This Town is No Match For You, Shoyo-kun

336 56 1
                                    

A/N :
Saya berusaha membuat Hinata dan Atsumu tidak ooc di sini, dan ternyata cukup sulit.

Di sini masih fokus dengan AtsuHina. Bagi yang menanti SakuHina, mungkin ch depan? Terima kasih bagi yang sudah membaca dari awal dan meninggalkan vote.

Hope you enjoy it, happy reading!
______________________________

Atsumu melambaikan tangannya pada Hinata, tapi Miya bersaudara itu masih di depan gerbang pintu rumah Hinata, menunggunya masuk dan setelah itu mereka akan pergi. Hinata memaklumi mereka berdua, terkadang mereka tahu bagaimana caranya bertingkah imut– atau hanya Hinata saja yang berpikir bahwa Miya bersaudara yang sama seperti titisan iblis itu imut.

Tangan kanan Hinata yang memutar kenop pintu rumahnya terhenti. Dadanya tiba-tiba terasa sesak, napasnya tersengal-sengal seolah ia lupa bagaimana caranya bernapas.

Barang bawaannya jatuh berserakan di tanah. Tangannya beralih menyentuh dadanya yang terasa terbakar. Raut wajah Miya bersaudara itu yang tadinya menampilkan ekspresi bahagia kini berganti 180°, mereka berlari, untuk pertama kalinya Miya bersaudara itu merasakan aliran darah menuju jantungnya berhenti ketika Hinata jatuh tidak sadarkan diri.

Wajahnya sangat pucat, Atsumu mengangkat Hinata dalam satu gerakan. Denyut nadinya masih terasa, tapi sangat halus, Atsumu menahan napasnya ketika dia nyaris tidak merasakan denyut nadinya lagi.

"Jangan biarkan Shouyou-kun mati." Katanya, nyaris seperti bisikan. "Samu, cepat cari dokter." Tanpa berkata-kata Osamu berbalik dan pergi.

●•●•●•

Atsumu membawa Hinata ke dalam, ia terkejut ketika Hinata mencengkram baju depannya lemah. "Atsumu-san?" Mata hazelnya tampak lelah, di tengah musim dingin tubuhnya basah oleh keringat. Tapi, ketika Atsumu menyentuh suhu tubuhnya, dia sangat dingin, seperti ketika Atsumu menyentuh bongkahan es dengan tangan kosong. Tubuh manusia harusnya hangat bukan? Bahkan ketika mereka berada di tengah badai salju sekalipun.

Atsumu membaringkan tubuh Hinata dengan lembut di tempat tidurnya. Ia memperlakukan Hinata seolah ia adalah barang mudah pecah, sangat lembut dan penuh dengan kehati-hatian.

Tubuhnya masih mengeluarkan keringat, sesekali keluar rintihan kesakitan dari bibir pucatnya. Atsumu menyeka wajah Hinata dengan kain yang dibasahi oleh air hangat. "Atsumu-san." Panggilnya pelan. "Aku di sini, Shoyo-kun."

"Kamar mandi–

"Apa kau bisa membawaku ke sana?" Pintanya.

Atsumu menggendong Hinata hingga ke kamar mandi. Tangannya yang pucat berpegangan pada kloset dan mencengkramnya dengan lemah dan segera ia memuntahkan seluruh isi perutnya. Atsumu menggigit bibirnya keras-keras sampai rasa asin dan besi darah menguasai seluruh indra pengecapnya.

Ia membantu Hinata mencuci tangan dan wajahnya. Baju terusan putihnya sedikit terkena noda muntahan dan basah oleh keringat serta air yang ia gunakan untuk menyeka wajahnya.

Hinata tidak langsung berbaring, Atsumu memberikannya air putih yang hanya dihabiskan tidak lebih dari satu tegukan. "Atsumu-san, bisa kau mengambilkan ku kemeja di lemari sana?" Atsumu menganggukan kepalanya dan mengambil kemeja biru muda yang berada di tumpukan paling atas.

Hanya satu kata yang tepat untuk mendeskripsikan keadaan Hinata saat ini, lemah, dia bahkan kesulitan membuka pita baju terusan yang ia pakai. Atsumu dengan hati-hati membantunya membuka pakaian itu hingga tertanggal dari tubuh pucat dan mulusnya. "Maaf merepotkanmu."

"Jangan konyol, aku yang selalu merepotkanmu selama ini, Shoyo-kun."
Katanya sambil menahan semu merah di kedua pipinya ketika melihat Hinata hanya berbalut pakaian dalam miliknya.

Evil and GoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang