*1: Meh-Teh

332 44 14
                                    

Ryoko memandang sekeliling dengan penuh minat sambil merapatkan tudung mantel berbulunya. Dimana-mana hanya warna putih yang terlihat. Udara cerah dengan suhu rendah namun dia hangat di balik mantel tebal.

Terdengar gelak tawa dari sebelah kanan dan Ryoko melihat kakaknya, Suma sedang bercanda dengan makhluk bertubuh tinggi besar dan berbulu tebal. Sesaat gadis berambut hitam panjang itu terkesima melihat interaksi mereka. Beberapa makhluk sejenis mulai berkumpul di sekitar Suma.

"Ryoko! Kemari!" Suma melambaikan tangan meminta adiknya mendekat.

Perlahan gadis itu mendekat. Ini adalah pertama kalinya dia melihat makhluk bertubuh tinggi besar dan berbulu tebal itu. Ada sedikit keraguan saat Ryoko melihat beberapa makhluk menggeram ketika melihatnya mendekat. Suma mengelus lengan panjang makhluk yang menggeram itu sambil terus berbicara.

"Tidak perlu takut, Ryoko. Ini Manche, Manche ini adikku. Dia memang masih kecil saat ini. Tetapi saat berusia 18 atau 19 tahun, dia akan menjadi Penjaga sepertiku." Bola mata Suma berbinar lembut dan dada Ryoko sesak akan rasa haru.

"Hai, Manche. Aku Ryoko." Tangan mungil Ryoko sedikit bergetar saat terulur.

Di luar dugaan, Manche mengendus telapak tangan yang terulur terbuka itu lalu menyentuhnya dengan dahi perlahan. Suma memandang Ryoko dengan terkesima, jelas merasa terkejut sekaligus senang melihat interaksi mereka.

"Jadi, inilah makhluk gaib yang Kakak jaga?" tanya Ryoko saat mereka berbagi teh hangat dan duduk di dekat mulut gua.

"Ya. Yeti atau Meh-Teh menurut penduduk asli di wilayah ini. Mereka sangat ramah sebenarnya, sayangnya banyak yang memburu mereka sehingga kita harus menyembunyikannya dengan baik."

Ryoko menatap para Yeti yang sedang berguling-guling. Di luar dugaan, bulu mereka ternyata tidak berwarna putih seluruhnya. Di bagian wajah, bulu-bulunya berwarna cokelat muda, sementara di sepanjang lengan warnanya abu-abu muda.

"Kupikir bulu mereka berwarna putih," gumam Ryoko sambil menyesap tehnya.

"Hm ... manusia dan asumsi mereka. Saranku jangan terlalu percaya pada apa yang ada di Internet. Kami, Para Penjaga-lah yang telah memasukkan informasi itu untuk menyembunyikan para Makhluk Gaib ini." Suma mendengkus dan tertawa.

Ryoko menatap Manche yang sedang bermain bersama Yeti lainnya. Pandangannya melembut saat melihat para Makhluk Gaib itu. Bagaimana mungkin ada manusia yang tega menyakiti makhluk yang menggemaskan seperti itu?

Manche menoleh lalu menghampiri Ryoko. Yeti itu menyentuhkan hidungnya yang lembab ke telapak tangan gadis yang tertutup oleh sarung tangan kulit. Sejenak Ryoko mendapat kesan kalau Manche sedang tertawa. Dia tertawa saat menyadari Yeti itu sedang mengajaknya bermain.

Dahulu kala manusia dan para Makhluk Gaib hidup berdampingan dalam damai selama ribuan tahun. Sampai Para Pemburu tiba. Awalnya Para Pemburu hanya membunuh Makhluk Gaib karena benci, lalu mereka mulai menjual hasil buruan. Beberapa bagian tubuh Makhluk Gaib dihargai sangat tinggi dalam Pasar Gelap.

Makhluk Gaib menjadi sangat langka dan untuk menjaga keseimbangan, dibentuklah Penjaga. Para Penjaga adalah manusia-manusia terpilih yang memiliki tekad kuat dan kemauan untuk melindungi. Biasanya dalam satu keluarga ada beberapa Penjaga. Dalam keluarga Ryoko, hanya dia seorang yang belum mendapatkan kekuatan sebagai Penjaga.

Ada tiga tugas utama sebagai Penjaga. Pertama, mereka harus melindungi Makhluk Gaib dari Pemburu. Tugas yang cukup berat, mengingat Pemburu biasanya memiliki keahlian bela diri dan berburu yang sangat hebat. Itu sebabnya seorang Penjaga akan dilatih secara khusus sampai mereka siap bertugas.

Tugas kedua adalah menyembunyikan keberadaan Makhluk Gaib dari penglihatan manusia. Tempat tinggal Makhluk Gaib harus jauh dari pemukiman warga dan terlindungi serta memiliki akses untuk mendapatkan makanan. Dari waktu ke waktu, tugas kedua ini juga semakin sulit.

Dunia mulai padat dan makanan sulit dicari. Beberapa Makhluk Gaib bertahan hidup dengan susah payah. Itu sebabnya Penjaga juga membantu mencari jalan keluar. Seperti Suma yang mengajari para Yeti cara menjaga kambing gunung sebagai hewan peliharaan yang dapat dimanfaatkan untuk diambil susu, daging dan kulitnya.

"Apa aku nanti akan bisa menjadi Penjaga?" Ryoko berkata lirih seraya mengalihkan pandang ke langit.

Mendengar ucapan itu, Suma kembali tertawa. Dia mengelus tudung bulu imitasi yang dikenakan adiknya dengan rasa sayang.

"Selama beberapa ribu tahun, keluarga kita adalah Para Penjaga. Sudah tentu kamu nantinya akan menjadi Penjaga," ujar Suma.

Ryoko membuang tatapan cemasnya. Seperti yang dikatakan kakaknya, keluarga mereka, Keluarga Alvori adalah Penjaga Makhluk Gaib. Setiap Penjaga memiliki kekuatan khusus supaya dapat melindungi diri dan Makhluk Gaib yang mereka jaga.

Kekuatan Para Penjaga terkadang baru terbangkitkan ketika mereka menginjak usia 17 tahun. Namun beberapa di antaranya memiliki keistimewaan. Suma memiliki kekuatan untuk mengendalikan angin sejak dia berusia lima tahun. Ryoko ingat sekali akan cerita Ibunya tentang Suma yang menangis dan membuat semua barang-barang di rumah berterbangan.

Selain itu Para Penjaga, akan mendapat bimbingan dan pelatihan khusus di akademi bernama Gakko selama satu tahun. Di sana mereka akan mendapatkan banyak ilmu, bukan hanya mengontrol kekuatan dan merawat Makhluk Gaib, melainkan juga mempelajari sejarah dua dunia. Sejak kecil, Ryoko bercita-cita untuk masuk ke dalam Gakko.

"Mungkin akan ada yang pertama untuk tidak menjadi Penjaga?"

Terkadang ada rasa pesimis menyelinap di hati Ryoko. Dia memang baru berusia 12 tahun dan akan masih panjang perjalanannya menjadi Penjaga. Namun rasa itu seperti gatal di telapak tangan yang sulit diketahui darimana asalnya.

"Kamu terlalu banyak cemas, Ry." Suma masih ingin berkata lebih lanjut, ketika instingnya mengatakan ada sesuatu yang tidak beres. Laki-laki itu menatap langit dengan salju yang mulai turun.

Sekumpulan Yeti yang sedang berguling-guling mendadak bangun seperti terhubung dengan benak Suma. Ryoko memperhatikan dengan heran ketika Manche mulai melolong dengan suara keras sambil menghadap langit. Dia baru saja akan bertanya pada kakaknya apa yang terjadi saat dentuman keras terdengar.

Bagaikan hujan, sekumpulan Sphinx bersayap yang terlihat marah, turun dari langit. Pekikan mereka terdengar mengerikan. Sementara Ryoko ternganga ketakutan menatap langit, Suma memerintahkan Manche untuk bertahan.

"Kamu masuk ke sini!" Suma menyeret Ryoko yang masih terpaku, ke mulut sebuah gua batu.

"Diam di sini sampai semua reda!"

Ryoko hanya mampu menatap nanar sosok kakaknya yang kian mengecil di antara badai salju. Kekuatan Suma adalah angin dan pertahanan Yeti adalah salju, maka ketika mereka menyatukan benak dan tujuan terciptalah badai salju.

Detak jantung Ryoko semakin cepat ketika dia merasakan kegugupan yang kian membesar. Dia bisa mendengar pekik dan raungan di luar sana tetapi tidak mampu melihat dengan jelas apa yang terjadi. Kemudian hening yang ganjil tercipta. Salju masih berputar-putar dengan ganas tetapi tidak ada satu pun suara.

*

Hai ... selamat datang di dua dunia penuh dengan petualangan dan makhluk gaib.

Gimana gimana menurut kalian part 1 ini? Cukup menarikkah? Nantikan part selanjutnya besok ya. 

In A Magic Crossroads (Completed)Where stories live. Discover now