panggilan sayang

866 98 2
                                    

Minggu pagi, kemarin malam sudah planning kalau hari ini bakal jogging. Jungkook siap dengan celana sport dan kaos polos serta sepatu yang biasa dia gunakan saat jogging.

Satu masalah, Taehyung masih tidur. Dan ini mengundang Jungkook buat misuh sebenarnya, tapi mengingat janji jadi dia cukup simpan dalam hati.

"Bangun, ayo jogging."

Yang diajak bicara lebih pilih asikin tidurnya. Jungkook geram, jelas. Dia bahkan sudah menghabiskan 15 membangunkan kekasih yang sesungguhnya bisa dia gunakan untuk mempersehat tubuh.

Tedengar decakan kesal dari mulut Taehyung saat rambutnya dijambak pelan oleh Jungkook yang justru buat Jungkook terkekeh.

"Kalau ga bangun, gue tinggal."

Taehyung mengangguk dengan mata yang masih terpejam.

Jungkook beranjak pergi. Keluar dari rumah dan mulai berlari kecil menyusuri komplek. Tujuannya menyelesaikan program jogging biru yang memasuki minggu ke-2.

Earphone pada telinganya ditarik paksa. Toleh samping, dapati Taehyung dengan cengirannya.

"Ngapain bangun?"

"Mau lari dari kehidupan bareng Jungkook."

Jungkook memutar bola matanya, beralih melepas earphone lalu dimasukkan dalam saku, tanpa berhenti lari.

Taehyung yang dasarnya pemalas, hobi bangun siang, jelas ngos-ngos an susul Jungkook. Padahal belum ada 3 menit.

Tarik belakang baju Jungkook, berniat suruh pacarnya berhenti. Tapi malah ditepis sama Jungkook,
"Sebentar, belum ada 10 menit. Lo ngemper aja di sana, nanti gue balik."

Taehyung putar leher, cari tempat nyaman buat tunggu. Dan pedagang nasi pecel sebagai destinasi.

Pesan 2 porsi untuk Jungkook dan dirinya sendiri. Sambil menunggu, Taehyung tatap jalanan, berharap eksistensi Jungkook segera datang.

Sementara yang ditunggu tengah putar balik ke tempat pertemuan tadi. Pikirannya berkecamuk semenjak pertanyaan Taehyung beberapa hari lalu. Menangis dalam diam tiap malam untuk nutupin rasa rindu jadi solusi Jungkook.

Sesampainya disana Jungkook toleh kanan kiri mencari keberadaan Taehyung. Berjalan mendekat setelah melihat lambaian tangan Taehyung, duduk disampingnya dan meneguk habis minuman botol yang ia bawa sendiri dari rumah.

"Cape?"

"Ga juga, cuma 10 menit, ga bikin cape."

Kalau ga lagi di tempat umum, Taehyung pasti sudah usap peluh di kening Jungkook. Hanya bisa tatap Jungkook yang fokus dengan makanannya.

Menghindari sikap-sikap yang bisa buat orang-orang berpikir kalau mereka pacaran. Ya, mereka begini setiap berdua di luar rumah. Mengubah status pacar menjadi teman sampai saat mereka sudah berada dalam rumah.

Karena cuma itu yang bisa dilakukan agar hubungan antara mereka bisa terus berlanjut tanpa cibiran orang sekitar.

Sambil menunggu malam datang, mereka menghabiskan waktu dengan cuci baju bareng. Di rumah Jungkook emang ga ada mesin cuci, jadi cucinya manual, beda kalau dirumah Taehyung.

Sementara Jungkook nyuci, Taehyung yang beresin rumah. Gambaran hidup masa depan, eh?

"Jungkook, gue beres. Mau dibantu?"

"Gausah, lo ntar yang jemur aja."

"Siap, panggil kalau udah selesai. Gue main game dulu."

Jungkook mengangguk, lanjutin kegiatan mencucinya. Taehyung pergi menuju sofa yang hanya dibatasi 1 ruangan dari tempat Jungkook.

Selang 15 menit Jungkook berteriak panggil nama Taehyung. Segera samperin Jungkook selepas matiin hpnya. "Nih, gue mandi dulu."

Taehyung mengangguk lalu kebelakang halaman rumah Jungkook guna menjemur baju. Halaman lapang berukuran 5x4 meter itu digunakan untuk tempat jemur baju, cuma ada beberapa tumbuhan yang sesekali Jungkook siram kalau ingat.

Setelah selesai dengan semuanya, Jungkook menonton music video di yutup. Sedangkan Taehyung kembali main gamenya, duduk diantara kedua kaki Jungkook.

"Jung,"

Yang di panggil hanya berdeham, fokus pada acara menontonnya.

"Mau ubah nama panggilan ga?"

"Maksud?"

"Panggil sayang, atau yang. Bukan nama."

Hampir saja tawa Jungkook menyembur pas setelah mendengar ucapan Taehyung. "Lo kira pacaran anak SMP?"

Taehyung mendengus malas, "Biar sweet, pake aku-kamu juga. Mau?"

Kali ini tawa Jungkook beneran menguar, menutup mulut dengan telapak tangan karena mangap terlalu lebar. "Apaan sih? Geli banget sumpah ga boong."

"Kan biar romantis, jung. Ga asik ah."

Taehyung menyandarkan kepalanya pada paha Jungkook, menggerutu dalam hati karena permintaannya di tolak Jungkook, bahkan diketawain.

"Taehyung."

Menolak buat respon panggilan Jungkook. Raut mukanya masam luar biasa. Lebih pilih asikin diri dengan tembakin musuh-musuhnya dalam game.

"Lo ngambek?"

Tetap kekeuh ga mau respon.

Jungkook usap pucuk kepala Taehyung, bungkukin badan lalu deketin kepala sampai wajahnya tepat di samping Taehyung pas.

"Ga perlu panggilan sayang, ga perlu ubah panggilan buat kita lebih manis. Gue sayang lo lebih dari seluruh panggilan sayang di bima sakti. Tapi kalau kamu mau― yaudah, lakuin aja. Udah, jangan ngambek ya, sayang?"

Jungkook bersumpah leher belakangnya serasa ditarik karena menurutnya ini cukup cringe, tapi selagi buat sang kekasih senang, kenapa engga?

Taehung menoleh ke kiri, berhadapan pas dengan wajah Jungkook. Maju beberapa senti, kecup bibirnya sekilas yang mana bikin Jungkook tersenyum malu.

"Jangan gemesin atau aku gebukin sampe mampus, mau?"

Tangan Jungkook yang semula berada di kepala Taehyung, dia turunin. Tangkup pipi Taehyung lalu kecup kembali bibirnya. "Gebukin aja, biar nanti kamu ga punya kekasih hati lagi."

"Aku ganteng, ga cari juga bakal ada yang dateng sendiri."

Jungkook mengerut sebal, alisnya bertaut tanda dia sedang kesal tapi justru buat Taehyung tertawa karena kegemasan Jungkook yang berlebihan menurutnya.

Amerta, vk ✔Where stories live. Discover now