9 - Masokis

22 3 2
                                    

"Hup!"

Aku melihat seorang anak laki-laki yang tak lama ku nyatakan cintaku padanya beberapa waktu lalu saat di negara Jepang. Ia sedang memanjat pohon lagi seperti pertemuan pertamaku dengannya.

Apa yang ia lakukan?

Ah, sebelum itu kita perkenalan terlebih dulu. Perkenalkan, namaku Iris. Seperti yang kalian semua ketahui, aku ini adalah seorang penyihir yang sudah hidup beratus-ratus tahun lamanya. Mungkin sebelum kalian lahir, aku sudah menginjakkan kaki di muka bumi ini.

Untuk suatu alasan, aku sedang menyamarkan bentuk tubuh dewasaku dengan bentuk tubuh anak-anak. Belum saatnya kalian mengetahui rahasiaku.

Baiklah, kita alihkan saja pembicaraan ini.

Saat ini, aku sedang memandang Raseki dari bawah pohon. Mereka sudah pulang dari negara Jepang beberapa saat yang lalu, tapi Raseki sama sekali tidak menunjukkan adanya gejala penyakit yang disebut lelah dan malah ingin menaiki pohon tinggi itu lagi.

Aku tidak mengerti jalan pikir anak itu, tapi aku merasa kalau Raseki sangat berbeda dengan kebanyakan manusia yang ku temui di dunia sampah ini.

Iya, aku tidak salah bicara. Dunia ini benar-benar sampah sampai aku sendiri pun ingin sekali untuk membakar seisi bumi ini dalam sekali jentikan jari lalu mendaur ulang bumi ini agar menjadi lebih berguna.

Sudahlah, lupakan saja apa yang ku katakan. Yang paling penting sekarang, aku harus memanjat pohon itu juga untuk menyapa Raseki.

"Hai, Raseki."

"KAGET!"

Ku lihat Raseki seperti ingin terjatuh saat aku menyapanya. Mungkin ia terkejut? Padahal aku hanya menyapanya dari atas tepat dimana Raseki sedang duduk di dahannya.

"Kamu lagi?!" Tanya Raseki protes sambil memeluk batang pohon besar itu.

Wah, aku merasa sesenang ini saat Raseki mengajakku berbicara. Biarpun bicara Raseki terdengar jutek, tapi aku suka dengan tipe orang yang sadis sepertinya.

"Aku kemari bukan tanpa alasan." Aku membalas sebelum Raseki bertanya lagi tujuanku untuk datang kemari.

Tidak, aku sedang tidak membaca pikirannya. Aku hanya menjawabnya dari raut wajah yang mudah sekali untuk ku tebak.

Sepertinya, aku juga menyukai sisi Raseki yang seperti ini. Menunjukkan isi pikiran dan raut wajah yang sama dalam satu waktu.

"Aku kemari karena ada Tante genit yang lewat di bawah sana."

Aku menunjuk tepat di bawah kami. Sebelum itu, aku sempat menjentikkan jariku untuk memunculkan ilustrasi Tante genit bin kecentilan yang sedang berlalu. Raseki sepertinya memercayai itu dengan mudah.

"Aku trauma Tante genit," ujarku cepat sebelum Raseki bertanya 'lalu kenapa?' padaku.

Ekspresi Raseki seperti mengatakan 'aku mengerti', dan hal itu seketika membuatku merasa lega. Walau ia mudah sekali untuk dibodohi, tapi aku merasa terhibur dengan sikapnya yang seperti itu.

Ah~ andai kau seorang pria berusia 20-an, mungkin aku tidak akan melepaskanmu ketika kau menolakku. Untuk sekarang, memang aku tidak berniat untuk melepaskannya begitu saja.

"Apa kau ingin merasakan yang namanya terbang?"

Raseki memasang ekspresi seperti mengatakan 'kau bercanda? Memangnya bisa?' saat mendengar pertanyaanku.

Baiklah, aku akan berbaik hati sedikit padamu ketika kau menginginkannya dengan balasan mengangguk.

Ku lihat, Raseki sedikit menganggukkan kepalanya sebelum memasang pose berpikir yang sangat menawan miliknya. Biarpun yang tadi itu tidak bisa disebut anggukan, aku akan mengabulkan permintaanmu.

Aku kan orang yang sangat baik padamu. Bisa saja setelah aku melakukan ini, kau akan segera jatuh cinta padaku.

Aku menjentikkan jariku dan benar saja, aku berhasil membawa Raseki dan aku sendiri melayang di udara. Bukan, bukan melayang. Lebih tepatnya terjatuh karena kami sama-sama terjun bebas setelahnya.

"KAU-- APA YANG KAU LAKUKAN?!" Raseki berteriak memarahiku. Ia juga terlihat ketakutan ketika kita terjun bebas.

Ya ampun, Raseki~ kau sangat imut ketika marah padaku seperti itu.

Aku ingin melihatmu memarahiku lagi.

"HEI! LAKUKAN SESUATU! KALAU TIDAK, KITA BERDUA AKAN MATI!"

Nah, begitu.

Baguslah kau terus memarahiku seperti itu, Raseki. Karena aku tidak akan berniat untuk melepaskanmu. Sampai mati pun, aku akan tetap menyangkal kematian yang menghampirimu.

Jadi, bisa dipastikan jawaban yang akan ku pilih untuk Raseki bukan?

Byur!

Air danau membasahi kami berdua. Sudah ku bilang, aku tidak akan membuatmu mati begitu cepat. Jadi tenang saja.

Ku lihat Raseki terlihat panik di dalam air. Sepertinya, ia masih tidak pandai berenang. Dengan sigap, aku pun menggunakan sihirku kembali untuk membuatnya mengapung.

"Kau ... KAU GILA YA?! KAU INGIN MEMBUATKU MATI?!"

Raseki berteriak tak terima padaku. Tentu saja aku senang ketika ia memperlakukanku seperti itu lagi. Gejolak dari dalam diriku seperti berguncang ketika dirinya memakiku.

"Kan aku sudah bilang kalau aku penyihir. Kau tidak perlu merasa takut seperti itu."

Raseki tampak tak terima dan kesal ketika melihatku.

Tatapan tajamnya itu memang bisa membuat jantungku berdegup sangat kencang. Aku ingin lebih merasakannya lagi darimu.

Kau sangat berbeda, Raseki. Jadi aku akan membuatmu kesal padaku. Dengan begitu, makian sehari-harimu padaku seperti sebuah energi yang membuatku semangat untuk kembali melanjutkan hidup.

Mungkin kapan-kapan, aku akan menembaknya lagi.

.

To be continue ....

776 word

Resada_Akarika

Done = Sabtu, 19 September 2020

[ ⏸️ ] Save a Heroine's SisterWhere stories live. Discover now