▫You're Not Special▫

179 42 3
                                    

"Lilaaa" infus lila terlepas, darahnya mengalir kemana mana, tapi lila tidak peduli, ia tetap menyeret disa keluar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Lilaaa" infus lila terlepas, darahnya mengalir kemana mana, tapi lila tidak peduli, ia tetap menyeret disa keluar.

Disa tetap menahan tubuhnya agar tetap berada disini sambil menangis dan terus menangis.

"Disa!" Daniel membuka pintu, sedari tadi ia diluar dan mendengarkan semuanya.

Ia menghampiri disa, mencoba membuatnya berdiri agar Lila tidak perlu menyeretnya lagi.

"Lepasin niel! gue mau disini aja!" Disa berusaha memberontak, Lila melepaskan tarikan tangan nya, ia menunduk dan menutup wajahnya. Ia menangis. Ia sudah sangat putus asa.

"Plis lo dengerin gue dis, kita pergi dulu" Daniel memeluk disa, perlahan disa akhirnya bisa Daniel jinakkan. Dan cepat cepat Daniel membawanya pergi dari sana.

Daniel sempat melirik darah dari tangan lila yang bagi daniel, akan sangat mengerikan untuk lila.

Begitu mereka berdua pergi, lila langsung terduduk lemas, tangis yang sedari tadi ia tahan, ia keluarkan sekuat mungkin.

Mengusir Disa keluar seperti itu, sangat menyakitkan hatinya. Tapi ia tahu, ia sadar, tidak ada yang boleh lila rugikan lagi. Sekalipun itu Disa.

"Maafin gue dis, gue bukan orang yang bisa bikin siapapun orang terdekat gue bahagia, ini jauh lebih baik daripada lo harus terus di sisi gue"

Flashback

Mimpi putih yang panjang itu, kukira akan terus berlanjut tiada henti.

Di tengah kedamaian gue, cahaya putih itu memudar, dan perlahan gue mulai sadar. Mata gue terbuka. Dan yang pertama kali gue lihat adalah Qila.

Gue kira, gue udah mati waktu terakhir kali liat matahari terbit di balkon.

Gue udah sangat lega. Karena artinya, gak ada lagi orang yang akan dirugikan. Tapi lihat ini, gue gak mati, yang artinya, orang orang akan terus merugi karna gue.

Qila gak ngomong apa apa, setelah liat gue bangun, dia cuma nangis dan terus meluk gue. Dan gue juga cuma diam.

Entah-- gue merasa jiwa gue udah mati, cuma raga gue yang hidup.

Qila nyuapin bubur, tapi gue tolak. Gue gak perlu makan, dengan itu, raga gue akan mati bersama jiwa gue yang udah mati.

Qila udah coba berbagai cara, tapi gue tetap diam dan gak mau buka mulut gue. Gue rasanya mau nangis, memikirkan gimana susahnya kak Qila selama ini ngurusin gue.

Waktu itu juga, dia berusaha semaksimal mungkin buat gue. Untuk buat diri yang gak berguna ini tetap hidup.

Gue gak pernah menuntut Qila dan gak pernah menyalahkan Qila untuk selalu ada untuk gue. Gue sadar, Qila sibuk cari uang, dia sengaja kuliah, supaya dia, gak jadi sekedar dokter magang doang.

Dia bilang ke gue untuk sabar, untuk mandiri sementara dia berusaha belajar mati matian supaya bisa kuliah dan bisa jadi dokter yang baik dengan gaji yang bisa menghidupi gue.

My RolePlayer BoyfriendWhere stories live. Discover now