa Ayah padaku! Aku berutang budi padamu, Ayah!

Ku lihat Ayah sepertinya membawa sebuah kotak yang sangat berat untuk ia bawa. Tentu saja Ayah dibantu oleh bodyguard lainnya yang sedang bertugas.

"Raseki, mau menonton kembang api bersama? Bu Abel juga boleh ikut kok."

Ibu!!!

Ibu memang benar-benar terbaik! Kau menyelamatkan nyawa anakmu ini dari ancaman maut! Y, Ya walaupun aku hanya anak angkat mereka sih.

"B, Baiklah Nyonya."

Ku lihat Bu Abel sedang gelagapan ketika membalasnya. Berbeda dengan matanya yang sudah menatapku tajam setajam pisau bedah.

A, Aku tidak akan ikut campur. Yang paling penting sekarang aku haru berlindung di belakang Ibu sambil menjulurkan lidah.

Ayah dan beberapa orang sedang menyiapkan kembang apinya bersama-sama. Aku ingin sekali membantu Ayah, namun Ibu sering melarangku untuk jangan dekat-dekat dengan benda berbentuk roket yang Ayah pegang sekarang.

"Ibu. Ini kan masih siang, kenapa kita menyalakan kembang api?" Aku bertanya dengan menatap ibuku, tentunya dengan tatapan polos yang aku miliki.

"Tidak apa. Karena kita akan merayakan ulang tahun adikmu yang ke delapan bulan." Ibu membalas ucapanku sambil mengelus rambutku lembut.

Tunggu, ini berlebihan!

Dasar kalian para orang kaya! Kenapa tidak bisa menunggu malam saja--

Duar!

Ah, sudahlah. Aku tidak berhak untuk protes lagi. Ayah sudah menyalakan kembang apinya seperti yang mereka inginkan.

Aku? Tentu saja berdiam diri. Aku tidak ingin ikut campur lagi dalam masalah ini. Aku juga sudah tidak mengerti lagi dengan jalan pikir orang kaya.

Semua hal yang tidak bisa dilakukan orang biasa, pasti bisa dilakukan oleh orang kaya. Contoh seperti keluargaku yang menyalakan kembang api di siang hari.

Kalian benar-benar bodoh. Mana mungkin kita bisa menikmati keindahan yang dimiliki kembang api itu sendiri ketika kita menyalakannya di siang hari! Benar-benar deh.

.

To be continue ....

735 word

Resada_Akarika

Done = Senin, 28 September 2020

[ ⏸️ ] Save a Heroine's SisterWhere stories live. Discover now