degup yang berisik

1.6K 158 2
                                    

Jam 11. Masih terlalu sore bagi Taehyung buat pulang. Kalau bukan karena rengekan Wendy, Taehyung akan tetap di cafe sampai tutup.

"Duluan, jim. Lo nginep disini aja, tidur di atas meja cafe. Kan lo digusur."

Bukan digusur, Jimin emang niat pindah satu apart bareng Yoongi, abang palsunya. Tergiur oleh bayar 40% dari harga sewa lebih mending daripada apartemennya yang lama.

"Yoi. Ati ati lo, ntar kecelakaan mati mampus."

Untungnya mereka tidak pernah masukin hati perkataan seperti tadi. Terlampau terbiasa.

Suasana hening selama perjalanan ke mobil Taehyung. Hanya terdengar suara seretan heels Wendy.

Mendengar dentingan logam mengenai tanah disusul umpatan buat keduanya noleh. Terlihat cowo sedang menyenteri bawah motornya dengan hp.

Dirasa dia butuh bantuan, Taehyung mendatangi cowo itu. "Cari apa?"

Suara Taehyung buat dia kaget. Matanya terbelalak. Jantungnya berdegup kencang.

Sedari tadi pikirannya buruk, remang penerangan di parkiran memperkuat imajinasinya. Kalau bukan karena motornya lagi manja, dia pasti ga bakal belain bongkar di jam 11 malam.

"Cari baut. Tadi jatuh."

Bisikin Wendy lalu kasih kunci mobilnya.

Setelah Wendy pergi, Taehyung tarik hpnya dari saku. Nyalain senter. Ikutan jongkok di samping cowo tersebut.

"Emang lo abis ngapain? Kok bisa bautnya copot?"

"Lampu dop depan mati. Gue kira geser gara gara kepentok, tau nya emang udah kebakar."

Taehyung beranjak, mencari disekitar motornya. Siapa tau terpental jauh, baut kan ringan.

Setelah beberapa menit cari, Taehyung temuin kira kira 1 meter dari motor.

"Dah nemu. Siniin semua bautnya, gue pasangin."

Dengan telaten Taehyung pasang baut sambil di senterin pemilik motor.

"Bentar deh, lo ngapain lepas spion."

Tawa Taehyung menguar. Bukan maksud mengejek, lucu aja pikirnya.

"Tai. Gue ga paham. Tadi susah buka, yaudah gue copot spion. Ternyata ga ngaruh."

Malu banget, sialan. Buat harga diri runtuh aja, apalagi kalau diketawain.

"Kalem lah. Mana kunci pas?"

Taruh kunci di uluran telapak tangan Taehyung. "Salah, yang nomer 11 harusnya."

Oke, malu lagi. Kasih kunci yang lain.

Setelahnya, beresin semua alat. Dengan Taehyung yang sibuk bersihin tangan pake tisu basah.

"Makasih udah mau gue repotin. Sorry bikin lo pulang telat."

"Ga repotin, tenang aja."

Anggukan sebagai jawaban.

"Btw, gue Taehyung, Taehyung prasetya."

"Jungkook Arkaella."

"Gue pulang dulu, lo ati ati. Oh iya, suara lo bagus. Daaa."

Tatap punggung Taehyung yang mulai menjauh. Senyum lebar terpampang apik di wajah Jungkook.

Bukan pertama kali suaranya di puji, tapi kali ini rasanya agak beda.

Jungkook juga bingung, kenapa degup jantungnya berisik sekali?

Amerta, vk ✔Where stories live. Discover now