03

1.9K 306 99
                                    

di hari pengambilan rapot, eric datang ke sekolah bersama orangtuanya untuk mengambil laporan hasil pembelajaran anak itu.

giliran eric, mereka maju ke meja dimana wali kelas akan membagikan rapot.

bu jieun, selaku wali kelas eric menyambut keluarga itu dengan baik. "dengan orangtua eric?"

mami eric mengangguk. "iya bu. bagaimana nih anak saya di sekolah? males malesan gak?"

"mi..." eric menyenggol bahu maminya.

"disini bisa kita lihat ibu, sekarang kan eric sudah kelas 12, namun nilai nilainya justru mengalami penurunan. nilai tertinggi yang ia dapatkan dari seluruh pelajaran itu 75 yang artinya pas dengan kkm. dan yang paling buruk ada di pjok yang hanya mendapatkan nilai 43. eric apa tidak belajar nak?" bu jieun menjelaskan.

"hah apa apaan nilai 43? bu, anak saya itu menonjol di olahraga! dia tidak mungkin mendapat nilai hanya 43." protes papi eric.

eric tersenyum simpul. "tuh iya kan pi? eric tuh jago banget urusan olahraga. ini pasti salah gurunya yakan mi? pi?"

"tapi ini juga nilainya kenapa paling tinggi 75?" tanya mami eric.

bu jieun membalas. "ibu itu adalah hasil murni dari nilai yang diperoleh."

eric menggeleng cepat. "ngga ih bu jieun jangan mengada ngada! mi! pi! kalian liat kan eric tiap malem belajar! jadi ga mungkin banget eric dapet segitu! pasti salah gurunya!"

"bu jieun, guru guru disini menyabotase nilai kan? ini gak adil buat anak kami bu! kami akan menyelesaikan ini semua. mulai dari nilai ter rendah." papi eric menghela napas "mana guru olahraganya?! saya mau ketemu!"








🏀🏀🏀









ekspetasi eric tentang hal ini adalah, ia akan menang dengan mendapat nilai sempurna tanpa bersusah payah.

dan melihat pak juyeon yang akan selalu tunduk kepada eric.

namun ekspetasi itu runtuh tatkala melihat reaksi kedua orangtuanya ketika bertemu dengan pak juyeon.

"loh? juyeon anaknya tuan lee kan?"

eric mematung.

apa ini?!

mengapa orangtuanya mengenali pak juyeon?!

seharusnya ini tidak menjadi seperti ini.

"maaf?" heran juyeon.

papi eric mengulurkan tangan. "saya tuan son. anak buah ayahmu."

"oalah pak son... sudah lama ya pak tidak bertemu." juyeon menyambut uluran tangan itu.

mami eric menepuk pundak juyeon. "iya lho juy udah lama banget semenjak kamu kuliah keluar kota. akhirnya balik lagi kesini. hebat banget lho kamu sekarang lulus udah jadi guru! gurunya eric lagi."

papi eric tertawa. "mi, dari dulu juga kan nak juyeon emang hebat! kita kenal dari dia kecil juara umum terus. merasa terhormat anak kami diajar kamu, ju."

eric masih terdiam. "mi? pi? ini ada apa ya? ayo cepet bahas nilai eric!"

"eric sayang, ini guru kamu ini anaknya bos papi! dia orang hebat banget dari dulu!" ujar papi eric.

pak juyeon menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "tidak sehebat yang anda pikirkan kok. ngomong ngomong, om tante eric, ada keperluan apa ya menemui saya?"

mami eric menyodorkan rapot eric. "oiya hampir lupa. ini mau tanya. kenapa ya kok bisa nilai pjok eric hanya 43? padahal eric bilang dia dapat nilai sempurna di ujian praktek."

pak juyeon menghela napas. "begini, setiap guru punya sistem penilaian masing masing yang tidak bisa diganggu gugat. dan karena pjok sendiri memiliki dua aspek yakni praktek dan tertulis, saya menggabungkan nilai keduanya dengan menjumlahkan kedua nilainya lalu membaginya dengan dua."

"terus?"

"eric itu tidak mengikuti ujian tertulis pjok. bisa dilihat sendiri di absen ujian. eric tidak hadir. yang artinya nilai tertulis eric kosong. dan oleh karena itu, saya hanya membagi dua nilai 85 menjadi 42,5 dan dibulatkan menjadi 43."

mami eric melihat eric sekilas. "tapi saya yakin anak saya selalu berangkat sekolah setiap hari."

"untuk urusan itu, saya kurang tau tapi karena ujian diadakan di jam pelajaran terakhir, ada kemungkinan besar bahwa eric membolos." balas juyeon.

papi eric menatap tajam anaknya. "benar begitu eric?"

eric menggeleng cepat. "enggak pi! sumpah! itu pasti pak juyeon ngibul! huuuu pak juyeon!"

tuan son memijit pelipisnya. "kamu yang ngibul. lagian kamu juga gimana sih?! kok bisa bisanya bolos pas ujian?! juga kamu udah kelas 12 tapi nilainya malah merosot."

"papi sini mami bisikin." mami eric membisiki sesuatu ke suaminya dan disetujui oleh suaminya itu.

"juyeon, kalau selesai ngajar kamu ada kegiatan gitu nggak?" tanya mami eric.

juyeon nampak berpikir. "kegiatan sih belum ada, tante. pulang ngajar, saya sih maunya mulai minggu depan lanjut lanjut ngajar di bimbel kebetulan ada tawaran ngajar juga."

"ngajar apa? olahraga?" tanya tuan son.

juyeon menggeleng. "bukan om, ngajar akademis aja sih kayak matematika fisika dan kawan kawan."

"udah mulai ngajar?"

"belum, om."

nyonya son menjentikkan jari. "kebetulan! gimana kalo kamu ngajar eric aja? privat?"

eric terbelalak. "mami?!"

"maaf tante tapi saya sudah dapat tawaran." tolak juyeon halus.

namun nyonya son justru memegang pundah juyeon dan menatapnya lekat. "juyeon, tante mohon banget... tante udah gak ngerti lagi mau lesin eric dimana... eric itu ajaib, juyeon. ngeliat dia aja udah bisa bikin orang emosi. tapi tante percaya sama kamu karena dari kecil kamu orangnya penyabar."

tuan son pun ikutan. "iya juyeon, om mohon banget... pulang sekolah bisa ya? di rumah om aja kok jadi santai aja."

"please..."

"mami papi stop!" eric menarik baju kedua orangtuanya.

"oke deh, saya bersedia."









🏀🏀🏀

hayh beby! adh bengek bgt sama lee juyeon wdytttt ;)

anw tadi aku nemu ini

anw tadi aku nemu ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
fatal - juricWhere stories live. Discover now