Lifetaker!Kid x Reader

959 104 8
                                    

saranin judul, tolong:(

.

"Ada misi baru untukmu."

"Benarkah? Siapa manusia bejat yang perlu kubuat semenderita mungkin kali ini?"

"Tidak, kali ini kau tidak akan berurusan dengan manusia-manusia seperti itu. Kali ini, kau akan mengurusi seorang gadis."

"Apa maksudmu tidak akan berurusan dengan 'manusia seperti itu'?"

Sebuah perkamen dilempar padanya. Dia membukanya dengan malas, dengan cepat membaca kalimat yang tertulis.

"Apa maksudmu aku harus mengurusi manusia yang lembek seperti ini?! Aku hanya mengurus para manusia kejam, bejat, dan tidak berhati! Sehingga aku bisa membuat mereka menderita sebagai bayaran atas apa yang telah mereka lakukan di dunia!"

"Tenang dulu, Kid," Pria di depannya membentangkan sayap hitamnya, lalu menekuknya lagi. Netra di balik kacamatanya berkilat lelah.

"Anggap ini pelatihan untukmu agar kau tidak terlalu kasar pada manusia. Begini saja. Kalau kau menyelesaikan misi ini dengan baik dan benar, untuk misi selanjutnya akan kubebaskan kau memilih manusia mana yang kau suka.”

“Tapi, kenapa harus aku yang mengurus ini? Kenapa tidak Killer,  atau siapapun? Aku tidak bisa bersikap lemah lembut!”

“Karena itu kukatakan padamu, ini latihan! Jangan berdebat denganku lebih jauh lagi, Kid. Misimu akan dimulai beberapa saat lagi.”

.

Tatapan matanya lurus. Memandang ke kejauhan, dimana yang terlihat hanya warna putih yang menumpuk, menutupi seluruh benda dengan warna putih. Pendar lampu minyak dari dalam rumah-rumah memancarkan hangat. Di dalamnya orang-orang menghangatkan diri di balik selimut dan bersiap terlelap dengan nyaman di tengah cuaca sedingin ini.

Gadis itu menggigil, menyeret langkah di atas tumpukan salju, mempererat dekapannya pada tas usangnya mengharapkan sedikit kehangatan. Pakaian yang dia kenakan tidak membantunya menghalau dingin. Lagipula dia tidak tahu harus kemana...karena dia tidak punya apapun lagi.

Kedua netra [e/c] miliknya memandang sendu pada setiap rumah yang dia lewati. Rumah yang memancarkan hangat keluarga, dan semakin menyesakkan ketika mendengar tawa dan mencium aroma menggiurkan yang mengepul. Terkadang dia berhenti di depan rumah, mengintip suasana di dalamnya...Lalu kembali melanjutkan langkah.

Sementara tubuhnya berjuang melawan derasnya salju dan suhu dingin menusuk kulit, pikirannya tidak bisa berhenti memikirkan kejadian lalu. Keluarga yang sudah hancur, ibu yang serakah, kekasih baru sang ibu yang sama brengseknya....Lebih baik dia pergi dan mencoba peruntungannya pada alam. Akankah alam berbaik hati padanya? Akankah alam lebih baik daripada suasana rumahnya?

"Kita sudah berjuang," gumamnya seraya menyeret langkah. "Dan lihatlah apa yang kita dapatkan," lanjutnya, seraya memandang sebuah bangku kayu panjang yang sudah lapuk di depannya. Kondisinya semakin tampak menyedihkan karena dipenuhi salju. Gadis itu menggeleng, merasa bersyukur dengan apa yang sudah didapatnya. Setidaknya alam masih bersikap baik dengan memberinya tempat untuk beristirahat kali ini.

Dia duduk sambil terus mendekap tasnya. Kalau diam begini entah kenapa rasanya malah semakin dingin. Jaket yang dikenakannya memberi kehangatan meski tidak banyak. Kakinya terasa dingin, nyaris mati rasa karena sepatu botnya ternyata berlubang. Namun, apa yang bisa dia perbuat? Pakai tidak pakai, tetap sama saja. Sudah, biarlah. Toh, hidupnya pun tidak akan lama, jika bukan karena sesuatu yang bersemayam di tubuhnya, karena mati kedinginan.

Tiba-tiba sesuatu berbulu lembut menggesek kakinya. Gadis itu mengangkat kepalanya, melihat seekor kucing yang sedang menggesek-gesekkan kepalanya di kaki gadis itu. Mata bulat si kucing menatapnya, terlihat sedih. Dia menghela napas, mengangkat si kucing ke pelukannya. Kucing itu langsung menggeliat seakan nyaman dengan kehangatannya, dan perasaannya jauh lebih baik sekarang. Setidaknya dia tidak sendirian. Ada kucing imut ini bersamanya, saling berbagi kehangatan.

One Piece Short Story CollectionWhere stories live. Discover now