*8: Kisah Dua Dunia

79 24 3
                                    

Hari ini Ryoko gelisah sekali sampai teman-temannya merasa sebal. Malam ini adalah Malam Seleksi, tentu saja dia gugup bukan kepalang. Makhluk Gaib mana yang akan dia jaga nantinya?

Sementara itu selama dua hari ini, dia sudah berkeliaran di wilayah Gakko Academy dengan ketiga teman barunya yang juga menjadi teman sekamar di asrama. Secara mengejutkan, dia sekamar dengan Steffie, Caera dan satu orang lagi yang dikenalnya saat memeriksa daftar nama teman sekamar, Azumi.

Azumi memiliki tubuh langsing dan mungil dengan rambut cokelat tua yang seringkali di ikat serta memiliki kelembutan seperti layaknya seorang lady. Tetapi dia sangat pandai dalam bela diri. Aikido adalah bela diri yang dikuasainya dengan sangat baik sampai Ryoko, yang pernah melihatnya berlatih, merasa jeri jika suatu saat berurusan dengan Azumi.

Selama dua hari ini, mereka sudah melihat-lihat ruang belajar, ruang berlatih tempur, taman bunga, rumah kaca, ruang olahraga sampai pada lapangan besar. Khusus untuk lapangan besar ini memiliki perlindungan. Manusia biasa yang datang akan melihatnya sebagai tempat untuk berolahraga di luar ruangan.

"Ry, tidakkah kamu bisa diam? Sikapmu yang mengigiti kuku itu malah membuatku ikutan gelisah," protes Azumi.

Saat ini mereka ada di ruang makan untuk sarapan. Asrama Akademi memang menyediakan ruang makan dan kantin. Khusus untuk kantin, mereka membukanya 24 jam. Steffie bercerita kalau terkadang Penjaga berlatih sampai larut malam dan setelahnya merasa lapar sehingga kantin dibuka untuk 24 jam.

Meskipun tidak ada pelajaran untuk dua hari, Profesor Merva menerima kelas untuk penjelasan awal mengenai dua dunia. Tentu saja dengan senang hati, Ryoko mengikuti kelas tersebut bersama teman-temannya di Perpustakaan. Setidaknya mengikuti kelas akan mengurangi rasa gelisah akan Malam Seleksi. Segera setelah selesai sarapan, mereka berempat bergegas menyusuri lorong menuju Perpustakaan.

Saat memasuki ruang Perpustakaan, Ryoko langsung merasa kecil. Tempat itu memiliki tiga lantai penuh buku-buku. Cahaya matahari masuk melalui jendela-jendela besar dan sirkulasi udaranya sangat baik. Sekali lihat saja, gadis itu tahu bahwa Perpustakaan ini akan menjadi tempat favoritnya kelak.

Kelas Dua Dunia, berada di lantai dasar. Alih-alih kelas yang berisi meja dan kursi, ruangan ini hanya berisi karpet lembut berwarna hijau dengan berbagai macam beanbag berwarna-warni. Setiap orang bisa duduk dengan nyaman.

"Selamat datang para Pencari Ilmu. Senang sekali bisa melihat sebagian dari siswa baru ada di sini. Saya yakin, setengah dari kalian sudah tahu tentang Dua Dunia. Tetapi saya percaya, akan selalu ada perspektif baru dalam kelas ini meskipun semua sudah mengetahui tentang Dua Dunia." Suara Profesor Merva terdengar tegas sekaligus lembut. Nada yang digunakan enak didengar dan selama beberapa saat Ryoko tenggelam dalam cerita.

Jauh sebelum ada Pemburu dan Penjaga, bahkan jauh sebelum adanya manusia, Makhluk Gaib hidup dalam damai. Mereka memiliki koloni yang besar dan saling menghormati antar koloni.

Koloni Naga adalah yang terkuat pada saat itu. Kukulkan, Pemimpin Naga pertama dalam koloni adalah Makhluk Gaib yang bijaksana. Dia terkenal murah hati dan senang menolong jika Koloni lain membutuhkan bantuan.

Ketika manusia hadir, mereka mulai menghormati serta menjadikan Makhluk Gaib sebagai Dewa. Contohnya adalah Kukulkan yang menjadi Dewa Suku Maya dan Aztec. Berabad-abad kemudian, manusia mulai rakus dan dikuasai kebencian terhadap Makhluk Gaib, yang dirasa terlalu banyak memiliki kekuatan dan kekuasaan.

Pemburu pertama dan terkenal adalah Raz Cracazen yang membenci Makhluk Gaib karena anak pertamanya terbunuh saat terjadi perselisihan antar koloni. Raz yang berduka, mengucapkan sumpah akan menghabisi Makhluk Gaib di muka Bumi.

Seiring waktu, sumpah itu bergeser saat manusia menyadari kekuatan beberapa Makhluk Gaib tidak sirna bahkan setelah kematian menjemput. Bisa Basilisk, cangkang Naga, Capit Acromantula, dan berbagai macam bagian dari tubuh Makhluk Gaib, bisa dijual di Pasar Gelap dengan harga tinggi.

Pemburu yang semakin banyak, membuat manusia yang peduli dan menyayangi Makhluk Gaib merasa prihatin. Dewan Penjaga pun dibentuk. Generasi pertama Para Penjaga dilatih langsung oleh Naga Kukulkan yang Agung.

Suatu hari, Para Pemburu menyatukan kekuatan mereka untuk membasmi Dewan Penjaga. Pertempuran tidak terelakkan di tempat yang kini dikenal sebagai Padang Pembantaian. Lebih dari separuh Dewan Penjaga kehilangan nyawa dan ratusan Penjaga tewas dalam membela Makhluk Gaib.

Naga Kukulkan yang bersedih atas kehilangan, memutuskan untuk memisahkan dua dunia. Dengan bantuan Phoenix, Naga Kukulkan berhasil memisahkan dua dunia sekaligus memberi berkat kepada Para Penjaga dan keturunannya sehingga mereka memiliki kekuatan dan kecepatan yang lebih dari manusia biasa.

Proses pemisahan dua dunia dibayar dengan nyawa. Sementara Phoenix berhasil bangkit dari abu, Naga Kukulkan kehilangan nyawa. Di saat terakhir sebelum kematian menjemput, Naga Kukulkan membuat Persekutuan Antar Koloni yang memudahkan tugas Penjaga selama beberapa ratus tahun karena terciptanya perdamaian antar koloni.

Profesor Merva menghela napas panjang seolah kehilangan Naga Kukulkan mempengaruhi emosinya. Steffie menoleh untuk melihat reaksi Ryoko yang terdiam lalu terperanjat saat menyadari wajah temannya penuh dengan air mata.

"Kamu tidak apa-apa, Ry?" tanya Steffie seraya memberikan saputangan bersih dengan lambang huruf "s" di sudutnya.

Ryoko terhenyak atas pertanyaan Steffie. Dia sendiri tidak sadar sudah menangis. Entah mengapa, kehilangan Naga Kukulkan seakan membangkitkan bagian lain dari dirinya. Dia merasa kesedihan dan dukacita yang mendalam.

"Aku tidak apa-apa. Terima kasih, Steff." Ryoko mengusap air matanya dan kembali memusatkan perhatian pada penjelasan Profesor Merva.

"Para Penjaga berusaha menjalankan tugasnya dengan baik. Adakah yang tahu apa tiga tugas utama dari Penjaga?"

Beberapa anak mengangkat tangannya secara bersamaan. Profesor Merva menunjuk Azumi yang langsung menjawab dengan lancar.

"Melindungi Makhluk Gaib dari Pemburu, Menyembunyikan Makhluk Gaib dari penglihatan manusia biasa dan Menjaga Makhluk Gaib tanpa Penjaga." Azumi terlihat sangat percaya diri dan mantap saat menjawab pertanyaan itu.

"Bagus, Azumi. Sekarang adakah pertanyaan dari kalian?"

"Prof, Apa yang terjadi dengan Persekutuan?" Seorang anak laki-laki dengan rambut cokelat tua yang tersisir rapi bertanya seraya mengangkat tangannya.

"Persekutuan hancur ketika salah satu koloni menyerang koloni lainnya. Mengenai penjelasan lebih lanjutnya, kamu bisa mengikuti kelas Sejarah, Michio." Jawaban Profesor Merva disambut gelak tawa yang lain.

Michio berkata lantang kalau tentu saja dia akan mengikuti kelas Sejarah. Ucapan Michio disambut dengan gelak tawa lagi dan sebagian dari mereka bertepuk tangan. Ryoko yakin semua yang hadir di sini akan mengikuti kelas Sejarah. Pembawaan Profesor Merva yang tenang dengan suara menghanyutkan, membuat sejarah yang biasanya membosankan, menjadi lebih menarik.

Menjelang makan siang, kelas Dua Dunia berakhir. Pembicaraan saat makan siang, tentu saja seputar Dua Dunia. Semua siswa baru membicarakan hal ini dan siswa lama mendengarkan lalu ikut berkomentar.

"Jadi bagaimana pendapat kalian? Kita akan menjaga Makhluk Gaib apa ya?" Pertanyaan Caera disambut dengan gelengan kepala teman-temannya.

"Perutku mulas hanya dengan membayangkan Malam Seleksi. Ngomong-ngomong bagaimana nanti mereka menyeleksi kita?" tanya Steffie.

"Kakakku bilang, akan ada burung bernyanyi yang akan memberi pertanyaan dan menilai jawaban kita." Tiga kepala langsung menoleh saat Azumi mengatakan hal itu.

"Burung bernyanyi bisa bicara?" tanya Ryoko.

"Entahlah. Aku juga tidak tahu."

Begitulah sepanjang sisa hari, para siswa baru menebak-nebak bagaimana Malam Seleksi berlangsung. Sementara siswa lama bungkam karena ingin memberi kejutan pada siswa baru.

***
Kira-kira Ryoko akan dapat Makhluk Gaib apa ya?

In A Magic Crossroads (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang