Part 22 (Bagaimana Keputusannya?)

531 70 8
                                    

Tok... Tok... Tok...

Terdengar suara pintu diketuk dari luar kamar. "Masuklah," ujar Michael dari dalam kamar.

Sesaat kemudian muncullah Robin dari balik pintu. "Bagaimana keadaan kak Starlight sekarang?" tanyanya.

Michael hanya menatap sedih ke arah Starlight. "Kau bisa lihat sendiri keadaannya. Starlight masih belum sadarkan diri. Ini semua gara gara Arlon. Berani beraninya dia menghina Starlight di hadapanku! Akan kupastikan dia akan menyesal!"

Michael langsung bangkit berdiri. "Ayo Leo!"

"Leo?-apa?"

"Kakak, kau, kau mau ke mana bersama Leo malam malam begini?" tanya Robin khawatir.

"Kau tau aku akan pergi ke mana. Jadi kau cukup tolong jaga Starlight baik baik ya," ujar Michael.

"A-apa? B-bagaimana kalau kak Starlight tau? Dia pasti akan kecewa padamu kak," nasihat Robin.

"Chicky chicky chicky-itu benar sekali." Michael menatap Chicky. "Chicky chicky chicky, chicky chicky. Chicky chicky chicky, chicky!-apa yang Robin katakan itu benar, putri Starlight pasti kecewa. Jangan lakukan, jangan!"

"Chicky benar kak, kau mungkin marah. Bukan hanya kau saja, kak Starlight sebenarnya pasti juga marah. Tapi dia memilih untuk tetap menahan emosinya dan diam. Kalau kak Starlight saja bisa. Kau pasti juga bisa kak," ujar Robin menyambung kata kata Chicky.

"Chicky chicky-benar sekali."

"Leo leo leo! Leo!-tapi Arlon sudah keterlaluan! Ini tidak bisa dimaafkan!" sahut Leo ikut kesal.

"Kau dengar apa yang Leo katakan? Arlon tidak bisa dimaafkan!"

"Ayo Leo!"

"Leo!-baik!"

"Tapi kak, apa yang harus kukatakan kalau kak Starlight sudah sadar?" tanya Robin.

"Katakan saja aku sedang membeli sesuatu," jawab Michael lalu keluar.

"Tapi kau tau kak Starlight bisa membaca pikiranku. Aku tidak mungk-" kalimat Robin terhenti saat melihat kakaknya sudah pergi.

"Huh, apa yang harus aku lakukan sekarang? Bagaimana kalau kak Starlight sadar sebelum kakak kembali?" gumam Robin. "Apa yang harus aku lakukan?"

                *                  *                 *

Sudah beberapa jam semenjak Michael pergi, dan sampai sekarang dia masih belum kembali. Starlight pun masih belum sadarkan diri.

"Bagaimana ini Chicky?" ujar Robin bertanya pada Chicky.

"Chicky chicky chicky!!"

"Ugh?"

"Kak Starlight? Kau baik baik saja? Apa ada yang sakit?" tanya Robin ketika tau Starlight sudah sadar.

"Ehm?" pandangan Starlight menatap seluruh penjuru ruangan. "Di mana Michael dan Leo?" pertanyaan itu langsung membuat Robin terkejut.

"Ada apa? Ke mana mereka berdua?" tanya Starlight mengulang pertanyaannya.

"Eh... Tadi kakak bilang ingin membeli sesuatu. Tapi, aku tidak tau kenapa sampai sekarang dia belum kembali," ujar Robin agak gugup.

Starlight terlihat tidak memperdulikan jawaban Robin. Itu membuat Robin sedikit lebih tenang.

Tapi, kenapa Starlight merenung? Dia kelihatan sedang sedih.

"Kakak, apa kau masih memikirkan tentang perkataan Arlon tadi?" tanya Robin hati hati.

Starlight merunduk sesaat lalu mengangguk kecil. "Tapi Arlon memang benar. Aku ini memang tidak berguna tanpa adanya Phoenix," ujarnya sedih.

Kenapa kau bicara seperti itu?!

"Phoenix?"

"Phoenix?" ulang Robin.

Kau itu Gadis Suci yang istimewa. Kau sangat sempurna jika dibandingkan dengan gadis gadis lain, meskipun tanpa bantuanku. Kau sangat baik, bahkan terlalu baik. Kau jujur, kau tidak pernah sekalipun berbohong dalam seumur hidupmu.

"I-itu suara Phoenix?" ujar Robin yang mendengar suara Phoenix.

Robin, katakan padaku. Apa kekurangan Starlight?

"A-apa? Memangnya apa kekurangan kak Starlight?"

Kau dengar itu Starlight? Kau tidak punya kekurangan, kelemahan maupun cacat fisik apalagi pikiran. Kau itu Gadis Suci. Meski kau tidak menyadarinya, kau itu punya keistimewaan lebih dari yang pernah diramalkan.

"Tapi kenapa aku tidak bisa membantu Natasha tanpa persetujuanmu?" Starlight menatap ke arah luar jendela.

Di balik jendela itu terdapat langit malam dengan ribuan bahkan jutaan bintang bertaburan di sana.

Namanya memanglah Starlight. Tapi dia bukanlah satu satunya bintang yang bercahaya. Semua orang juga bisa menjadi bintang.

"Aku tidak berguna," gumam Starlight pelan.

















Hai hai hai my readers yang baik hati 👋🏻👋🏻👋🏻
Apa kabar nih 😁

Maaf ya author lama updatenya, soalnya lagi banyak tugas tugas sekolah yang menumpuk tinggi setinggi gunung everest (auah, lebay 🤣) nggak lah ya. Jangan hiraukan 😂

Kira kira apa ya yang bakal dilakukan Starlight? Apa keputusan Phoenix nggak akan berubah? Apa yang akan Michael lakukan sama Arlon ya?

Lanjutannya di next part yang ke 23 ya 😁

Adieu next part semua 👋🏻👋🏻👋🏻

Happy Reading 😁

Monkart N LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang