The Promised

454 56 1
                                    

Sejak kematian ibunya sesaat setelah melahirkan Natsu, Hinata berjanji dia akan merawat dan melindungi Natsu. Itulah janji terakhir yang Hinata buat kepada ibunya. Kematian ibunya terjadi ketika Hinata baru menginjak usia 6 tahun, Natsu menangis keras kala itu. Seolah-olah ikut merasakan rasa sakit dan sedih yang dirasakan oleh Hinata, atas kepergian Ibu mereka.

Hari terus berganti menjadi minggu, lalu bulan, dan tahun. Dia mengetahui kalau Ibunya adalah seorang penyihir, darah Ibunya mengalir deras dalam nadinya. Berbeda dengan Natsu yang mewarisi 3/4 darah ayah mereka yang merupakan manusia biasa.

Hinata tidak membenci darah yang mengalir di dalam nadinya. Sama sekali tidak. Dia mencintai segala sesuatu yang telah Ibunya wariskan kepadanya. Walaupun, kelak hal itu akan menjadi tragedi dalam kehidupannya.

Dan di sinilah Hinata mendengar Sakusa mengatakan, 'Bawa aku pergi bersama denganmu.' Dengan mudahnya. "Omi-kun, terkadang aku tidak mengerti jalan pikiranmu." Kata Hinata sambil tersenyum geli, "Aku bisa dianggap penculik nanti."

Sakusa merutuki kebodohannya, betapa cerobohnya dia meminta Hinata membawanya pergi. Sakusa menggelengkan kepalanya dan memukul kedua pipinya dengan keras sehingga meninggalkan bekas merah yang terlihat jelas. "Maaf aku tidak memikirkan sampai sejauh itu," katanya. "Hinata-san, ketika aku sudah mewarisi nama keluargaku, aku Sakusa Kiyoomi, akan melindungimu dengan segala yang aku miliki." Ucapnya dengan sungguh-sungguh.

Kedua pipi Hinata mendadak memerah, dia merasa malu mendengar pernyataan Sakusa yang terdengar seperti lamaran itu, "Aku tidak tahu apa yang membuat Omi-kun begitu tertarik denganku, tapi aku tidak akan menanyakan hal itu. Terima kasih, aku menghargainya." Kedua sudut bibirnya terangkat, memperlihatkan senyuman yang membuat kedua pipi Sakusa memerah.

"Omi-kun, apa kau baru saja lari dari rumah?" Tanya Hinata tiba-tiba.

Sakusa menganggukkan kepalanya, "Tidak ada yang menyadarinya, jika aku kembali sebelum pukul 7, aku akan aman."

"Kalau begitu, tunggu di sini. Aku akan mengganti bajuku dan mengantarmu pulang." Hinata beranjak dari kursi dan berjalan menuju kamarnya.

"Hinata-san, aku akan pulang sendiri." Langkah Hinata terhenti, dia berbalik dan menatap Sakusa penuh tanda tanya. "Kalau aku tidak bisa pulang ke rumahku sendiri, bagaimana mungkin aku bisa melindungimu."

Kata-kata manis yang diucapkan Sakusa benar-benar membuat jantung Hinata berdetak lebih kencang. Dia bisa merasakan darahnya naik ke kedua pipinya. "Omi-kun, kau begitu imut, bertingkah seperti orang dewasa padahal umurmu masih 7 tahun." Ucap Hinata sambil tertawa geli.

"Dalam beberapa tahun ke depan, kau akan menarik ucapanmu itu, Hinata-san." Katanya sambil tersenyum tipis.

Hinata tertegun melihat kesungguhan Sakusa, sepertinya tekad anak itu sudah bulat. Tidak ingin berdebat lebih lama lagi, Hinata berjalan mendekati Sakusa dan berlutut di depannya, "Aku menantikan itu, Kiyoomi."

~○~○~○

Siang itu mereka duduk melingkar di sebuah meja bundar yang terletak di tengah-tengah taman. Ditemani dengan berbagai camilan manis dan segelas teh hangat yang tersaji di atas meja.

Sakusa menceritakan semua hal yang berkaitan dengan Hinata. Seluruh rahasia Hinata dan beberapa peringatan yang Sakusa berikan kepada keempat temannya.

"Jadi aku harap kalian tetap menutup mulut rapat-rapat soal identitas Hinata-san." Kata Sakusa.

"Aku tidak akan mengkhianati, Hinata-san! Apapun yang terjadi." Komori menyahut dengan tangan kanan terkepal di dada sebelah kirinya.

"Aku tidak memiliki masalah dengan Hinata-san, tentu saja aku akan melindunginya." Kata Kita sambil tersenyum.

Evil and GoodDonde viven las historias. Descúbrelo ahora