LaM 3 : Dia yang Berubah

1K 171 16
                                    

Seorang lelaki tampan tengah menatap lurus pada seorang lelaki manis di hadapannya. Lelaki manis yang tak lain dan tak bukan Taeyong itu menundukkan wajah sejak tiga puluh menit yang lalu. Ia sedang berhadapan dengan kekasih kakaknya yang sebentar lagi akan menjadi suaminya.

Taeyong merasakan perasaan yang berbeda saat bersama Jaehyun. Dulu ia akan selalu menempel dan bersikap manja dengan Jaehyun. Namun, sejak kejadian itu yang ia rasakan hanyalah ketakutan juga rasa tak nyaman.

"Kita akan menikah minggu depan. Kau sudah tahu, bukan?" Tanya Jaehyun yang memecah kesunyian yang sedari tadi tercipta di antara mereka.

Taeyong mengulum bibir. Bahkan nada bicara lelaki tampan itu ssngat berbeda dari Jaehyun yang dulu. Sekarang Jaehyun berbicara dengan nada datar dan juga dingin. Taeyong merasakan sedikit rasa tak nyaman karena perubahan lelaki tampan itu.

"Iya. Aku tahu, Kak," Jawabnya pelan.

"Kita akan menjadi suami istri. Namun, bukan berarti hati juga ragaku menjadi milikmu, kau hanya memiliki statusku sebagai suamimu."

Taeyong mendongak saat mendengar perkataan Jaehyun. Raut wajahnya menunjukkan bahwa ia tak mengerti maksud dari pembicaraan Jaehyun. "Maksud Kak Jaehyun?"

"Kau pasti tak bodoh untuk mengerti maksud ucapanku tadi."

Taeyong hanya diam dan memandangi wajah Jaehyun yang juga sedang memandangnya. Jaehyun yang melihat ekspresi kebingungan Taeyong itu berdecak.

"Ck, jadi maksudku itu aku hanya akan menjadi suamimu saja, lebih tepatnya menyandang status sebagai suami. Namun, untuk hati dan juga raga masih milik Baekhyun. Setelah kita menikah, aku akan tetap menjalin hubungan dengannya. Dan juga setelah itu kita akan pindah ke rumah yang telah aku beli, dan tentunya Baekhyun juga ikut bersamaku." Jelas Jaehyun panjang lebar.

Taeyong merasakan hatinya yang nyeri. Entah mengapa itu terasa sangat menyakiti perasaannya. Bagaimana bisa seorang lelaki berkata akan menjalin hubungan dengan orang lain di hadapan calon pendampingnya. Apakah ia pikir pernikahan adalah sebuah lelucon?

"Tapi Kak, aku–"

"Ah dan ini, aku juga sudah membuat surat perjanjian saat kita sudah menikah. Kau harus menandatanginya segera."

Taeyong menerima sebuah amplop coklat yang di berikan oleh Jaehyun. Taeyong sebisa mungkin menahan tangisan yang akan keluar dari belah bibir tipisnya.

"Baiklah, aku akan pergi. Baekhyun dari tadi sudah merengek untukku jemput."

Jaehyun pergi meninggalkan Taeyong sendiri di kafe itu. Taeyong hanya dapat memandang punggung Jaehyun dengan sendu. Tatapannya berpindah pada amplop yang kini berada di tangannya. Ia menatap sendu amplop itu, amplop yang berisi perjanjian mereka selama menikah.

Bibirnya ia gigit untuk menahan isakan yang akan keluar. Ini terasa tak adil untuknya, ia yang menjadi korban. Dan sekarang pun saat akan menikah ia kembali tersakiti. Betapa menyedihkan sekali hidupnya.

Taeyong mengusap air mata yang menetes di kedua pipinya lalu ia beranjak pergi meningglakan kafe itu. Langkahnya gontai, juga tatapan matanya yang sendu, tak lupa sebuah amplop yang ia bawa di tangan kanannya.

Taeyong terus berjalan tanpa sadar bahwa ia tengah berjalan ke tengah jalan raya. Suara klakson sebuah mobil terdengar memekan telinga namun tidak untuk Taeyong, bahkan ia terus berjalan tanpa memperdulikan pekikan beberapa orang di sekitar.

Mobil itu masih melaju dengan cepat dengan jarak yang sudah semakin dekat dengan tubuh taeyong. Beberapa orang meneriakinya namun sama sekalli tidak ia hiraukan. Hingga seseorang menarik tubuhnya dengan lumayan keras mengakibatkan tubuhnya tertarik menubruk tubuh seseorang yang menariknya.

Look at MeWhere stories live. Discover now