First Crew: Law-Bepo-Shachi-Penguin (Part 1)

1.3K 78 4
                                    

Note. Berdasarkan Wikipedia dan Doujin Heart Pirates yang berjudul The Beginning of Heart. Maaf, aku lupa nama yang buat—tapi ada di blognya AmaiTsumi. Silakan search di sana bagi yang penasaran dengan doujinnya~

.

Musim dingin di North Blue memang mengerikan. Salju yang turun tidak main-main banyaknya, menumpuk di banyak tempat. Memutihkan pandangan, memberikan kesan beku. Suhu udara terasa amat dingin, menusuk-nusuk kulit dan daging.

Seorang anak laki-laki berjalan terseok-seok di antara guguran salju tersebut. Langkah kakinya pendek-pendek, terkesan diseret karena dia begitu tertekan dan sedih. Kehilangan sang penyelamat hidup, sosok ayah dan pelindung memang bukan hal yang mudah. Anak itu berjalan seraya mengusap pipinya yang dingin, sesekali juga mengusap matanya yang tidak henti-hentinya mengalirkan air mata.

Sudah beberapa hari berlalu sejak kematian Corazon…dan itu semua masih sulit diterima baginya.
Sebelumnya, dia juga sudah menerima kesedihan besar. Ayah, ibu, Lamie…semuanya tewas mengenaskan oleh perlakuan pemerintah yang membakar Kota Flevance tanpa ampun. Semua demi mencegah penyebaran Amber Lead Disease—penyakit yang diakibatkan oleh produksi timah putih yang menjadi kebanggaan kota itu. Ah, ya, dia juga menderita penyakit itu, lalu kabur di bawah tumpukan mayat, lalu bergabung dengan Donquixote Pirates, bertemu Corazon, dipaksa makan Ope-Ope no Mi…

Donquixote Doflamingo, pikirnya seraya mengepalkan tangannya. Aku pasti akan membalaskan dendam Cora-san!

Anak laki-laki itu—Trafalgar Law, 13 tahun—bersumpah akan menghancurkan dunia, menghancurkan apapun sebanyak mungkin sebagai bentuk balas dendamnya.

Pandangannya lurus ke depan. Kakinya yang bergetar karena lemah dan dingin yang menusuk tidak dia hiraukan, begitupun dengan suhu tubuhnya yang naik dan kepala yang terasa berat. Tidak, dia tidak akan berhenti. Dunia akan semakin kejam jika dia berhenti.

Ketika perjalanannya sudah semakin jauh, dan salju tidak sederas sebelumnya—syukurlah, dia melihat sesuatu yang tidak biasa. Ada dua orang pemuda di depannya, yang satu memegang tongkat bisbol, yang satu lagi bertangan kosong, sedang menendang dan memukuli sesuatu yang berwarna putih. Namun, sesuatu berwarna putih itu berdarah di beberapa tempat. Apa yang mereka pukuli itu—seekor beruang kutub?

Law berdecak. Ada saja orang brengsek seperti dua pemuda itu, memukuli hewan tak bersalah.

Semakin dekat dia dengan dua pemuda itu, semakin jelas terdengar rintihan dari objek yang mereka pukuli itu. Ternyata benar dia adalah seekor beruang kutub, namun bisa berbicara layaknya manusia. Otak cerdas Law langsung paham bahwa beruang kutub itu berasal dari suku Mink. Dan apa-apaan dua pemuda itu semakin brutal memukuli si beruang sambil mencaci-maki suku Mink?

“Hei. Hentikan,”kata Law dingin. Dua pemuda itu menghentikan kegiatannya. Mereka berbalik dan memandang Law sinis. Beruang kutub yang habis dipukuli itu tampak menyedihkan, sebelah matanya bengkak dan hidungnya mengeluarkan darah, telinganya juga.

“Siapa kau, bocah?”tanya salah satu dari dua pemuda itu. Dia memakai topi baret dengan rambut berwarna oranye dan memakai kacamata hitam. Dia meletakkan pemukul bisbolnya di bahu, memandang Law remeh.

“Aku hanya seorang pengelana. Kenapa kalian memukuli beruang itu? Apa salahnya?”tanya Law balik, balas memandang kedua pemuda itu tajam. Kondisi si beruang yang berdarah-darah mengingatkannya pada Corazon di saat terakhirnya. Berlumuran darah, salju yang awalnya putih jadi berwarna merah, dan…mengenaskan.

“Apa salahnya?”Seorang yang satunya, memakai topi bertuliskan ‘Penguin’, mengulangi pertanyaan Law dengan nada mengejek. “Kesalahannya adalah berjalan-jalan di daerah ini—yang dilarang untuk suku Mink sepertinya!”

One Piece Short Story CollectionWhere stories live. Discover now