Lazy Day: Zoro x Reader

1.8K 229 21
                                    

Rencana [name] hari ini setelah bangun adalah: mandi, sarapan, dan menyelesaikan setumpuk laporan yang ditugaskan padanya agar bisa mendapat keringanan di hari lain. Dia tahu atasannya kadang-kadang brengsek, memberinya tugas lebih banyak dibanding yang lain. Protes pun tidak ada gunanya, bisa-bisa tugasnya malah semakin diperbanyak. [name] pun hanya bisa pasrah.

Sambil mencari pekerjaan lain, yang tidak se-diktator ini, dia mencoba bertahan.

Namun rencananya hancur total. Ketika alarm berbunyi pada pukul enam pagi, seseorang memukul alarm tersebut hingga mati. Beruntung [name] sudah bangun sehingga mengetahui siapa pelaku pemukulan alarm tersebut.

"Zoro!" katanya kesal, menatap tajam sosok bersurai hijau yang sedang mendekapnya erat. "Kenapa kau memukul alarmnya?! Itu berguna, tahu!"

"Berisik, [name]," balasnya, suaranya terdengar berat khas orang bangun tidur. Dia balas memandang [name] tajam. "Kenapa kau bangun? Aku sudah mematikannya agar kau tidak bangun, tahu."

"Aku selalu bangun saat alarm berbunyi di detik pertama," jawab [name], seraya menambahkan daftar "memperbaiki alarm atau membeli alarm baru" di kepalanya. "Sudah, aku harus bangun."

Tapi lengan Zoro yang melingkari pinggangnya begitu kuat, sehingga [name] tidak mampu melepaskan diri. "Zoro, aku harus bangun! Ada banyak laporan yang harus kuselesaikan."

Zoro mendengus. "Tidak mau."

Nah, dimulai. "Ayolah Zoro, kau tahu kan atasanku sebrengsek apa. Kalau aku tidak menyelesaikan laporanku tepat waktu, aku bisa mendapat lebih banyak tugas...Dan aku tidak akan bisa beristirahat .."

"Kau lebih memilih atasanmu yang brengsek dengan laporanmu, daripada aku, kekasihmu sendiri, [name]?"

"Jangan marah," [name] membalas pelukan Zoro, dan membenamkan wajahnya di dadanya, berharap Zoro mau melepaskannya. Kulit Zoro yang hangat membuainya untuk kembali memejamkan mata, namun bayangan si atasan menghantuinya. "Setelah semua ini selesai, aku akan menghabiskan waktu bersamamu, aku janji."

Zoro memeluk [name] protektif, mengubur wajahnya ke rambut [name], seakan tidak mau [name] pergi pada laporannya, meninggalkannya sendiri.

"Kau tidak akan melepasku, ya?" kata [name] yang sadar Zoro semakin mengeratkan pelukan. Seraya menghela napas pasrah, dia bergumam. "Kalau besok laporanku bertambah, aku akan memaksamu membantuku menyelesaikannya. Atau aku akan meminta bantuan pada Sanji."

Zoro menjauhkan wajahnya dan menatap [name] kesal. "Kenapa kau membawa-bawa nama pria mesum itu saat kita hanya berdua, [name]?"

"Lihat, kau cemburu," [name] menoel pipi Zoro, menyebabkan pria itu mengerang dan mendengus kasar. "Tidak ingin itu terjadi, bukan? Maka lepaskan aku dan biarkan aku menyelesaikan laporanku, Marimo."

Zoro kembali mengubur wajahnya dan mengeratkan pelukan. [name] menghela napas pasrah. Mulai deh, manjanya...

Siapa bilang Roronoa Zoro tidak punya sisi lain? Yang terlihat di depan publik adalah Zoro yang tegas dan selalu mendapatkan apa yang dia inginkan. Tapi saat bersama [name], dia menanggalkan semua persona tegasnya dan bersikap seperti anak kecil. Seperti saat ini.

[name] pun, jika saja dia punya banyak waktu luang...dia akan dengan senang hati membalas pelukan Zoro dan tidur sampai kapanpun, asal berada dalam dekapan Zoro. Siapa yang memilih mengerjakan laporan membosankan daripada memiliki quality time bersama yang terkasih?

[name] ingin mengambil koleksi katana Zoro dan menyuruh atasannya melakukan harakiri, beneran.

"Sampai jam sembilan," kata Zoro, terdengar terpaksa. "Hanya sampai jam sembilan, habiskan waktumu bersamaku."

[name] luluh olehnya. Sampai jam berapapun aku rela. "Aku bisa mengerjakan sepuluh laporan selama itu."

"Kau beruntung aku mau melepaskanmu nanti," gerutu Zoro. "Atau aku akan memasukkan semua laporannya ke perapian."

"Jangan! Kalau aku dipecat, bagaimana?"

"Baguslah. Kau jadi punya banyak waktu luang bersamaku."

Wajah [name] perlahan memanas, sementara Zoro tampak tidak peduli. Dia menguap dan mengeratkan pelukannya. "Sudah cukup, [name]. Pejamkan matamu dan tidur."

"Huh, di saat seperti ini kau masih bisa berkata romantis, ya?"

"Aku hanya mengatakan yang kurasakan. Sekarang tidur, [name]. Jam sembilan bangun dan kerjakan laporan sialanmu."

.

Harusnya [name] sadar bahwa itu adalah jebakan Zoro.

Harusnya [name] sadar kalau alarm mereka rusak.

Harusnya [name] memasang alarm dulu di ponselnya.

Karena sekarang, mereka bangun saat jam menunjuk ke angka 2. Keadaan kamar pun menjadi sedikit terang karena cahaya matahari yang masuk dari sela-sela tirai.

[name] menggeram saking kesalnya.

"Zoro!" [name] menyentak tangan kecokelatan yang masih melingkar di pinggangnya dan bangkit. Pergerakan yang tiba-tiba itu membuat kepalanya sakit. Dia terhuyung dan bersandar ke kusen jendela, berusaha menetralisir pusing.

"Hmm?" Zoro menguap, terlihat terganggu, dan melihat [name] bersandar dengan wajah meringis. "Kau kenapa, [name]?"

[name] menunjuk jam dinding dengan penuh amarah. Kemudian, menunjuk ke alarm yang hancur di nakas samping ranjang mereka.

Zoro mengernyit tidak paham. Antara memang tidak paham maksud [name] atau karena efek bangun tidur jadi dia lemot.

"Argh, sialan..." [name] memijat pelipisnya kasar, lelah dengan ketidakpekaan Zoro. Dia menghentakkan kaki, mengambil handuk dan berjalan ke kamar mandi. "Semua jebakanmu berhasil, Mr. Roronoa. Selamat."

Zoro semakin bingung dengan ucapan [name]. Dia tidak merasa dia menjebak [name]. Yang dia inginkan hanyalah bersama [name] sebelum gadis itu berkutat dengan kertas-kertasnya.

Dia menoleh ke alarm yang rusak di sebelahnya, lalu ke jam, dan seakan mengerti maksud [name], dia menyeringai lebar.

"Aku tidak bermaksud begitu, [name]," Zoro bangun, selimut tercampak dari tubuhnya yang topless. "Tapi baguslah kalau kau sekali-kali keluar dari jadwalmu, 'kan? Bukankah menghabiskan waktu bersamaku tidak buruk?"

Zoro membuka pintu kamar mandi, namun terkunci. Padahal niatnya ingin mandi berdua dengan [name]. Kemudian terdengar seruan [name] dari dalam.

"Tidak buruk, Mr. Roronoa! Tapi kau harus membantuku mengerjakan laporanku dan memasak untukku! Aku lapar sekali dan ingin makan beef teriyaki!"

One Piece Short Story CollectionWhere stories live. Discover now